Pria itu

Kay dibawa masuk oleh Kevin kedalam mobilnya. Wanita itu masih berusaha untuk mengingat kapan dia pernah bertemu Kevin. Mungkin karena cahaya remang-remang di kamar waktu itu, Kay jadi sulit untuk mengingat wajah Kevin.

“Maaf Nona, sebaiknya Nona pulang saja,” ucap Evan saat Aileen masih berdiri didekat mobil yang dinaiki oleh Kay.

“Ta-tapi temanku? Kalian mau membawa Kay kemana?” Aileen memberanikan diri untuk bertanya pada pria berwajah datar didepannya ini.

“Nona tidak usah khawatir, kami akan mengantarkan Nona Kay kerumahnya,” ucap Evan dengan nada meyakinkan, tapi tetap saja berwajah datar membuat Aileen merinding.

Apa pria ini tidak mempunyai ekspresi sama sekali? Kenapa hanya wajah datar ini saja yang selalu aku lihat dari tadi? Padahal dia ini sangat tampan jika dilihat-lihat lagi.

Aileen terkikik sendiri dengan pikirannya, membuat Evan heran pada wanita yang ada di depannya ini.

'Apa ada yang lucu?' Pikir Evan menatap tampilannya, tapi dia tidak merasa ada yang salah sedikitpun dengan penampilannya.

“Iya-iya, baiklah. Tapi bisakah Tuan bersikap biasa saja, tidak usah berwajah datar seperti itu?” entah keberanian darimana Aileen dapatkan, untuk mengatakan hal itu pada Evan.

Laki-laki itu berdehem mencoba menormalkan ekspresinya. Ternyata itu yang dipikirkan gadis ini. Pikir Evan lagi.

“Saya permisi Nona, hati-hati dijalan.” Bukannya menjawab pertanyaan Aileen, Evan malah mengatakan hal itu. Laki-laki itu berjalan, lalu membuka pintu mobil. Evan langsung duduk disamping sopir, sedangkan Kevin duduk dibelakang bersama Kay. Meninggalkan Aileen yang berdiri disana. Tapi gadis itu berjalan menuju mobilnya untuk pulang.

“Kenapa kalian meninggalkan Aileen?” tanya Kay angkat bicara, saat Aileen tidak ikut dengannya.

“Tidak apa-apa, dia bisa pulang sendiri.” jawab Kevin santai.

“Dan kau, siapa? Kenapa membawaku pergi?” tanya Kay, tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Dia seperti pernah bertemu dengan laki-laki ini, tapi entah kapan dan dimana, dia tidak ingat.

“Kau melupakan aku?” tanya Kevin dengan raut wajah tidak percaya. Bagaimana mungkin Kay melupakan malam panas mereka begitu saja, apa dia sebegitu mudahnya untuk dilupakan seperti ini. Pikir Kevin.

“Ya, aku tidak ingat. Aku seperti pernah bertemu denganmu, tapi aku lupa kapan dan dimana.” Kay menjawab dengan sejujurnya, membuat Kevin benar-benar tidak percaya. Sedangkan didepan sana, Evan hanya berwajah datar mendengarkan obrolan mereka berdua.

“Nanti saja aku jelaskan padamu. Aku takut, jika aku menjelaskan sekarang, kau akan memberontak dari sini,” ujar Kevin mengalihkan pembicaraan. Dia menatap kedepan sedangkan Kay menatap padanya.

Mobil mewah berharga fantastis itu, berhenti didepan pintu pagar rumah kontrakan Kay yang sederhana. Gadis itu bingung, bagaimana orang-orang ini bisa mengetahui dimana alamat rumah kontrakannya.

“Siapa kau sebenarnya? Kenapa supirmu tau kalau ini rumahku?” tanya Kay dengan curiga.

Jika melihat dari tampilan dua pria itu, mereka seperti bukan orang sembarangan, karena jika dilihat dari pakaiannya saja, itu adalah salah satu merk brand fashion ternama dan juga sangat mahal tentunya.

“Ayo turun dulu. Kau mau disini berlama-lama denganku?” tanya Kevin dengan tersenyum jahil. Kay langsung tersadar, ia pun bergegas membuka pintu mobil lalu keluar, diikuti oleh Kevin setelahnya. Sedangkan Evan sudah keluar terlebih dahulu tadi.

“Ayo katakan! Siapa kalian? Aku tidak mengenal kalian, kenapa kalian bisa tau alamatku?” Kay mencerca Kevin dengan sederet pertanyaan, membuat pria itu menggelengkan kepalanya.

“Apa kau tidak mau mengajak kami masuk dulu?” tanya Kevin dengan senyum menggoda, sedangkan Evan hanya mengalihkan pandangannya.

‘Cih, menyebalkan. Kenapa laki-laki ini suka sekali berbelit-belit.’

“Ya sudah, ayo masuk!” ajak Kay. Kevin tersenyum kemenangan. Evan ikut masuk mengikuti mereka berdua.

