Keesokan harinya Caitlin kembali toko mebel tempatnya bekerja, ini adalah hari pertamanya bekerja, dia sudah nampak lebih rileks dan percaya diri dari hari kemarin.
"Hai Caitlin," sapa Helen dari balik meja resepsionis.
Caitlin tersenyum dan membalas sapaan Helen, "Hai.." Hari ini Caitlin sudah tak merasa salah kostum, ia tak lagi mengenakan pakaian yang terlampau formal. Caitlin mengenakan kemeja yang dipadukan dengan jeans berwarna gelap yang belum lusuh warnanya, tak lupa ia mengenakan Sneakers putih kesayangannya, dan ia merasa penampilannya saat ini terlihat keren dan profesional.
"Caitlin, kamu sudah di tunggu oleh pak Harry di ruang HRD,"ucap Helen. "Ruangannya ada di lantai dua."
"Baik, terima kasih Helen."
Caitlin berlalu meninggalkan Helen, ia berjalan menuju lift yang berada di samping ruang resepsionis. Caitlin beruntung, saat pintu lift terbuka ia langsung melihat sebuah ruangan bertuliskan "Human Resource Department"
Ia pun masuk dan menemui pak Harry. Tanpa berbasa-basi, pak Harry menjelaskan kembali apa yang telah Aaron sampaikan kemarin mengenai job description yang harus ia kerjakan, dan menyerahkan lembaran kontrak kerja yang harus ditandatanganinya.
"Kamu baca dengan teliti sebelum kamu menandatanganinya, jika ada yang belum jelas kamu bisa tanyakan kepadaku." Harry tersenyum dan berharap, seperti eyangnya yang berharap Caitlin senang berada disini di Solo.
Caitlin balas tersenyum dan mengiyakan ucapannya, barulah ia mempelajari kontrak kerjanya. Semuanya sudah sesuai dengan apa yang Aaroon katakan kemarin sehingga tidak ada yang perlu Caitlin tanyakan, ia langsung menandatangani kontrak kerjanya kemudian mengembalikannya kepada pak Harry.
"Okay, selamat bergabung di perusahaan ini," pak Harry menerima lembaran kontak kerja itu dan kemudian ia memberikan ID card dan sebuah berkas untuk Caitlin. "Ruang kerjamu ada di lantai tiga, paling ujung. Jangan lupa pelajari company profile itu."
"Baik, pak Harry. Terima kasih." Caitlin keluar lagi dari ruangan pak Harry, kemudian ia berjalan menuju lift.
Sesampainya di lantai tiga Caitlin menyusuri lorong, ia berjalan sambil melihat papan di puntu, mencari tulisan 'Marketing department.' Begitu sampai di ruangannya Caitlin menarik napas panjang. 'Aku bisa melakukannya.' batinnya setengah membohongi dirinya. 'Tak akan ada yang menggigitku.' Akhirnya Caitlin menghembuskan napas dan melangkah masuk ke ruang kerjanya.
Ruangannya cukup luas. Caitlin tersenyum pada para staf yang menoleh ke arahnya, ia terus berjalan menghampiri meja kerja manajernya. Caitlin memperkenalkan diri pada laki-laki tinggi botak yang di mejanya terdapat papan nama bertuliskan Mr.Bernard Ia melongo menatapku ketika melihat nama Caitlin pada ID card yang menggantung di leher Caitlin.
Sungguh bukan respon yang membangun.
Mr. Bernard memberinya banyak berkas untuk ia pelajari, kemudian menyuruhnya duduk di meja kerja yang kosong dibelakang tanpa memperkenalkannya pada staf yang lainnya. Sulit bagi teman-teman baru Caitlin untuk menatapnya ke belakang, tapi entah bagaimana mereka bisa melakukannya.
Caitlin terus menunduk, memandangi tumpukan dokumen yang harus ia pelajari hari itu juga. 'Aku sudah pernah mempelajari dokumen sebanyak ini.' Melelahkan... dan membosankan. Caitlin membayangkan bagaimana jika ayahnya mau mengirimkan folder bagian pemasaran di perusahaannya sebagai jalan pintas untuk project pertamanya, 'apakah ayah akan mengira jika aku ingin menyontek konsep marketing perusahaannya?' batinnya. Tanpa Caitlin sadari, ia ternyata merindukan ayahnya.
Pukul 12.00 siang waktunya seluruh staf istirahay, Caitlin melihat seorang pria ceking dengan kulit hitam dan rambut licin bagai oli bersandar di lorong dan berbicara kepadaku.
