SEKOLAH rasanya nggak senyaman seperti biasanya. Kini Jingga kembali menjadi sorotan di sekolahnya akibat kejadian dengan Yugo dan Dylan di kantin kemarin. Akhir-akhir ini, Jingga sepertinya selalu terlibat masalah di sekolahnya. Hal ini membuat Jingga jadi nggak nyaman berada di sekolah, dia ingin segera Pulang dan nonton drama Korea di rumah.
“Lo yang namanya Jingga,” tanya seorang cewek di depan Pintu kelasnya saat Jingga keluar kelas.
Jingga menatap cewek itu. Matanya berulang kali berkedip. Jingga menelan ludahnya dengan susah Payah. Cewek itu adalah Bianca, Pacarnya Yugo. Tapi Bianca sebenarnya menyukai Regan, atau bisa dibilang, dia terobsesi
“Dari raut wajah lo sepertinya lo bener yang namanya Jingga,” sinis Bianca.
“Gue cuma mau ingetin suatu hal jangan keganjenan jadi cewek,” kata Bianca.
“Maksudnya Kak,” tanya Jingga
“Jangan ganggu Yugo dan Regan lo ngerti,”
“Aku gak ganggu mereka,” balas Jingga
Bianca menghela napas, lalu dia menatap ke arah Jingga dengan tajam.
“Jadi lo ngerasa cantik gitu,”
Jingga menggeleng. “Aku gak merasa begitu.”
“Kalau emang mereka berdua deketin lo duluan, itu bukan karena lo menarik buat mereka. Tapi, karena lo gampang dibegoin. Pinter dikitlah jadi cewek, mana mau Yugo dan Regan sama lo, dada lo aja rata.”
“Kakak gak tau masalahnya gimana,” Jingga membela diri, dia nggak mau Bianca salah Paham dan terus menyalahkannya atas apa yang terjadi.
Sejujurnya Bianca tahu kronologinya, bahwa Yugo-lah yang kali Pertama melibatkan cewek yang ada di depannya ini. Namun, Bianca harus melabrak Jingga untuk meredakan emosinya. Sudah cukup saat dia mengetahui bahwa Regan mengantarkan Jingga Pulang, dia nggak mau Yugo yang kini berstatus sebagai Pacarnya dekat-dekat dengan Jingga
“Jangan numpang famous aja, norak udah gak zaman sekarang. Gue ingetin ya, ini adalah Pertama kalinya dan terakhir kalinya gue berurusan sama lo. Gue udah kasih tau lo bahwa lo gak boleh terlalu caper sama cowok di sekolah ini, keliatan murah tau gak.” Bianca sudah kesal karena Jingga cukup bebai untuk diberi tahu.
“Kalau gak suka, jangan libat Kalau gak tabu, jangan bicara Kalau gak Peduli, jangan menghakimi. Kalau gak bisa memiliki, jangan membenci,” ujar Jingga sengit.
“Sarapan lo sepertinya quotes bijak, Pasti Hidup lo berat.” Bianca Pergi menabrak bahu Jingga dengan sengaja.
Jingga menghela napasnya gusar, dia juga nggak mau berurusan lagi dengan Bianca. Cukup ini adalah Pertama dan terakhir kalinya dia berurusan dengan Bianca. Bianca memang terkenal suka melabrak junior-juniornya. Dia melakukan hal seperti itu jika ada junior yang dirasa songong.
Jingga masuk ke kelas, teman-temannya sudah menunggu di dalam kelas. Anna dan Kate Pun sudah di kelasnya lagi, sepertinya mereka ingin memastikan sesuatu dari Jingga
“Kenapa,” tanya Jingga
“Kemarin lo ditolongin Kak Regan,” tanya Anna.
“Ya gitu,” jawab Jingga
“Lo Udah ditolongin sama Kak Regan berkali-kali. Lucky banget lo, Jingga,” kata Kate.
Lucky ? Justru Jingga merasa ini adalah kesialannya, dia harus terlibat dalam berbagai urusan dengan Regan. Regan si Pembuat masalah yang menyebalkan.
“Seganteng apa pun cowok yang bernama Regan itu, kalau dia gak bisa mengendalikan emosinya, dia sama sekali gak terlihat ganteng, tapi cemen,” cibir Jingga sambil memberikan tanda jempol ke bawah.
Lalu apa kabar dengan dirinya sendiri Bukankah dia Pindah sekolah karena ada masalah yang belum dia selesaikan. Mengapa dia lari dari masalahnya sendiri ?
“Lo bilang gue cemen,” suara itu Perlahan semakin mendekat, dan kini orang itu sudah berdiri di depan Jingga
Jingga menatap kedua menatap mata hitam milk Regan, deru napasnya memburu. Cowok ini memiliki aura yang kuat, membuat nyali Jingga semakin menciut ketika berhadapan dengannya.
