Enza telah sampai di negara tujuannya, rasanya seperti terbebas dari semua kisah yang akan membelenggunya.
Tidur dengan seorang pria tidak dikenal, tak bisa dibayangkan oleh Enza.
Pria yang bersamanya memang tampan, namun Boby masih menjadi nomor satu di dalam kehidupannya.
"Baru saja sampai di negera baru, ingatanku selalu padanya, pria yang ada di sampingku saat membuka mata, sialan!"
Sang gadis merasa jika otaknya sudah tidak waras sebab mengingat hal yang sangat ingin dia lupakan.
Tapi sentuhan itu tidak bisa membohonginya.
Meskipun dia takut, pada akhirnya Enza lebih menghargai pria asing daripada Boby yang menyakitinya, tetapi masih tetap ia cintai hingga kini.
.
.
.
Sang gadis masih berada di depan bandara, masih bingung dengan map negara barunya, dia segera menelepon Bram.
"Woy, mana temanmu?" tanya sang gadis di sambungan telepon.
"Ada di bandara, dia sudah menunggumu di tempat pengisian bahan bakar, ada di dekat bandara," jawab Bram.
"Astaga, haha ... oke, ternyata aku yang salah sangka. Maaf ya."
"Dih, kau ini."
"Aku mau pergi menemui temanmu, pasti dia sudah lama menunggu."
"Oke."
Enza segera berjalan menuju tempat pengisian bahan bakar, yang berjarak beberapa meter saja dari bandara.
.
.
.
Sesampainya di sana ...
Enza memanggil seorang pria yang terlihat menatap matanya, pria yang paham dengan kode sang gadis, perlahan menghampiri sambil mendekati Enza naik mobilnya.
Setelah jaraknya dekat, si pria meminta Enza masuk ke dalam mobil.
"Huft, aku salah orang ya? maaf nona."
"Aku yang maaf pak, soalnya hanya menunggu di area bandara. Bram yang mengatakan jika kau ada di sini."
"Tidak masalah nona, Bram mengatakan segalanya dengan benar. Dia tahu jika kau suka panik dan kebingungan dengan kondisi yang sangat tidak pasti ini."
"Iya, memang orang seperti itu. Sekali lagi aku meminta maaf."
Pak sopir yang menjadi teman Bram tersenyum, dia sudah lebih dewasa dari Enza, jadi paham akan situasi yang terjadi.
Dia meminta Enza memilih tempat tinggal. Bram akan menghitungnya hutang.
"Dih, jahat amat sih, mana bisa memintaku menjadi mesin penghutang."
Sang sopir hanya bisa tersenyum melihat tingkah Enza.
Hanya saja ada satu hal yang membuat gadis itu merasa cemas, pria tampan di sampingnya saat itu.
Dimana kondisinya sedang tidak fokus karena mabuk.
"Pak, istrimu hamil karena apa?" tanya sang gadis.
"Haha ya karena main kuda-kudaan lah."
"Berapa kali pak? Kalau sekali jadi bayi tidak?"
"Kau pernah kuda-kudaan?"
"Singa-singaan pak."
"Hahaha. Kau memang lucu, aku jelaskan dengan singkat saja. Intinya tidak bisa dikatakan hamil jika satu kali saja."
"Oh, oke pak."
Sang gadis merasa aman, Enza tersenyum puas.
Sedangkan pak sopir hanya diam, dia paham siapa yang dihadapi. Si Enza, teman dari Bram.
.
.
.
Apartemen ...
Pak sopir berhenti di sebuah apartemen yang sudah menjadi pilihan dari Bram.
Dia membangunkan sang gadis yang sedari awal meminta izin untuk tidur, dia lelah sekali.
"Nona, sudah sampai. Kau bawa kuncinya, masuk ke dalam kamar no. 125."
"Siap pak, terima kasih atas bantuannya."
"Oke, sama-sama."
Sang gadis perlahan turun dari mobil dan membawa barang-barangnya.
Perlahan ia segera menuju pintu utama apartemen, tempat itu sangat bagus dan cukup ramai, dia merasa aman di sana.
.
.
.
Di depan kamar no 125 ...
Kini sang gadis telah berada di depan kamar yang di maksud.
Dia terlihat santai sambil membuka kunci kartu pintu apartemen, tapi ada yang aneh dengan kunci itu, sepertinya tidak berfungsi dengan baik, hingga suara pria tiba-tiba terdengar dari ujung lorong apartemen.