“Kau Caitlin, karyawan baru di divisi digital marketing kan?” tanyanya.
“Ya, ada apa?”
Pria itu menatap Caitlin, kemudian ia mengulurkan tangannya. “Aku Jesse, dari divisi IT. Nanti kita akan banyak bekerja sama."
Caitlin tersenyum menjabat tangan Jesse. "Senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."
"Kau mau kemana?" tanyanya.
Caitlin melihat jam di tangannya jam istirahat masih sekitar empat puluh lima menit lagi. "Aku mau ke kantin, tapi aku belum tahu tempatnya."
"Ada di belakang gedung ini, di dekat parkiran motor. Ayo kita ke sana sama-sama," ajak Jesse.
Caitlin tersenyum hati-hati. “Terima kasih.”
Mendengar jika kantinnya berada di luar gedung, Caitlin masuk kembali ke meja kerjanya untuk mengambil jaket dan menerobos hujan, yang sudah reda.
“Jadi, bagaimana dengan Jakarta? Aku dengar kau berasal dari sana.” tanyanya. "Apa di sana sedang musim hujan juga?"
"Tidak, di sana sedang terik dan jarang hujan," ujar Caitlin. Setidaknya itulah yang ia lihat di postingan temannya di Instagram yang memperlihatkan cuaca di Jakarta tengah terik.
“Meski terik, kulitmu sangat putih dan terawat," ucap Jesse.
“Karena ayahku ada keturunan Eropa.”
"Oh wow.." Jesse mengamati wajah cantik Caitlin dengan penuh kekaguman.
Sesampainya di kantin Caitlin dan Jesse memesan makanan kemudian mereka duduk di sudut kantin. Jesse banyak bercerita mengenai wesite perusahaan yang ia kelola. "I hope you creating amazing content," ucap Jesse.
"Aku akan berusaha semampuku."
Ditengah perbincangannya dengan Jesse, tiba-tiba Aaron datang bersama dengan salah seorang temannya yang berotot dan berambut gelap sedikit ikal. Aaron nampak akrab menyapa beberapa karyawan yang di laluinya baru kemudian ia dan temannya duduk.
Ada hal yang aneh yang Caitlin lihat pada diri Aaron dan juga temannya, mereka berdua tidak makan, meskipun di depan mereka ada 2 nampan makanan yang di bawakan oleh penjaga kantin.
Caitlin terus memandangi mereka karena wajah mereka yang begitu sangat mirip, dan memacarkan kekejaman. Wajah yang mungkin hanya bisa di lihat di film-film horror.
"Itu pak Aaron dan pak Sean," ucap Jesse yang menyadari jika Caitlin tengah memperhatikan atasannya. " Pak Sean, merupakan adik kandung pak Aaron yang menjabat sebagai direktur di perusahaan ini. Apa pak Harry tidak mengatakan mengenai struktur organisasi di perusahaan ini?"
Caitlin menggeleng. "Dia hanya menyuruhku untuk membaca company profile, tapi aku belum sempat karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawabnya. "Tapi kemarin aku sempat di wawancara langsung dengan pak Aaron."
"Oh wow," Jesse mengeluarkan ekspresi keterkejutannya, karena ia baru kali ini mendengar pimpinan perusahaannya mewawancari seorang staff digital marketer. "Coba kau tebak berapa usia pak Aaron dan Pak Sean?"
Caitlin berpikir sejenak sembari memandangi Aaron dan Sean, jika di lihat dari wajahnya terlihat masih sangat muda, namun jika di lihat dari besarnya perusahaan ini, apa mungkin orang semuda itu sudah memiliki perusahaan sebesar ini? kemungkinan lainnya adalah ini merupakan perusahan keluarga yang turun temurun, tapi entahlah Caitlin sama sekali tidak tahu karena ia belum membaca company profile.
"24 dan 22?" jawab Caitlin.
Jesse menggeleng. "Salah," ujarnya. "Pak Aaron berusia 26 tahun, sementara Pak Sean 24 tahun. Yang menakjubkan adalah perusahaan ini benar-benar milik pak Aaron, bukan perusahaan keluarga."
"Wow luar biasa." gumam Caitlin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
wahhh...mengingatkanku pada Edward Cullen ya...🤭
2023-03-18
3
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
iihh gmna sih..harusnya sebagai Bos yang baik..namanya ada karyawan baru diperkenalkan dong ke karyawan lainnya..
2023-03-18
3
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
eehh kenapa melongo? pastinya tau dong klu ada karyawan baru
2023-03-18
3