Jam makan siang...
Naura berjalan menuju taman. Tak lupa juga ia membawa laptopnya. Sambil memegang es kapucino yang ia beli, ia melihat-lihat taman kota yang tampak ramai oleh pemuda yang berolahraga. Tapi, takdir berkata lain untuknya. Sebelum es kapucino itu sempat ia minum, es itu pun terjatuh dari tangannya. Es itu terkena bola basket yang jatuh tepat di atasnya.
"Maaf, Kak. Kami tidak sengaja. Maafkan kami," ucap anak-anak yang sedang bermain basket di taman itu.
Mau marah tidak mungkin, mau minta ganti apalagi. Naura sadar siapa yang sedang bermain bola basket di taman itu. Ia juga mengerti jika anak-anak itu tidak sengaja mengenai esnya.
"Lain kali hati-hati jika bermain. Jangan sampai merugikan orang!" cetus Naura kepada anak-anak itu.
"Baik, Kak."
Anak-anak itu pun menjawab serempak. Naura kemudian menghela napasnya karena kesal. Tapi apalah daya semua sudah terjadi dan tak patut untuk disesali. Saat ini ia hanya perlu membeli esnya lagi.
"Ini, minumlah. Aku membelinya dua."
Tiba-tiba saja ada yang berucap seperti itu kepadanya. Naura pun kaget dengan ucapan itu. Suara seorang pria yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Ia pun berbalik arah...
"K-kau ...?"
Naura terbata. Ia tidak percaya jika akan melihat pemuda itu. Tapi ia lebih tidak percaya jika pemuda itu akan memberikannya es. Naura pun memandangi wajah pria itu dalam-dalam.
Wajah terang bak pelita, tanpa cacat dan tanpa jerawat. Mulus seperti uang baru dicetak di pabriknya. Naura pun seperti terkena hipnotis. Tubuhnya terdiam dan membisu saat melihat kedua bola mata itu memberikan es kapucino kesukaannya.
"Ini ambillah," ucap pemuda itu kepada Naura.
Kenapa aku diam saja? Ayo sadar, Naura!
Gadis itu speechless melihat siapa gerangan pemuda yang memberikannya es kapucino. Tentu saja jantung itu seperti berhenti berdetak kala keindahan dilihat oleh kedua matanya. Dengan malu-malu Naura pun menerima es kapucino pemberian pemuda itu.
"Te-terima kasih," ucap Naura dengan terbata.
Ia seperti ingin bersembunyi ke dalam bumi karena rasa keterkejutannya melihat pemuda itu. Pemuda itu pun berlalu pergi setelah memberikan esnya kepada Naura. Hanya meninggalkan aroma parfum khas pria yang sampai masuk ke paru-parunya.
Dia tampan sekali. Tapi bukankah dia pria yang kulihat waktu itu?
Naura bertanya-tanya sendiri. Ia mencoba mengingatnya lagi. Tapi sayang, Naura tidak bisa berpikir cepat. Ia kembali teringat dengan pekerjaannya. Lantas Naura pun menyeruput es kapucino yang diberikan pemuda itu. Ia kemudian kembali meneruskan pekerjaannya. Mencari inspirasi untuk dijadikannya cerita agar tidak di-PHK.
Beberapa jam kemudian, di kantor redaksi...
Siang ini sang bos muda tampak membaca tugas yang telah diselesaikan oleh Naura. Sedang Naura sudah kembali ke meja kerjanya. Hata pun tampak tertegun melihat hasil tulisan itu. Ia menyadari jika sebenarnya Naura mempunyai kelebihan di atas rata-rata. Lantas ia pun memanggil Naura.
"Ke ruanganku sebentar."
Lewat telepon kantor Hata meminta Naura untuk datang. Dan tanpa perlu menunggu lama, Naura pun menghadap bosnya.
"Pak." Naura menyapa bosnya.
"Duduk." Hata pun meminta Naura untuk duduk. Naura pun segera duduk di hadapan Hata.
Hata termenung melihat Naura. Naura pun bingung melihat Hata, pimpinan redaksinya. Detak jam di dinding seolah menjadi saksi mereka yang diam. Hingga akhirnya Hata membuka pembicaraannya kepada Naura.
"Aku telah membaca artikel yang kau buat. Dan sepertinya tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadimu." Hata mengira.
"Em, iya, Pak. Aku tidak tahu apa yang harus kutuliskan. Jadinya aku tulis saja kisah hidupku." Naura tampak ragu mengatakannya.
.........
...Naura...
...Hata, bos Naura...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments