Dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, akhirnya Elena pun mulai melangkah, ia memutari lapangan dengan cara berjongkok sembari mengatakan "Saya kodok dungu."
"Saya kodok dungu." Ucap Elena dengan bibir yang terus bergetar.
"Ngomong yang keras!!" Pekik Febby yang kala itu terus memantau pergerakan Elena.
"Saya kodok dungu!" Ucap Elena lagi yang mulai semakin mengeraskan suaranya.
Febby pun kembali tersenyum puas.
"Me, Bram, lo lanjut deh ngospek anak-anak ini, gue mau ngitungin putaran tuh anak sok cantik!" Ucap Febby.
"Ok." Ame pun mengangguk singkat.
"Woi, lo kodok atau siput?? Lambat bener jalannya!!" Ketus Febby lagi.
"Saya kodok dungu." Ucap Elena secara terus menerus.
"Hahaha astaga, ternyata seru juga ya bisa ngerjain anak sok cantik ini, hmm kayaknya aku memang butuh deh hiburan kayak gini deh setiap hari." Celetuk Febby yang terus tertawa puas kala melihat Elena tertindas.
Baru sepuluh putaran, nafas Elena mulai terasa ngos-ngosan, langkahnya pun perlahan kian melambat, bahkan perlahan ia merasakan jika oksigen yang masuk ke pernafasannya seolah mulai berkurang.
"Huh,, huh,, sa,, saya kodok dungu." Ucap Elena dengan suara semakin terdengar lirih.
"Ayo semangat dong!! Baru juga sepuluh putaran, masih ada 40 lagi, semangat-semangat!!" Ucap Febby seolah menyemangati, namun faktanya ia bahkan mengejek wanita malang itu.
Elena tidak menyahut, ia hanya terus berusaha sekuat tenaga untuk terus bisa melangkah, dan tak lama, akhirnya Elena menghentikan sejenak langkahnya.
"Kak, saya udah gak kuat." Ucap Elena lirih sembari menatap Febby dengan sendu.
"Gak bisa! Baru 12 putaran, masih ada 38 putaran lagi!!"
"Ta,, tapi kak saya beneran,.."
"Lo berani nolak aturan kakak tingkat yang lagi ngospek? Itu berarti lo udah siap kalau selama lo kuliah disini, lo akan dapat masalah setiap hari!" Ancam Febby.
Hal itu pun seketika membuat nyali Elena ciut dan mau tidak mau, ia pun dengan terpaksa melanjutkan langkahnya.
"Saya kodok dungu." Ucapnya lagi dengan lirih.
Sudah 20 putaran, Keringat Elena pun nampak sudah bercucuran melalui dahinya, bahkan perlahan ia mulai merasakan jika pandangannya kala itu perlahan mulai terasa gelap.
Dan disaat yang sama, seseorang yang begitu di nantikan Febby sejak tadi akhirnya muncul juga, dengan langkah yang sangat tenang seorang lelaki nampak terus melangkah menuju lapangan.
"Akhirnya pujaan hatiku muncul juga." Celetuk Febby dalam hati sembari terus memandangi lelaki bermata coklat terang itu yang terus melangkah menuju ke arahnya dengan penuh kagum.
"Hai Biru, morning." Sapa Febby sembari menampilkan senyuman terbaiknya,
Ya, dialah Sabiru Dirgantara, lelaki bertubuh tinggi atletis, mata berwarna coklat terang yang tajam, juga memiliki hidung yang begitu tegak juga lancip, dan satu hal yang terpenting, saat ini ia begitu populer di kampus karena bukan hanya tampan, ia juga jago bermain basket, dan satu lagi, ia anak dari seorang Dekan di kampus itu.
"Morning." Jawabnya dengan tenang.
"Lama banget sih kamu datangnya."
"Biasa, kesiangan!" Jawab Biru lagi dengan santainya.
Namun tentu saja respon Febby tidak sama seperti saat dia merespon Elena yang juga kesiangan. Selain mereka berada di tingkat yang sama, Febby juga sangat mengagumi bahkan menyukai Biru, tentu saja ia tidak mungkin bisa menghukum lelaki itu.
"Hais, kapan cobak kamu bisa bangun lebih pagi ha?" Tanya Febby namun sembari terus tersenyum.
"Mungkin saat matahari terbit dari barat!"
"Hmm, dengan kata lain itu adalah suatu hal yang mustahil."
"Kayaknya sih gitu, gak ada yang bisa bikin aku bangun lebih pagi, hal apapun itu!"
"Hmm ya ya ya." Febby pun hanya bisa terus tersenyum.
Dan disaat yang sama, kedua mata tajam Biru tak sengaja menatap ke arah Elena yang nampak sudah begitu ngos-ngosan.
"Itu kenapa?" Tanya Biru dengan tenang sembari menunjuk ke arah Elena dengan menggunakan wajahnya,
"Oh, dia telat! Bayangin aja ya, udah telat, terus nyoba masuk diem-diem lagi ke dalam barisan, dan parahnya lagi, dia gak pake atribut ospek yang udah dikasi kemaren! Parah kan?" Ungkap Febby yang kembali nampak kesal saat mengutarakan hal itu.
