Totalnya ada 8 orang yang memenangkan tantangan surat cinta dari setiap satu kakak tingkat.
Para pemenang pun di bebaskan dari tantangan berikutnya dan dibebaskan dari aturan ospek selama masa tantangan berjalan, mereka bisa melakukan apa saja selama tidak menjalani tantangan, bahkan diperbolehkan kekantin atau bersantai di taman kampus.
Saat itu Elena memilih untuk pergi ke kantin, karena lagi-lagi ia tidak sempat sarapan sebelum pergi ke kampus karena saking buru-burunya agar tidak terlambat lagi.
Tak ragu ia pun memesan nasi goreng dari kantin yang paling ramai saat itu, nasi goreng yang sama yang dimakannya kemarin, karena rasanya memang benar-benar enak. Elena terus melahap makanannya dengan semangat karena dia sudah sangat lapar, namun mendadak kedua matanya kembali membulat sempurna saat Biru yang tiba-tiba saja muncul dan berdiri di hadapannya.
"Hei." Sapa Biru sembari tersenyum tipis.
Hal itu pun seketika membuat Elena tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Uhukk,,uhukk,,," Elena yang terbatuk pun bergegas meraih tisu untuk menutup mulutnya
"Owh maaf, aku bikin kamu kaget ya?"
"Oh eng,, enggak kok kak." Jawab Elena dengan cepat.
"Boleh aku duduk disini?"
Elena pun mengangguk pelan. Biru pun langsung duduk dihadapannya begitu saja, melihat Elena yang kembali memesan nasi goreng dari kantin yang sama, membuat Biru kembali tersenyum.
"Keliatannya kamu ketagihan sama nasi goreng yang ku bawa kemarin ya?"
"Hehehe iya kak, habisnya enak." Jawab Elena sembari tersenyum.
Biru pun mendengus pelan dan ikut tersenyum.
"Jadi,,,, nama kamu Elena?" Tanya Biru memastikan.
"Iya kak."
"Hmm, kita belum kenalan secara resmi," Biru pun langsung menjulurkan tangannya.
"Salam kenal Elena." Ucapnya kemudian.
Elena pun membalas jabatan tangan Biru tanpa ragu dan kembali tersenyum malu-malu.
"Oh yaudah lanjut lagi aja makannya, jangan sungkan." Ucap Biru saat Elena nampak kikuk sesaat.
"Kakak gak makan?"
"Enggak ah gak laper, aku cuma pesen minum doang, abis kena matahari pagi di lapangan tadi jadi bawaannya haus."
"Oh gitu hehe." Elena pun melanjutkan makannya dengan tenang.
Sedangkan Biru, kala itu hanya terdiam sembari terus memandanginya dengan sebuah senyuman yang susah di artikan.
"Ke,, kenapa liatin aku kegitu?" Tanya Elena yang mendadak jadi merasa gugup saat menyadari Biru yang terus memandanginya.
"Ah enggak, aku cuma masih gak abis pikir aja sama isi suratmu tadi."
"Oh iya, sekali lagi makasih ya kak, kakak udah bikin aku menang."
"Bukan aku kok, tapi ungkapan kamu yang apa adanya itu yang bikin kamu menang."
"Tapikan tetep aja tadi itu kakak yang punya kuasa untuk nentuin siapa pemenangnya."
"Hmm iya deh iya, sama-sama kalau gitu."
Elena pun lagi-lagi tersenyum sumringah.
"Tapi beneran cuma makasih doang ni?" Tanya Biru tiba-tiba.
"Hmm terus apa kak? Oh apa kakak mau ku traktir makan sekarang?" Tanya Elena menawarkan,
Elena memanglah dari desa, tapi di desa ia juga bukan orang yang kekurangan materi, bahkan keluarganya bisa dikatakan keluarga yang terpandang didesa, yang memiliki beberapa hektar sawah, dan juga peternakan sapi. Dengan kata lain, orang tua Elena bisa dikatakan sebagai juragan di desanya.
"Ah enggak, enggak! Bukan itu."
"Loh terus apa dong?" Tanya Elena yang nampak bingung.
"Imbalannya sederhana aja kok, aku mau kita temenan, boleh?" Tanya Biru.
"Temenan??!"
"Hmm." Biru pun mengangguk.
"Boleh kok." Jawab Elena akhirnya, yang kembali menampilkan senyumannya yang manis.
"Ok deal! Jadi mulai sekarang kita resmi temenan ya, jadi kamu gak perlu manggil aku kakak lagi, ok?"
"Hah, ta,, tapi, kakak kan kakak tingkatku, gak enak dong kalau gak panggil kakak."
"Gak mau tau!! Pokoknya gak boleh panggil kakak!" Tegas Biru.
"Hmm, ya,, yaudah deh kak." Elena pun mengangguk,
"Nah loh, masih aja manggil kakak."
"Eh iya, duh maaf kak, ehh maaf maksudnya Bi,, Biru."
"Nah iya gitu dong."
"Tapi emang bener-bener Biru berarti ya namanya?" Tanya Elena lagi untuk memastikan.
"Sabiru! Namaku Sabiru." Jawab Biru dengan tenang.
"Bagus namanya," Celetuk Elena.
Tak lama minuman pesanan Biru pun datang dalam bentuk cup,
"Hmm minumanku udah datang, kalau gitu aku balik ke lapangan dulu."
"Balik ke lapangan??"
"Iya, kan masih harus ngospek."
"Ohh, ok deh" Jawab Elena yang entah kenapa jadi merasa sedikit kecewa dengan Biru yang sudah harus pergi saat ia merasa sedang asyik-asyiknya mengobrol.