“Duduklah, aku buatkan minum dulu!” setelah mengatakan itu, Kay berjalan menuju dapur rumahnya, lalu membuatkan dua minuman untuk kedua pria itu.

‘Sebenarnya siapa laki-laki itu? Kenapa aku seperti tidak asing dengannya?’

Kay membawakan dua gelas teh kedepan untuk kedua tamunya. Meletakkan teh tersebut diatas meja yang tersedia disana. Rumah kontrakan Kay tidak begitu besar, hanya ada dua kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, ruang tamu yang tidak terlalu besar disana. Sederhana tapi bisa membuat Kay nyaman untuk tinggal disana.

“Sekarang katakan, kau siapa?” tanya Kay menatap Kevin. Sedangkan laki-laki itu menormalkan ekspresinya. Dia menatap pada Evan. Seakan mengerti, Evan bangkit dan beranjak dari sana untuk keluar meninggalkan Kay dan Kevin bicara berdua.

“Apa kau lupa aku?” tanya Kevin yang diangguki oleh Kay.

“Kalau aku tidak lupa, untuk apa aku bertanya padamu, dasar aneh!” seru Kay sengit, karena pria ini terus saja mengundur waktunya.

“Aku Kevin, Kevin Zachary, pemilik kampus tempat kau kuliah.” Kevin memperkenalkan dirinya dengan santai. Tapi tidak dengan Kay. Dia begitu terkejut mendengar pernyataan Kevin.

Ternyata yang dikatakan anak-anak benar. Dia masih muda dan juga sangat tampan. Oh astaga, apa yang sudah aku lakukan? Aku sudah bertindak tidak sopan padanya.

Kay menggigit bibir bawahnya gugup.

Kenapa dia gak bilang sih, ya Tuhan ....

“Terima kasih, sudah mau menolongku tadi Tuan, maaf atas sikap kurang ajarku, aku tidak tau kalau kau ternyata pemilik kampus tempat aku kuliah.” Kay menunduk dengan hormat.

'Aku tidak tau Kay, apa setelah kau tau siapa aku yang sebenarnya, kau akan bersikap seperti ini padaku atau tidak,' batin Kevin resah.

“Aku juga ingin mengatakan satu hal lagi padamu,” ujar Kevin sedikit gugup.

“Apa?” tanya Kay langsung.

“Aku... Anu... itu ....”

“Katakan saja!”

“Aku pria yang bersamamu dihotel waktu itu.”

Jderr...

Kay terkejut mendengar pernyataan dari pria di depannya ini. Jadi ini pria yang sudaaaah....? Astaga!

“A-aapaaa?” tanya Kay terbata-bata. Dia limbung. Menatap penuh kemarahan pada Kevin.

“Aku yang waktu itu tidur denganmu,” ujar Kevin menjelaskan.

Kay bangkit, lalu mendekat dan menampar pipi Kevin, membuat pria itu terlihat sedikit kesakitan. Ini kali pertamanya dia di tampar oleh seorang wanita, dan rasanya begitu menyakitkan dan juga panas.

“Pergi!!” usir Kay tegas, dengan air mata yang berlinang.

“Tidak mau!” tolak Kevin cepat.

“Aku bilang pergi! Aku sungguh membencimu! Pergi dari rumahku!” Kay tidak dapat menyembunyikan kemarahan dan juga air matanya.

Pantas saja dia seperti mengenal lelaki ini, ternyata dia adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang sudah merenggut masa depannya, laki-laki yang sudah mengambil satu-satunya harta berharga yang dia miliki, dan yang sudah dia jaga selama ini.

“Kay, dengarkan aku dulu!”

“Tidak, aku tidak butuh penjelasan darimu. Pergi dari rumahku sekarang juga!” usir Kay lagi. Dia benar-benar muak melihat wajah pria yang sudah merusak masa depannya ini. Karena pria ini dia jadi merasa sangat berdosa pada kedua orangtuanya yang sudah beristirahat dengan tenang di surga, dia juga merasa seperti pendosa karena sudah melakukan hal yang dilarang oleh agamanya.

“Aku ingin bertanggungjawab padamu Kay,” ujar Kevin dengan tatapan mata yang serius.

“Tidak perlu. Keluar dari rumahku sekarang juga, atau aku akan teriak?!”

“Kay, dengarkan aku dulu!”

“Keluar!” teriak Kay. Kevin merasa sangat bersalah pada gadis di depannya ini.

Kevin memilih untuk keluar, membiarkan Kay sendiri didalam untuk menenangkan dirinya.

“Bagaimana Tuan muda?” tanya Evan. Sebenarnya dia sudah tau, tapi tetap saja dia harus bertanya pada Tuannya ini.

“Kita pulang dulu, suruh anak buahmu untuk memantau dia! Pastikan dia aman sendiri disini. Aku tau dia butuh waktu.”

“Baik Tuan muda.”

***

Happy reading!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!