yuni

Sore itu Ardi menceritakan tentang Yuni kepadaku.

Tanpa ragu Ardi memujinya. Terlihat dari semua cerita Ardi hanya menceritakan kebaikkan Yuni. Tidak sepertiku. yang begitu sederhana dari dandanan sampai bahkan keuangan.

Walaupun aku sederhana dalam keuangan, aku tidak segan untuk memakai uangku saat kami makan di luar.

Aku tidak pernah meminta barang apapun kepada Ardi saat kami pacaran. Bahkan motorku yang selalu di pakainya pun aku persilahkan untuk di bawanya.

Gadis cantik yang berjilbab lebar, taat dengan agama, ramah, pintar dan sopan. Pantaslah Yuni mudah dan sudah mendapat restu dari orang tuanya. Secara logika orang tua yang mencarikan pasangan hidup intuk anaknya, pastilah akan memilih Yuni.

hidup anaknya akan maju di masa depan jika bersama Yuni itulah garis besar tentang Yuni yang di ceritakan Ardi kepadaku. Dan kalo bersamaku pasti anaknya akan hidup susah karena aku tidak punya potensi apapun menurut mereka.

Itu adalah salah satu ciri mertua matre yang harus aku hindari.

Walau Yuni berasal dari kampung, dia orang yang berbakat dan pintar.

Dari desa pergi kekota untuk bekerja dan di tempat kerja Yuni satu Departemnt dengan Ardi. Karena ada peningkatan kwalitas karyawan di hotel Yuni pun mendapatkan beasiswa dari pemilik hotel untuk melanjutkan pendidikan S1 nya di bidang perhotelan di jakarta. Selama kurang lebih tiga tahun.Dan dari situlah awal Ardi dan Yuni LDR'an.

Hatiku berkecamuk sakit mendengar pengakuan dari Ardi. Dia begitu membanggakan Yuni tapi dia sendiri yang pura-pura meneteskan air mata. Mana mungkin ada laki-laki yang menolak wanita yang begitu berpontensi. Aku liat Ardi meneteskan air mata karena dia mengaku memilihku bukan Yuni. Tapi orang tuanya mengharuskannya untuk bersama dengan Yuni.

Aku menganggap semua itu kebohongan, karena selama ini dia sudah membohongiku.

Kejujuran yang di ucapkan Ardi sangat membuatku sakit, karena tanpa di ucapkkan aku hanya pelampiasan nafsu cinta dari Ardi.

Jadi status pacaran ku ini hanya untuk menemaninya.menunggu pacarnya Yuni yang tengah LDR'an datang kembali.

Ardi menangis meminta maaf kepadaku saat itu. Kalo kata orang air mata lelaki itu murni tapi tidak untukku. Aku menjadi orang ketiga di antara mereka dan itu suatu kesalahan.

Dan tangisan itu karena dia terjerat atas permainannya sendiri.

Aku memilih pergi dari hubungan ini dan menengaskan untuk meninggalkan Ardi. Walaupun Ardi memastikkan akan membujuk orang tuanya untuk merestui hubungan kami. Itu hanya mengulur-ngulur waktu bagiku agar aku lebih lama untuk menemani waktu sepinya.

Dengan sifat keras kepalaku. Aku tidak mau dibujuk Ardi untuk di jadikan yang kedua. Atau pun yang pertama.

perbuatannya sangat merugikan diriku dan mendengar dia yang begitu menyanjung Yuni.

buat apa aku ada disini. Nantinya Aku hanya di jadikan bahan perbandingan jika dia tidak menyukai salah satu sifatku.

Aku sempat bertanya kepada Ardi bagaimana Yuni bisa berkenalan dengan orang tuanya dan kenapa aku tidak di kenalkan.

Ternyata dulu Ardi pernah mengikat janji kepada Yuni. Bahwa dia serius menjalani hubungan dengan Yuni. Dan Ardi memberikan nomor telpon Yuni pada orang tuanya. Dan Yuni di telpon orang tua Ardi untuk meyakinkan hal itu.

Tapi di pertengahan jalan Ardi dan Yuni selalu bertengkar dan putus nyambung lalu disitu lah aku masuk.

mendengar ceritanya itu aku tetap memilih meninggalkan Ardi. Karena prinsipku sekali laki-laki itu berselingkuh pasti akan ada kedua dan ketiganya. Dan aku tidak mau menyiksa diriku sendiri.

Akupun pergi dari kehidupan Ardi dan Dari situ awal kehidupanku berubah.