"Emm, Jadi lo hukum dia?" Tanya Biru lagi masih dengan nada santai.
"Ya jelas lah, anak sok cantik gitu wajib di hukum!"
"Hmm ada-ada aja." Biru pun mendengus pelan sembari tersenyum tipis.
"Emang udah berapa putaran?" Tanyanya kemudian.
"Hmm berapa ya? Baru 21 putaran kayaknya." Jawab Febby santai.
Mendengar hal itu, Biru pun sontak menatap Febby dengan kedua matanya yang nampak membesar karena terkejut.
"Hah?! 21 putaran??"
"He'eh." Jawab Febby sembari mengangguk tenang dan terus tersenyum pada Biru.
"Memangnya lo ngehukum dia berapa putaran??"
"50 putaran." Jawab Febby tanpa beban.
"Apa??!! Udah gila lo ya!" Biru pun terlihat semakin terkejut kala mendengar pengakuan Febby yang membuatnya jadi terlihat tidak manusiawi.
"Apanya yang gila sih Biruuu?? Itu hukuman yang pantes untuk dia karena hari pertama masuk udah banyak tingkah!" Jelas Febby membela diri dengan terus memojokkan Elena.
"Sakit jiwa lo ya! ngasi hukuman sebanyak itu, bisa mati anak orang!!" Ketus Biru yang kemudian langsung melangkah cepat ke arah Elena.
Febby pun seketika dibuat tercengang saat memandangi Biru yang langsung menuju Elena.
"Hei," panggil Biru yang kala itu sudah berdiri di sisi Elena.
Langkah Elena pun seketika terhenti,
"Hukumanmu udah selesai, sekarang kamu boleh berdiri!" Ucap Biru datar.
Elena dengan keringat yang bercucuran dan nafas yang sudah tak lagi beraturan, perlahan mulai menoleh ke arah biru yang kebetulan wajahnya sejajar dengan sinar matahari pagi yang begitu menyilaukan, hingga membuat pandangan mata Elena semakin gelap.
Kedua mata Biru pun kembali membesar kala melihat ada banyak butiran keringat di wajah wanita yang kala itu sudah terlihat begitu lemah tak bertenaga itu.
"Udah, gak perlu diterusin, ayo berdiri!" Ucap Biru lagi yang merasa tidak tega.
Elena pun kembali mengumpulkan tenaganya saat ingin berdiri, namun begitu ia berhasil berdiri, tubuhnya mendadak oleng hingga ia merasa akan segera ambruk saat itu juga. Beruntung, kala itu Biru dengan gerakan cepat langsung meraih tubuhnya hingga membuat wanita lemah itu tidak harus menyentuh permukaan semen lapangan.
"Eh, kamu kenapa?" Tanya Biru yang dibuat kaget.
Hal yang sama juga terjadi pada Febby dan orang-orang yang melihatnya.
"Loh, loh! Ke,, kenapa tuh anak?" Tanya Ame pada Bram yang juga melihat hal itu.
"Mana gue tau." Jawab Bram sembari mengangkat singkat kedua pundaknya.
"Hah?!! Kenapa lagi anak sok cantik itu? Apa dia lagi akting biar bisa caper ke Biru?!" Gumam Febby dalam hati yang nampak tak senang.
Dengan setengah sadar, Elena terus menatap sayu ke arah lelaki yang kala itu ada di hadapannya dan masih memegangi tubuhnya agar tidak jatuh.
"Hei, sadar! tolong jangan pingsan disini!" Ucap Biru sembari terus menepuk-nepuk pelan pipi Elena yang terasa lembab akibat keringat.
"Makasi banyak kak," Ucap Elena lirih, sebelum akhirnya ia pun benar-benar tidak sadarkan diri.
Febby yang merasa tak senang pun akhirnya melajukan langkahnya untuk menghampiri mereka.
"Heh!! Bangun lo!! Jangan akting didepan Biru!!" Ketus Febby sembari menepuk-nepuk pipi Elena dengan sedikit keras.
Namun sayangnya Elena seolah mematung tak merespon dengan kedua matanya yg tertutup, dan justru hal itu membuat Biru jadi semakin murka pada Febby.
"Stop, stop!! Bener-bener udah gila lo ya!!" Ketus Biru yang nampak tak senang hingga kemudian langsung menggendong tubuh Elena begitu saja tanpa ragu di hadapan Febby.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Runa💖💓
Belagu amat jadi Kating
Kalau aku sudah aku lawan senior seperti itu
perasaan sekarang GK jamannya lagi ospek pakai hukuman seperti itu
2023-02-05
2
Chyntia Rizky 🖋️
ini ada hubungannya sama pak Arif dirgantara yg sama Michele zuidith gak Thor?? hahaha
2023-02-04
4
M.azril maulana
kegilaan ospek dalam dunia nyata
2023-02-03
5