Flashback~

Flashback On

Tiga bulan lalu Anin berjalan memasuki loby hotel dengan wajah yang terlihat sangat bahagia, dia ingin memergoki Ayahnya yang pergi ke hotel dengan seorang wanita yang mungkin akan menjadi ibunya kelak.

Gadis itu sangat menginginkan Ayahnya bahagia dengan pasangan barunya setelah begitu lama tidak memiliki pasangan, Ibunya meninggal saat Anin berumur 10 tahun karena penyakit yang di deritanya.

"Ayah!! Aku menemukanmu" teriaknya saat membuka pintu ruangan itu, berharap dirinya memergoki Ayahnya dengan seorang wanita. Ia justru malah melihat Ayahnya sedang berbincang dengan ketiga pria di sana, Anin langsung mengedarkan pandanganya.

"Loh, ini lestoran yah? bukanya kamar hotel?" gumamnya masih lirik kanan dan lirik kiri untuk memastikan suasana ruangan itu, ruangan VVIP yang cukup besar itu hanya ada empat pria di dalamnya sedang menyantap makanan yang ada di atas meja.

"Anin, sedang apa kamu di sini?" tanya Ayahnya yang masih duduk di depan meja yang penuh dengan hidangan mewah. "Kemari duduklah," ajaknya karena berhubung anaknya ada di sana Gafar pun berniat mengenalkan nya kepada rekan bisnisnya.

"Ayah, maaf aku kira ayah sedang bersama seorang wanita di kamar hotel." jawabnya jujur membuat kedua rekan bisnisnya terkekeh pelan karena kelakuanya, Anin hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal sambil duduk di sebelah Ayah nya.

Sementara satu rekan bisnis Ayahnya yang lain sejak tadi hanya diam menatap tajam ke arah Anin tanpa dia sadari.

"Tuan Gafar, anakmu seperti nya tidak suka jika kamu mempunyai kekasih, sampai datang untuk memergokimu." ujar seorang lelaki yang sebaya dengan ayahnya sambil terkekeh.

"Tidak, justru aku akan memergokinya dan langsung menikahkan dia dengan Ayahku." ujar Anin dengan lantang nya, "karena aku akan menikah muda jadi Ayahku juga butuh pendamping hidupnya." lanjut Anin dan langsung mendapatkan jeweran di telinganya dari Ayah Gafar.

"Ayah sakit!"

"Kamu ini, sekolah yang benar! malah mikirin nikah muda." ujarnya lalu melepaskan lengan yang menjewer telinga Anin itu. "Tuan, maafkan atas kelakuan anakku. Kenalkan dia anak perempuan ku satu-satunya," ucap Gafar mempernalkan Anin pada ketiga rekan bisnisnya.

Anin mengulurkan tangan kepada rekan bisnis Ayahnya yang sejak tadi terkekeh melihat kelakuanya, saat Anin akan mengulurkan tangan pada satu pria yang baru dia lihat wajahnya itu karena tertutup tubuh Ayahnya yang berada di antara keduanya ia pun terkejut.

"Pak Barra?" tanya Anin dengan wajah terkejut.

Barra menerima jabatan tangan Anin yang hampir turun karena rasa kagetnya, "jadi mahasiswi ku ini ingin menikah muda?" tanya Barra membuat ketiga orang lainya bingung.

Ya, Barra adalah Dosen sekaligus pemilik Universitas Internasional yang paling terkenal itu di jakarta maupun di luar negeri karena banyak nya cabang Universitas miliknya di negara lain.

Walau uang nya sudah sangat banyak dan bisnisnya di mana-mana, pria ini sangat suka mengajar dan berbagi ilmu. Barra sangat mengenali Anin karena otak nya yang sangat cerdas, Anin menjadi salah satu mahasiswi yang ia ingat namanya.

"I-itu hanya candaan untuk Ayahku Pak," jawab Anin karena takut jika Dosen nya itu akan marah di depan Ayah dan rekan bisnis Gafar yang lainya.

Setelah perkenalan itu Anin dengan cepat undur diri karena tidak mau berlama-lama di sana dengan Dosen yang terkenal galak di kampusnya, Anin berjalan menunggu kekasihnya menjemput dirinya di loby.

