Tak Terduga

"Bodohnya kau, Naura! Saat seperti ini masih sempat-sempatnya memikirkan seorang pria. Dasar gatel!" Ia berbicara pada dirinya sendiri.

Naura baru saja beranjak dua puluh dua tahun bulan kemarin. Dan ya, ia sudah cukup dewasa untuk jatuh cinta. Tapi kehausan di hatinya tidak bisa ditutupi kala melihat seorang pria mendekati kriteria. Naura merasa deg-degan yang entah mengapa. Padahal pria yang berada di dekatnya tidak berbuat apa-apa. Apakah ini reaksi biologis dari dalam tubuhnya?

Malam harinya...

Naura baru saja pulang kuliah. Ia mengambil ekstensi untuk mendapat gelar sarjana. Dan ya, sepupunya itu tampak sudah menunggunya. Tetapi bukan Karen, melainkan Nara. Nara pun berteriak dari kejauhan. Ia memanggil Naura.

"Naura, aku di sini!"

Nara adalah seorang pria yang selama ini dekat dengan Naura. Mereka masih satu garis keturunan dari jalur ayah. Sedangkan Karen dari jalur ibu Naura. Rumah yang ditempati Naura pun adalah rumah ayah Nara yang dititipkan ke Naura. Sehingga karena hal itulah Naura banyak berutang budi kepada keluarga Nara.

Tapi walaupun begitu, Nara tidak pernah mengungkit pemberian ayahnya. Ia menyayangi Naura bak saudara kandungnya. Sedang Naura kadang keenakan sendiri. Ia seringkali meminta bantuan Nara. Termasuk menjemputnya kuliah.

Naura menghampiri Nara. "Kau sudah lama ya menungguku?" tanya Naura yang sudah sampai di depan Nara. Gadis berblus pink itu terlihat lelah.

"Tentu saja sudah lama. Cepat masuk! Aku punya kerjaan malam ini."

Nara pun meminta Naura masuk ke dalam mobilnya. Naura juga memenuhinya. Nara kemudian segera melajukan mobilnya.

"Nara, aku ingin minta tolong padamu," ucap Naura saat keluar dari parkiran universitasnya.

Nara hanya tersenyum kecil. Di dalam hatinya ia berkata, pasti dia baik padaku karena ada maunya. Atau kalau tidak, minta aku temaninya mencari ilham. Atau kalau tidak lagi pasti mau pinjam uang.

Naura menepuk bahu Nara. "Hei, aku sedang bicara padamu." Naura mengingatkan.

"Eh, iya. Kau mau minta tolong apa?" Nara bertanya dengan raut wajah pura-pura terkejut.

Naura tersenyum dengan mata yang berbinar. "Besok temani aku ke taman ya. Aku ada tugas," rayu Naura.

Nara menghela napasnya. "Hhh ... besok aku kerja, Naura. Kau kan tau sendiri aku pulangnya pukul enam sore." Nara menolak halus ajakan Naura.

"Bukan sore, Nara, tapi malamnya. Besok aku tidak ada mata kuliah. Jadi mau ya temani aku mencari ilham untuk tulisanku," pinta Naura dengan mata memelas.

Saat melihatnya, saat itu juga Nara seperti tidak dapat menolak ajakan Naura. Pada akhirnya ia hanya bisa mengiyakan saja.

Wanita memang merepotkan!

Tapi walaupun begitu, Nara tetap menyayangi Naura. Karena bagaimanapun mereka memiliki ikatan darah yang kuat. Walau hanya sebatas sepupu, Nara dan Naura bak saudara kandung yang dilahirkan dari rahim yang sama.

Esok harinya..

Hari ini Naura kembali menjalani aktivitasnya sebagai seorang penulis artikel majalah ibu kota. Setelah absen di kantor, ia pun merapikan pekerjaan hariannya. Dan pada saat pukul sepuluh pagi, Naura keluar dari kantornya. Menjalankan tugas sebagai bentuk hukuman untuk yang sering datang telat ke kantor. Dan ya, Naura pun berjalan menuju taman yang kemarin. Ia melepas blazer dan menenteng tasnya lalu duduk di kursi taman.

"Panasnya hari ini." Naura mengelap keringatnya sendiri.

Tanpa Naura sadari di ujung kursi yang sama terdapat seorang pemuda tengah membaca surat kabar. Pemuda itu kemudian melihat ke arah Naura dari lembaran surat kabarnya. Pemuda berkaus putih dengan setelan gaya yang kasual. Ia pun seperti mengingat Naura.

Wanita itu ...?

Terpopuler

Comments

Rain4ever

Rain4ever

kak otor banyak novel baru

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!