"Bagus nona, kau sudah berlari sejauh ini, tapi apakah kau yakin jika bisa lari?" ucap sang pria dengan suara yang lantang.
"Siapa kau?"
"Apakah kau lupa denganku? kau telah tidur denganku lalu kabur!"
Deg!
Sang gadis menyadari jika pria yang mengeluarkan suara menyeramkan, adalah pria yang sama dengan waktu itu.
Dia lari, tapi di ujung lain, terdapat dua anak buah lain yang siap menahan kepergian sang gadis.
"Kau mau apa?"
Sang gadis tidak berdaya dengan semua kekuasan yang di miliki oleh pria bernama Ale, apapun keinginan sang pria, harus di penuh dengan baik tanpa penolakan.
"Aku mau kau menjadi budakku, paham?"
"Mana bisa seperti itu tuan, satu malam kemarin adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, jangan jadikan alasan untukmu memberikan hukuman. Aku ingin pergi, lepaskan aku!"
"Aku tidak akan semudah itu melepaskan gadis yang telah mencampakkanku!"
"Mohon ampun tuan, aku tidak bermaksud mengambil perjaka tuan, apalagi kabur dari tuan. Maaf, jangan bunuh aku."
"Kau merasa menyesal?"
"Iya tuan, aku berharap kau mau memaafkan aku."
"Jadilah kekasihku, aku akan memaafkanmu."
"Tidak mau tuan, aku masih memiliki cinta untuk pria lain. Kau jangan membuatku menjadi gadis tidak tahu aturan."
"Kau memang sudah menjadi gadis yang tidak tahu aturan jadi, jangan banyak bicara. Jadilah orang yang baik, ikuti semua yang aku katakan."
Sang pria juga memberikan ancaman dengan menodongkan senjata api ke arah kening Enza.
Enza tidak mau mati. Dia berpura-pura menerimanya.
"Masih mau melawan?"
"Tidak tuan, aku bersedia menjadi kekasihmu, jadi jangan sakiti aku."
"Haha, bagus, sebagai hukuman karena kau telah kabur, masuk ke dalam kamar 126, ini kuncinya. Jadilah gadis yang penurut. Jangan lupa dandan yang cantik, karena aku ingin melakukan pertunjukan dengan kesadaran penuh."
"Astaga pria ini mau lagi apa ya? dalam keadaan mabuk saja badanku remuk, apa lagi sedang sadar. Orang ini memang tidak waras," batin Enza.
Dia di paksa masuk ke dalam kamar no 126, sang gadis hanya bisa pasrah.
Enza membuka kunci kartu dan segera masuk ke dalam apartemen.
Sang gadis merasa aneh dengan semua ini karena ruangannya sangat megah dan penuh dengan pernak-pernik mahal.
Ale meminta sang gadis untuk masuk ke dalam ruang ganti, sebab dia tidak sabar untuk melihat aksi Enza.
Di dalam ruang ganti, terlihat banyak sekali baju, tapu kurang bahan semua.
Bagus sih, tapi masak iya, harus pakai baju bolong-bolong.
"Dih, orang kayak bajunya cuma kain segaris, apalagi ini, bolong. Apa tingkat kekayaan seorang di tunjukkan dengan baju bolong-bolong ya? entahlah, tinggal pakai doang."
Enza begitu percaya diri menggenakan pakaian serba minim.
Ini lebih baik daripada harus mati, apalagi pria yang bersamanya tampan, jadi tidak terlalu bermasalah dengannya.
.
,
,
Kamar utama ...
Sang gadis yang sudah siap untuk dihukum, langsung masuk ke dalam kamar utama. Dia ingin menyudahi semua hukuman dengan cepat.
"Kau sangat pandai berdandan."
"Tidak juga."
Sang pria yang hanya mengenakan handuk kimono, perlahan mendekati Enza.
"Kau senang melihatku?" bisik Ale.
Sang gadis merasa aneh dengan tubuhnya, semua ini hanya bisa di rasakan saat Enza bersama Boby.
Namun rasa ini agak lain, dia bisa merasakan lewat hembusan nafas di balik telinganya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Muhajir Annajmi
mna lanjutan thor
2023-02-17
1
Muhajir Annajmi
lanjut Thor saya suka cerita mu😍😍
2023-02-09
2