Peringatan Keras

...Naura...

.........

Sesampainya di ruangan Pak Bos...

Ruangan 4x4 itu menjadi saksi akan kedatangan Naura yang menghadap bosnya pagi ini. Naura pun menyapa sang bos dengan hati-hati. Maklum Hari Senin, hari yang katanya tidak disukai karena harus beraktivitas lagi.

"Permisi, Pak." Naura pun masuk ke dalam ruangan bosnya.

Bosnya melirik ke arah Naura yang datang. "Duduk!" katanya meminta Naura duduk.

Naura pun berjalan menuju kursi yang ada di hadapan bosnya. Seorang bos yang belum pantas untuk dipanggil dengan sebutan Pak. Maklum, bos Naura ini masih sangat muda. Sorang pria yang baru saja berusia tiga puluh tiga tahun bulan ini. Ialah Hata, penerus pimpinan dari kantor redaksi ini.

"Naura, bulan ini kau sudah telat sebanyak lima kali. Katakan apa yang kau mau? Mau kuberi sangsi atau dispensasi?" tanya Hata ke Naura.

Tentu saja Naura merasa malu akan sikapnya. "Maaf, Pak. Jika Bapak tidak keberatan, aku ingin dispensasi, Pak," jawab Naura dengan suara yang pelan.

Hata menghela napasnya. Dahinya berkerut, pertanda kesal terhadap karyawannya yang satu ini. Tapi, ini adalah bulan lahirnya. Ia tidak ingin marah-marah. Ia ingin bersuka cita di bulan ini. Sebagaimana suka cita kedua orang tuanya saat menyambut kelahirannya.

"Baiklah, aku akan memberikanmu dispensasi. Tapi dengan syarat!" Sang bos memberikan syarat kepada Naura. Naura pun menunggunya. "Kau harus mencari berita di luar sana dan menuliskan kejadian nyata. Selama itu juga harus tetap mengisi absen tanpa terlambat. Jika terlambat lagi, kau harus menandatangani surat pengunduran diri."

Begitulah yang diucapkan Hata kepada Naura. Sontak Naura pun menelan ludahnya. Ia tak menyangka jika sang bos akan mewujudkan pikirannya. Memecatnya jika sampai telat datang lagi.

"Ba-baik, Pak. Terima kasih."

Pada akhirnya Naura pun menerima peringatan yang diberikan bosnya itu. Ia tidak mempunyai alasan untuk menolaknya. Mau tak mau ia pun harus bekerja di luar selama beberapa hari ini. Sedang musim panas telah datang, yang pastinya akan membuat kulitnya terbakar. Naura pun menerima konsekuensi atas keterlambatannya itu.

Setengah jam kemudian...

Naura berjalan-jalan keluar kantor dengan membawa tas berisi laptop dan alat kosmetiknya. Ia menyusuri jalanan ruko lalu beristirahat di bangku taman yang tak jauh dari kantornya. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan yang keras. Naura pun segera bergegas menuju asal suara.

Suara siapa itu?!

Naura berlari. Ia ingin tahu apa yang terjadi. Tak lagi pedulikan rok setinggi lutut yang ia pakai. Sepatu pantofel hitam pun tampak menemani langkah kakinya yang tergesa-gesa. Hingga akhirnya...

"Astaga!"

Ia melihat kecelakaan yang terjadi di depan matanya. Seorang nenek harus menerima luka-luka akibat ditabrak lari oleh seorang pengendara motor. Naura pun lekas-lekas mendekati tempat kejadian perkara. Namun, tiba-tiba saja pandangan matanya tertuju kepada sosok pria yang membantu nenek itu masuk ke dalam mobil ambulance. Seorang pria yang menarik perhatiannya.

Tampannya...

Di tengah keadaan itu ia masih sempat-sempatnya berbisik di dalam hati walau keadaan tengah ricuh akibat insiden tabrak lari. Usai sang nenek dibawa ke dalam mobil ambulance, sosok pria yang menolong nenek itu pun berdiri di sampingnya. Saat itu juga hatinya berdebar, seolah ingin menyapa sang pria. Tapi sayang, pria itu terburu pergi dari sisinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!