"Syukurlah loh ngak apa-apa." Kata Citra saat Kasih sudah membuka matanya.
Kasih menatap sekeliling dan menatap tubuhnya.
"Baju gue dimana?" Kenapa bisa bertukar?"
"Gue yang gantiin semuanya. Untung saja ada Dito, jadi dia minjamin loh bajunya" Jawab Citra.
"Dito?"
"Hm." Citra menganggukkan kepalanya. "Dito yang udah bawa loh kemari. Kalau ngak ada Dito, gue ngak tahu bakalan terjadi apa sama loh."
"Emang apa yang terjadi?" Tanya Kasih yang memang lupa, ingatanya hanya sampai dimana dirinya berdiri di lapangan dengan matahari yang terik menghantap dirinya. Dan samar samar penglihatannya mulai kabur.
Lalu Citra menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari Putra yang mendekat, namun hanya berdiam diri mematung dan setelah itu pergi tanpa kata. Dan kemudian Dito datang dan membawanya ke dalam ruangan uks.
"Dimana Dito?" Tanya Kasih.
"Dia udah pulang, Kas. Tadi Dito cuman bilang ke gue, buat nemenin loh. Dia kira gue ini apa coba. Yah, pastilah gue nemenin loh, secara loh sabahat gue satu-satunya"
"Selain itu?" Tanya Kasih
"Ngak ada lagi." Jawab Citra.
"Dia ngak bilang suka sama gue."
Plakkkkk... Spontan Citra memukul lengan Kasih.
"Loh mimpi yah? Ngak mungkin lah Dito bilang cinta. Kenal loh aja ngak? Masa ia langsung bilang cinta."
"Hahahahah, loh benar juga. Tapi seengganya Dito jatuh cinta pada pandangan pertama lihat gue."
Citra menggeleng-gelengkan kepalanya, mendengar ucapan Kasih yang di luar nalar. Bagaimana mungkin seorang pria jatuh cinta pada pandangan pertama kepada seorang gadis dengan penampilan yang berantakan. Bagaimana bisa? Wajah dan seluruh tubuh Kasih terpenuhi tepung dan bau amis dari telur membuat Citra sang sahabat saja jijik, bagaimana mungkin Dito jatuh cinta.
"Loh mimpi yah?" Tanya Citra sambil tertawa.
••••
"Ibu.. Teriak Putra saat masuk ke dalam rumahnya.
"Ibu, aku ingin makan sub bening masakanmu." Ucapnya sambil berjalan mendekati ibunya yang kini berada di dapur.
"Kau sudah pulang sayang?" Ucap sang ibu, sambil mencium pipi Putra.
"Bagaimana harimu? Apakah menyenangkan? Oh ya, bagaimana pertandingan mu tadi? Kau menang? Tunggu, biar ibu tebak. Pasti anak ibu menang."
"Ya bu" jawab Putra sambil menganggukan kepalanya dan tersenyum melihat wajah sang ibu.
Ibunya pun langsung memeluk tubuh Putra.
"Kau memang hebat sayang. Kau kebanggaan ibu."
"Kalau begitu Putra ganti baju dulu. Ibu jangan lupa buatkan aku sub bening."
"Tentu sayang." Jawab sang ibu sambil melihat Putra berjalan menaiki anak tangga.
"Kau begitu tampan. Wajahmu sama dengan wajah ayahmu." Gumam Ibu Nisa
Malam harinya. Sama seperti biasa, kini Nisa ibunda Putra menatap ke arah luar jendela. Menunggu seseorang yang entah kapan akan pulang.
"Ibu sudah malam. Ayo kita tidur." Ajak Putra saat melihat sang ibu yang berdiam diri.
"Ibu, jangan biarkan ibu sakit dengan pikiran ibu yang terus memikirkan hal yang tidak jelas."
"Sayang, apa ayahmu tidak menelponmu? Apa ayahmu tidak memberikan kabar?"
"Ibu. Tolong, stop bahas dan ingat ayah lagi. Move on bu. Ingat ada aku, yang selalu bersa ibu."
"Putra" Lirih Nisa lalu memeluk tubh Putra.
"Apa yang harus ibu lakukan agar ayahmu kembali sayang? Apa yang harus ibu lakukan biae keluarga kita bisa utuh seperti dulu lagi."
"Ibu.. Ada atau tanpa ayah, kita berdua bisa bahagia bu. Jadi stop memikirkan ayah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Aisyah Zahra
knapa sama ibu ayah nya
2024-03-04
0