Barra membuka matanya perlahan dan menatap seseorang yang berada di samping nya tengah tertidur sangat pulas, "Emily..." lirih Barra sambil meraih dagu wanita itu. Kening nya langsung mengerut saat melihat gadis itu adalah Anin gadis yang baru di nikahinya sehari yang lalu, matanya turun kebawah dan melotot sempurna saat sadar jika Anin tidak mengenakan sehelai benang pun.
"Tidak... aku tidak melakukanya, aku bahkan tidak mengingatnya." gerutu Barra saat melihat dirinya tidur di samping gadis yang sedang tidak mengenakan sehelai benangpun. Anin membuka matanya dan menatap punggung pria yang sedang dudung membelakanginya, seseorang yang sangat ia kenali postur tubuhnya itu.
"Aaaaaa!!!!" tiba-tiba gadis itu berteriak saat sadar jika dirinya tertidur si samping seorang pria dengan tanpa mengenakan pakaian. Anin langsung menutupi tubuhnya dengan selimut dan kembali menendang Barra dengan sekali tendangan dan langsung terjatuh.
"Kau! kenapa kau menendangku!" sentak Barra langsung bangun dan memegang pinggangnya menatap tajam kepada gadis kecil yang selalu bisa melawanya.
"Ma-maafkan aku Kak, tapi kakak yang salah. Kenapa aku tidur bersama mu dan tidak memakai baju?" tanya Anin di balik selimut dengan tubuh bergetar dan rasa takut yang melandanya. Karena jika semalam dirinya melakukan itu dengan Barra maka hubunganya dengan Dylan akan berakhir detik ini juga.
"Tanyakan pada dirimu sendiri! sudah jelas sebelum aku tidur kamu masih mengenakan baju pengantin itu!" sentaknya sambil menunjuk gaun pengantin yang berada di lantai, walau Barra sendiri tidak tau apa yang terjadi dia tidak yakin jika dirinya tidak menyentuhnya tapi dirinya lebih tidak yakin jika sudah menyentuh gadis itu dalam keadaan tidak sadar.
"Tapi kenapa kamu tidur di sampingku!" ujar Anin menatap Barra saat setelah menatap pakainya di lantai sambil mengingat-ingat apa yang sudah terjadi semalam.
"Karena kau istriku!" sentaknya.
"Sudah bersihkan dirimu dan temui aku di taman saat selesai," perintah Barra tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Barra berjalan keluar berniat mandi di kamar tamu sambil memikirkan kejadian semalam.
Setelah pria itu selesai mandi dia menyuruh para pelayan masuk kedalam mansionya untuk mengurus semua kebutuhan istrinya saat dirinya sudah berada di luar Mansion.
Barra duduk di taman yang penuh bunga dengan secangkir teh di tanganya sambil mengingat kejadian pagi ini, "aku tidak ada niat untuk tidur denga nya, tapi kenapa aku langsung tertidur tanpa begadang?" tanya nya dalam hati pada dirinya sendiri karena Barra selalu tidak bisa tidur setiap malamnya, apalagi ada orang lain selain dirinya di ruangan itu sudah seharusnya jika dirinya akan kesulitan tidur pikirnya.
Barra mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja dengan satu tangan yang menopang pipinya, "lebih gila nya lagi aku tidak tau rasanya malam pertamaku." ujarnya menyesal karena sama sekali tidak mengingat apapun.
"Tuan, Nona Anin sudah datang." ucap kepala pelayang yang sejak tadi berdiri tidak jauh darinya saat melihat Anin di antarkan salah satu pelayan lainya.
Barra tidak menjawab, dia hanya kembali menyesap secang teh yang ada di atas meja. Lalu Kepala pelayan Bram mempersilahkan Anin duduk di hadapan Tuanya.
Barra meletakan cangkir itu kembali di atas meja sambil menatap Anin yang sudah berpakaian rapi sambil menundukan kepalanya, "angkat wajahmu Anin." titah Barra dengan suara beratnya.
Anin mengangkat wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca menatap wajah biru tua milik pria berdarah keturunan indo Italy itu, "katakan kenapa kamu menangis?" tanya Barra yang sudah mengira jika gadis itu masih menyesali nasibnya yang menikah dengannya.
Anin menggelengkan kelapanya dengan air mata yang sudah mulai menetes, dan bibir yang mengerucut sambil menyedot kembali ingusnya.
Barra merutuki dirinya sendiri entah karena angin apa dirinya menikahi gadis ingusan ini, gadis yang setiap harinya selalu ada di pikiranya sampai membuat dirinya tidak bisa kembali pokus pada pelajaran atau pun pekerjaanya. Gadis yang selalu membuatnya berdebar-debar dan tidak bisa mengontrol hatinya, dan juga gadis yang sangat ia benci karena sudah mengobrak-abrik perasaanya yang baru pertama kali ia rasakan itu.
"Katakan apa yang ingin kamu katakan! jangan menangis seperti anak kecil, kamu sekarang sudah menjadi seorang istri Anin." ucapnya walaupun dirinya sendiri tidak yakin jika Anin akan bisa menjadi seorang istri karena dari tingkah dan umurnya yang masih 18 tahun pun dia sudah bisa memprediksi masa depan di kehidupan pernikahanya.
Anin mengangguk lalu menyeka air matanya, "maafkan aku kak." ujar nya membuat Barra yang mendengarnya semakin tidak sabaran dan penasaran dengan apa yang akan di ucapkan gadis itu.
.
.
to be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
tanda tanya besar knp Anin, bisa ngk tau tidur tanpa pakaian, semoga hanya Barra yg menjamah tubuh nya y thour
2025-01-02
0
💞R0$€_22💞
mgkn anin punya kebiasaan tidur ga pake baju..dia melepas bajunya ga sadar krn sdh ngantuk..
2023-12-08
0
Nurul Mariama
bagus ceritanya
2023-12-02
0