Namun ternyata Barra menyusul berjalan di belakang nya dan menarik Anin, "katakan siapa pria yang akan menikah dengan mu Anin?" tanya Barra tiba-tiba membuat Anin kaget dan mendongak menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya.

"Tentu saja dengan kekasihku pak," jawab Anin walau dirinya dan kekasihnya belum membicarakan tentang pernikahan tapi cita-citanya ingin menikah muda itu benar.

"Jangan menikah dulu! kamu harus sekolah dengan benar," titah Barra dengan sorot mata yang selalu tajam, Anin bingung dengan tingkah Dosenya yang mempermasalahkan tentang pernikahanya.

"Tidak pak, saya benar-benar hanya bercanda tentang itu." ujarnya merasa menyesal sudah datang jauh-jauh ke tempat ini jika bukan karena Ayahnya. Bukan memergoki Ayahnya dengan seorang wanita dia malah harus bertemu Dosen dingin di Universitasnya.

"Sayang, ada apa ini?" tanya seorang pria di belakang tubuh Barra, kedua orang itu pun menatap ke arah sumber suara.

"Kak Dylan." lirih Anin.

Pria yang bernama Dylan itu langsung melepaskan lengan Barra yang memegang lengan Anin lalu menggandeng wanitanya, sementara Barra hanya terdiam melihat siapa pria yang ada di hadapanya itu.

"Dylan?" panggil Barra.

"Hai kak, kenapa Kak Barra menyentuh lengan kekasihku?" tanya nya dengan wajah tersenyum yang selalu ramah itu.

"Kekasihmu?" tanya Barra.

"Iya, kenalkan Anin dia kakak ku Barra Emrik. Apa kalian saling kenal?" tanya Dylan.

"Benarkah? jadi Pak Barra Kakak mu sayang?" tanya Anin dengan wajah terkejutnya karena merasa kebetulan, dunia ini memang sempit pikirnya.

"Pak? panggil dia Kak Barra, kelak dia akan menjadi Kakak ipar mu." ujar Dylan yang merangkul Anin dengan posesive dan membelai wajah gadis itu tepat di hadapat Barra.

Anin mengangguk, sementara Barra hanya diam menatap keduanya dengan lengan yang sudah mengepal dan panas di dadanya.

"Kak, kami pamit dulu." ujar Dylan dan langsung mengajak Anin pergi dari tempat itu tanpa menunggu jawaban.

Dengan rasa kesalnya Barra langsung menghubungi Edwin Asisten pribadinya itu melalui sambungan telpon.

"Bagaimana?" tanya Barra saat sudah duduk di kursinkerjanya di kantor miliknya.

"Tuan Dylan sudah satu tahun berpacaran dengan Nona Anin," jawab Edwin menatap datar pria yang ada di hadapan nya. "Dan juga masih sering bergonta ganti wanita setiap harinya," lanjutnya.

"Hah! untuk apa dia memacari gadis polos seperti itu? jika dia bisa mendapatkan banyak wanita di luar sana setiap harinya?" tanya Barra dengan wajah meremehkan. "Apa dia memacari nya dan memperlakukan dia seperti wanita lainya?" tanya nya lagi karena mungkin itu salah satu alasanya.

"Tidak Tuan, jika seperti itu Tuan Dylan pasti sudah membuangnya. Seperti apa yang sering dia lakukan," ujar Edwin.

"Sial! apa dia memacari Anin karena gadis itu sangat mirip dengan Emily?" tanya nya dengan kesal sambil menggeprak meja di depanya. Karena jika Iya dia tidak akan tinggal diam lagi.

Edwin hanya diam dan tidak berani menjawab saat sahabat dan juga atasanya itu sedang marah seperti ini, karena akan banyak drama yang ia buat dan benar saja Barra Emrik langsung menghancurkan semua barang yang ada di atas meja dengan melempar benda-benda itu dengan sangat emosi.

"Dylan sialan!" sentaknya kesal sambil membanting ponsel yang ada di atas meja.

Flashback Off.

.

.

to be continued...

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

sptnya p Dosen ada hati sm murid nya, seru juga saingan nih ade kk

2025-01-02

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

siapa emely

2025-04-30

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

seperti nya pak dosen udah suka sama mahasiswi dari lama...

2023-11-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!