Padahal mereka baru saja bertemu dan saling mengenal, tapi entah kenapa Elena sepertinya merasa sudah begitu nyaman dengan Biru.
Siang hari...
Siang itu, di sekeliling lapangan basket mendadak terlihat ramai, Elena yang awalnya berniat ingin langsung pulang, harus menunda niatnya itu karena melihat banyaknya orang yang berkumpul di area lapangan basket.
"Ada apa tu rame-rame?" Celetuk Elena seorang diri yang merasa penasaran.
Elena pun bergegas menuju kerumunan untuk menjawab rasa penasaran yang mulai mengganggu pikirannya. Setelah ia bergabung di kerumunan itu, barulah ia tau, jika ternyata para mahasiswa/mahasiswi yang berkerumun mengelilingi lapangan basket itu sedang menonton pertandingan basket three on three atau tiga lawan tiga yang dimana ada Biru di salah satu tim.
"Hah, itu kan kak Biru." Celetuk Elena dalam hati yang kala itu mulai menatap kagum dengan matanya yang begitu berbinar kala melihat bagaimana macho dan kerennya Biru saat memainkan bola basket.
"Wah Bener-bener gak nyangka, selain ganteng, rupanya dia juga jago banget main basketnya." Gumam Elena yang entah kenapa saat melihat biru kala itu jadi sepuluh kali lebih tampan dari sebelumnya, apalagi saat melihat bagaimana lelaki itu nampak begitu serius pada memainkan bola basketnya dengan begitu handal.
"Beruntung banget tu pasti perempuan yang jadi pacar kak Biru," Gumam Elena lagi yang terus tersenyum sembari terus menatap penuh kekaguman ke arah Biru.
Saat Elena tiba, pertandingan itu sudah berjalan setengah waktu, hingga setengah jam berlalu, akhirnya pertandingan basket pun selesai dengan dimenangkan oleh tim Biru. Biru pun nampak tersenyum lebar sembari melangkah tenang ke arah pinggir lapangan.
Namun ternyata ada hal yang membuat dahi Elena mendadak sedikit mengkerut saat melihat Febby yang langsung menghampiri Biru sembari memberikan air mineral dan handuk kecil untuknya.
"Kak Febby?? Hmm apa jangan-jangan kak Febby itu pacarnya kak Biru? Soalnya mereka keliatannya deket banget." Tanya Elena dalam hati yang entah kenapa mendadak jadi terlihat sedikit murung menyaksikan hal itu.
"Ih kenapa sih aku ini? Masa cuma karena dia bersikap baik, aku jadi langsung baper gini," Elena pun menghela nafas panjang, lalu langsung memilih untuk mundur teratur dan pergi meninggalkan kerumunan.
Dengan langkah lesu, Elena terus berjalan menuju pintu gerbang untuk keluar dari kampus. Kost Elena yang tidak terlalu jauh dari kampus pun membuatnya lebih suka berjalan kaki ketimbang harus naik angkutan umum.
Seperti seseorang yang seolah sudah kehilangan gairah hidupnya, Elena terus melangkah lesu di trotoar tepi jalan dengan pikirannya yang mulai bercabang.
"Dulu aku bener-bener memimpikan untuk kuliah dikampus bergengsi ini, dan sekarang mimpi itu udah terwujud , aku gak mau semuanya jadi rusak cuma karena aku baper sama orang yang bahkan baru aku kenal." Gumam Elena lirih.
Namun disaat yang sama, seorang lelaki yang menaiki motor warrior dengan menggunakan helm full face tiba-tiba berhenti di tepi jalan, tepat di sisi Elena.
"Hei." Sapa lelaki itu.
Elena yang sedikit kaget pun langsung melirik aneh ke arah orang itu karena tidak mengenali siapa dia. Namun di detik berikutnya, raut wajah Elena seketika berubah saat lelaki itu membuka kaca helmnya.
"Kok jalan kaki?" Tanya lelaki yang tidak lain adalah Biru.
"Kak Biru?? Eh mak,, maksudku Biru. Hmm ternyata kamu."
"Kenapa, kamu gak ngenalin aku ya awalnya?"
"Gimana bisa ngenalin kalau pake helm full face gitu."
"Kamu kenapa jalan? Cuaca lagi panas-panasnya loh ini."
"Gak papa, kost ku deket sini kok."
"Oh kamu ngekost?"
"Iya, kan rumahku jauh di kampung." Jawab Elena jujur.
"Hmm memangnya dimana kostmu? Mau ku anter?" Tanya Biru menawari.
"Memangnya kamu gak pulang bareng kak Febby?"
"Hah?! Febby?? Kenapa aku harus pulang bareng Febby?" Tanya Biru yang terlihat bingung.
"Bukannya dia pacar kamu ya?"
"Hah?! Aku?? Pacaran sama Febby?? Hahaha." Biru pun nampak tertawa geli.
Hal itu sontak membuat Elena terdiam dan menatapnya dengan tatapan tak kalah bingung.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Adi Supardi
w wa²29____*z9
2023-02-15
0
🍃yanni🍃
aku baca ini sbenerxa penasaran sekaligus takut plus ngeri fetishxa si biru tuh pegimana, biasaxa kn aneh2 dn denger kata fetish tuh bikin ku teringat dgn yg kelainan seksual mendekati psikopat🤔jdi g tega ma elena yg polos dideketin biru yg keren tpi punxa fetish seperti itu😓
2023-02-03
6
Yurnita Bornas
Mampir dulu
2023-02-03
2