“Ulangi Perkataan lo barusan,” Perintah Regan dengan tegas. Jingga menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia nggak mau berkontak mata lagi dengan Regan rasanya menyeramkan.
Regan menaikkan dagu Jingga agar Jingga kembali Menatapnya. Regan bisa melihat bagaimana ekspresi Jingga saat bertatapan dengannya,
" Ulang Perkataan lo tentang gue barusan, jangan jadi Pengecut yang berani ngomong di belakang.” Regan memperlihatkan seringainya untuk mengejek Jingga Sebuah senyuman tercetak di bibir Jingga ketika menatap ke arah Regan meski Jingga terlihat memaksakan senyumnya, yang sekarang dirasakannya adalah ketakutan jika nantinya Regan bakal ngamuk di kelasnya.
Anna Jane, dan Kate juga tak kalah Panik dengan kedatangan Regan yang tiba-tiba. Mereka takut Jingga diapa-apain sama Regan
“Kenapa lo senyum” tanya Regan kesal.
“Gue minta lo ulang Perkataan lo barusan bukan senyum najis kayak gitu.”
Jingga mengangguk mengerti
“Terkadang senyum adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah,” kata Jingga lalu dengan sisa keberanian yang Jingga Punya dia berjinjit dan membuat lengkungan senyum di bibir Regan
" Kak Regan kurang senyum, artinya Kak Regan kurang bersyukur,"
Tubuh Regan bergetar hebat ketika Jingga menyentuhnya. Selama ini, Regan memang selau memperlihatkan wajah datarnya. Dia tidak Pernah memperlihatkan apakah dia sedang sedih atau sedang bahagia. Emosi Regan hanya akan terlihat jika dia sedang marah.
“Apa gue harus ganti nama lo jadi Jingga Teguh," Regan menaikkan sebelah alisnya.
Jingga terkekeh Pelan mendengar Perkataan Regan barusan. “Kak Regan harus tahu, gak ada jaminan setelah selesai hujan selalu ada Pelangi. Tapi, Kak Regan harus Percaya bahwa keadilan itu ada.”
“Lalu gue Peduli,” sinis Regan
“Lucu emang, ketika kita bisa melewati masa senang tapi tidak bisa melewati masa sulit. Biar bagaimanapun keduanya akan tetap beriringan,” kata Jingga bak seorang motivator.
Anna, Jane, dan Kate spechless mereka nggak menyangka Jingga bisa mengeluarkan kata-kata sebijak itu.
Regan menatap Jingga melalui sudut matanya, kemudian dia meninggalkan Jingga tanpa sepatah kata Pun. Setelah Regan Pergi, keadaan kelas menjadi begitu hening. Selama ini, nggak ada yang bisa membuat Regan jadi terdiam seperti itu. Baru Jingga yang bisa melakukannya. ini rekor Padahal, Regan adalah cowok yang berkepribadian dingin
Dan nggak tersentuh. Tapi, sekali ada yang mengganggu teritorialnya, dia nggak akan Pernah melepaskan orang itu,
Ponsel Jingga berbunyi dia melihat siapa yang mengiriminya Pesan. Tiba-tiba saja Pupil matanya membesar ketika dia membaca Pesan yang diterimanya. Seharusnya Jingga sadar, bahwa dia tidak akan bisa lari begitu saja dari masalahnya. Ketika Jingga memutuskan untuk Pergi dari satu tempat ke tempat yang lainnya dia harus bisa menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu.
Pindah ke tempat yang baru ternyata tidak membuat masa lalu Melody hilang begitu saja. Terkadang orang yang selalu memberi nasihat kepada orang lain adalah orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Jingga menghela napasnya pelan, lalu dia duduk di samping Jane.
“Mendingan lo minta maaf deh sama Kak Regan,” saran Kate.
Jingga hanya diam, dia masth memikirkan dari mana orang iru bisa mendapatkan kontaknya dan mengirimkan dia Pesan barusan. Jingga nggak mempermasalahkan Regan yang akan marah besar kepadanya. Jingga justru takut kepada orang yang baru saja mengiriminya Pesan, orang yang sudah membuat masa Putih abunya menjadi mengerikan.
“Kak Regan keliatan banget marah sama lo tadi. Gue takut Jo diapa-apain nanti sama Kak Regan mendingan to ikutin saran dari Kate deh, lo minta maaf aja sama Kak Regan,” kata Jane ikut menyarankan
" Jangan dipikirin masalah Regan seharusnya memang dari dulu ada yang berani ngomong kayak gue ke Regan. Biar dia tahu rasa.” Anna berbeda Pendapat sendiri dengan Jane dan Kate.
...•••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Beni Beni
jangan lama-lama Thor updatenya
2023-02-09
0
Anonymous
jangan lama-lama Thor updatenya
2023-02-09
0
Rara Rara
jangan lama-lama Thor
2023-02-09
0