Aku menjadi orang yang pendiam, aku banyak bepikir dan orang-orang melihatku seperti melamun dan linglung. Yang ku pikirkan saat itu hanya Ardi dan Ardi.

Ardi tiba-tiba risegn dan pindah keluar kota. Dan aku melanjutkan kehidupan sebagai seorang mahasiswa. Tapi anehnya pikiranku, emosiku dan khayalan selalu tertuju kepada Ardi apapun yang aku lakukan bayangan Ardi selalu muncul. Dan Aku jadi sering menangis sendiri karena mengingat Ardi.

Ketakutan tanpa sebab. Satu bulan dari kejadian pengakuan Ardi tentang Yuli benar-benar membuatku terpukul aku akan selalu ingat akan hal itu dan membuat aku yakin untuk tidak akan menemui Ardi lagi apapun yang terjadi.

Perubahan itu ternyata di rasakkan oleh orang tuaku. Saat mempertanyakan Ardi yang tidak pernah berkunjung kerumah lagi. Aku pun menjawab kalo hubungan kami telah berakhir. Ibuku diam dan memandang perubahan yang terjadi kepadaku, badanku yang semakin hari semakin kurus, raut wajahku yang tak lagi bersemangat dan bahkan orang tuaku sering memergoki aku saat melamun.

Aku sendiri tidak tau apa yang terjdi kepadaku. Apa aku begitu mencintai Ardi sampai-sampai hanya ada bayangan dan pikiran tentangnya. Aku bingung dan gundah saat itu. Ku bawa sholat malam serta berzikir dan aku selalu menangis di tengah sholatku. Aku benar-benar binggung apa yang terjadi pada diriku, aku hanya meminta petunjuk kepada Allah, Allahlah satu-satunya tempat aku mencurahkan emosiku dan hanya itu cara yang bisa ku lakukan.

Kesibukkan akan membuatku lupa akan Ardi itulah yang ku pikirkan. Aku mulai melakukan banyak kesibukkan di kampus dan ikut serta menjadi panita untuk lomba olahraga para wartawan yang di adakan di kotaku. Menjamu tamu dari sumatra barat membuatku lumayan sibuk tapi pikiran tentang Ardi tetap menghantuiku.

Aku selalu memakai logika ku ketika ingat akan Ardi. Apa yang telah dilakukannya cukup menyakitiku dan perkataannya yang selalu mengejek pekerjaan orang tuaku. Membuat aku yakin untuk tidak mencarinya dan bertemu dengannya.

Kadang logika ku hancur saat keinginan dan bayangan Ardi selalu muncul dihadapanku. Bahkan saat tertidur pun aku selalu bermimpi buruk. Seakan-akan aku kebingungan berada di depan rumah besar yang memiliki pagar besi yang cukup tinggi dengan suasana gelap dan sepi. Kadang aku bermimpi dikasihani oleh sosok kakek-kakek yang menangis saat memandangku dan aku pun selalu kebingungan saat mimpi serupa selalu datang. Di dalam hatiku aku selalu berdoa untuk meminta petunjuk kepada Allah. Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.

Mimpi-mimpi itu selalu datang setiap malam, bahkan di setiap aku tertidur. Seperti sebuah petunjuk yang tidak aku mengerti.

Seandainya aku bisa berpikir saat itu aku mungkin akan memikirkannya. Tapi kenyataannya tidak, aku hanya bisa merenungi nasibku saja. Tanpa bisa bertindak.

Hari-hari ku lalui seperti orang sakit, kapanpun dan di mana pun aku bisa menangis bila ingat Ardi.

Bahkan saking tidak kuatnya dengan rasa kangen dan rindu terhadapnya aku selalu lalu-lalang di depan rumah kontrakannya yang dulu.

Sekedar hanya ingin melihat dirinya di depan pintu pikirku.

Kadang saat aku sadar dengan kejadian yang sudah terjadi, aku menguatkan diriku bahwa disini aku adalah korban dan aku berdoa semoga Ardi mendapatkan balasan atas perbuatannya.

Di dalam doaku aku selalu bertanya "ada apa dengan diriku!" kenapa aku selalu mengingat Ardi bahwan aku sampai menangis karena rasa kangen yang tidak pernah kesampaian.

"Kenapa, kenapa, dan kenapa diriku ini. " Pikir Santy.

Setiap sujud di akhir sholatku aku menangis, meminta pertolongan Allah. Begitu lemah dan tak berdayanya aku selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!