Aku bukan pelakunya!

"Pak Ridwan!!" pekik Arga yang menyaksikan sang calon mertua tersungkur bersimbah darah disekujur tubuhnya. Ia tampak amat lemah dengan napasnya yang putus-putus, sepertinya si pelaku menembak tepat pada titik vital Pak Ridwan hingga dengan cepat melemahkannya saat itu.

"Arga_..." ucap pak ridwan dengan suara seraknya. Ia mengulurkan tangan pada Arga, dan pria itu segera menyambutnya dengan dengan segala rasa cemas yang ada.

"Pak... Siapa yang melakukan ini pada Bapak? Kenapa begini?"  tanya Arga pada calon mertuanya itu. Pak ridwan seolah kehabisan tenaga seketika dengan segala lukanya, jantungnya mulai terasa lemah begitu juga dengan irama napasnya. 

"Hans_...." lirih Pak Ridwan yang berbisik ditelinga Arga dengan sisa tenaganya. Dan kebetulan, Arga melihat sebuah pistol yang ada disana dan tak sengaja menyentuhnya.

"Ini senjatanya? Hans?" Arga terasa gamang dengan ucapan Pak Ridwan saat itu. Hans adalah sahabat Sofi dan Arga selama ini, bagaimana bisa Hans melakukan ini pada pria yang sudah Ia anggap sebagai ayahnya sendiri selama ini.

"Pak... Pak bagun, Pak. Kuat  Pak, Arga akan bawa Bapak ke Rumah sakit." ucap arga penuh dengan permohonan. Tapi seolah telat, karena benar-benar tepat diorgan vital Pak ridwan saat itu. 

Pak Ridwan tampak menghembuskan napasnya beberapa kali, hingga yang terakhir Ia hirup dan tak pernah Ia hembuskan lagi pada akhrinya.

"Tidak.. Tidak... Tidaaaakk!! Pak Ridwan, bangun Pak!" pekik Arga saat itu yang mulai berderai air mata. Ia menepuk-nepuk pipi calon mertuanya dengan kuat, tapi percuma karena sudah begitu lemah tanpa nyawa.

"Paaaak!!!" Arga syok, calon mertuanya menghembuskan napas terakhir dipangkuannya saat ini. Ia bingung sendiri harus bagaimana dengan semua yang ada didepan mata, bahkan tubuhnya seolah membeku tak mampu bergerak sedikitpun. Hingga Sofi datang dan memekik sekuat tenaganya dari belakang mereka saat itu.

"AAAAARRRGGGHHH!! Ayaaaah!!" Sofi memekik dan begtiu syok dengan apa yang Ia lihat saat ini. Terlebih lagi dengan kenyataan bahwa senjata itu ada dalam genggaman Arga dengan tangan yang berlumuran darah dari sang ayah.

Sofi langsung berlari menghampiri keduanya. Ia langsung meraih tubuh sang ayah yang semula dipeluk Arga dan kini berada ditangannya dengan sudah tanpa nyawa. Sofi terus saja histeris seola kehilangan akal, tak perduli dengan semua orang yang menatapnya saat ini, bahkan Ia tak perduli jika Arga masih ada disana. 

Tangisnya begitu pilu kehilangan orang tua satu-satunya yang Ia miliki saat ini. Ayah yang selama ini mendidiknya dengan baik seorang diri tanpa bantuan sang ibu, dengan perjalanan karirnya yang berat dan bahkan harus menitipkannya pada tetangga karena kejar lembur. Ia ingat perjuangan berat sang ayah untuknya yang berjuang keras hingga menjadi seperti ini.

"Ayaah... Bangun, Yah. Ayah kenapa? Ayah kenapa tinggalim sofi seperti ini, Ayah?" tangisnya pecah sejai-jadinya saat itu, memeluk dan mencium tubuh lemah ayahnya meski banyak darah disana. Ia seolah tak melihat Arga, yang sebenarnya tak kalah syok dengan dirinya disana.

"S-sofi_..." panggil Arga dengan gugup. Tapi saat itu Sofi justru menatapnya nyalang penuh kebencian, seperti Ia menuduh Arga sebagai penyebab kematian Ayahnya. Ia mengulurkan tangan untuk meraih tangan Sofi saat itu, berniat untuk meredakan sedikit tangisnya yang amat menyakitkan. Tapi, sofi menghempaskannya dengan begitu kasar.

"Kamu, Mas. Kenapa kamu lakukan ini sama Ayahku? Apa salah ayah sama kamu?" sergah Sofi dengan nada yang kuat.

"Bu-bukan aku, Sof. Bukan aku yang melakukannya," gagap Arga saat itu. Tapi terlanjur basah, karena memang pistol itu ada ditangan Arga saat itu. Semua orang melihatnya, dan pasti semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan sofi.

"Kamu jahat, Arga. Jahaaaat!!!" Sofi terus mencecar Arga dengan segala rasa benci yang ia miliki. Kenangan mereka yang manis seolah luntur seketika dengan kejadian itu. Sofi sekaan lupa perasaannya pada Arga selama ini, berubah menjadi sebuah rasa benci yang tak dapat lagi dicerna dengan akal sehat.

Apa yang Ia lihat, itulah kenyataannya saat ini. Sedikitpun Sofi tak pernah mau mendengarkan apa yang arga ucapkan padanya, bahkan sebuah penjelasan. 

"Kamu jahat! Aku benci kamu, Arga!!" pekik Sofi yang masih memeluk ayahnya dengan erat dan mengecupi wajahnya untuk yang terakhir kali dengan tangisnya yang semakin menjadi-jadi. Seragam putih yang Ia pakaipun berubah menjadi merah, tapi Ia tak perduli. Bahkan saat Arga ditangkap dan dibekuk oleh pihak yang berwajib didepan matanya. Sama sekali tak ada pembelalan dari Sofi untuk kekasihnya itu.

Terpopuler

Comments

Luzi

Luzi

oneng juga si Arga ini,,,

2023-03-14

2

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

arga kenapa kamu sentuh pistolnya😩🤦‍♀️ jadi ada sidik jari kamu dipistol itu.emang di rooftop resto ga ada cctv yaa🤭

2023-03-09

1

Elsa Pasalli

Elsa Pasalli

Harusnya Arga jangan menyentuh senjata itu..... jelas Arga yang dituduh karena senjata ada ditangannya 🙄🙄🙄🙄

2023-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!