bab 4

Eko adalah seorang anak laki-laki yang selalu dianggap anak nakal oleh ibunya. Dia selalu dibandingkan dengan Adi, adiknya yang selalu dianggap sebagai anak yang baik dan berprestasi. Eko merasa tidak adil karena dia selalu dianggap buruk oleh ibunya, meskipun dia berusaha keras untuk menjadi anak yang baik.

Suatu hari, Eko bertemu dengan seorang guru yang memperlakukannya dengan baik dan melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Guru itu memberi Eko kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dan Eko menyadari bahwa dia memiliki bakat yang luar biasa dalam seni. Dia mulai belajar seni dengan tekun dan mengejar mimpinya untuk menjadi seorang seniman.

Eko mulai menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam seni dan dia mulai diakui oleh orang lain. Namun, ibunya masih tidak percaya pada kemampuannya dan tetap menganggap dia sebagai anak nakal. Eko tidak menyerah dan terus berjuang untuk menunjukkan kepada ibunya bahwa dia benar-benar bisa menjadi seseorang yang berprestasi.

Akhirnya, ibunya melihat kemajuan yang telah dicapai Eko dan dia sangat bangga pada anaknya. Eko menjadi seorang seniman yang diakui dan dia tidak lagi dibandingkan dengan Adi, karena dia telah menemukan jati diri dan kebahagiaannya sendiri.

Adi, adik Eko, sangat sombong pada kakaknya. Dia selalu mengejek Eko dan menganggap dirinya lebih baik daripada kakaknya. Adi selalu mendapat nilai yang baik di sekolah dan dia diakui oleh orangtua Eko sebagai anak yang berprestasi. Namun, dia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dia capai dan selalu merasa lebih baik daripada orang lain.

Sementara itu, orangtua Eko, Rani dan Ali, mengalami masalah ekonomi yang serius. Mereka berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi. Akhirnya, Rani dan Ali memutuskan untuk bercerai karena tidak mampu lagi mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.

Eko sangat terpukul dengan perceraian orangtuanya. Dia merasa bersalah karena dia merasa bahwa dia tidak cukup baik dan tidak dapat membantu orangtuanya dalam masalah ekonomi yang dihadapi. Namun, dia tidak menyerah dan tetap berjuang untuk menjadi seseorang yang berprestasi.

Eko menemukan bahwa seni adalah cara untuk mengejar mimpinya dan meraih kebahagiaan. Dia terus belajar dan berlatih seni sambil mengejar mimpinya untuk menjadi seorang seniman yang diakui. Eko juga berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Adi, meskipun itu sulit karena sikap sombong Adi.

Eko: Adi, aku ingin berbicara denganmu.

Adi: Apa yang ingin kau bicarakan? Aku sibuk sekarang.

Eko: Ini penting. Aku ingin memperbaiki hubungan kita.

Adi: Kenapa harus sekarang? Aku tidak memiliki waktu untuk hal-hal yang tidak penting.

Eko: Ini penting bagiku. Aku merasa kita selalu bersikap buruk satu sama lain dan aku ingin kita bisa saling menghormati.

Adi: Hormat? Aku sudah menghormatimu dengan memberimu kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Eko: Tapi kau selalu mengejekku dan menganggap dirimu lebih baik daripada aku.

Adi: Itu karena aku benar-benar lebih baik daripada kau. Aku selalu mendapat nilai yang baik dan diakui oleh orangtuamu sebagai anak yang berprestasi.

Eko: Tapi itu tidak seharusnya menjadi alasan untuk mengejekku dan merasa lebih baik daripada orang lain. Aku juga telah mencapai mimpiku dan menjadi seniman yang diakui.

Adi: Benarkah? Aku tidak percaya kau bisa mencapai sesuatu yang sama dengan apa yang aku capai.

Eko: Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan kita.

Adi: Baiklah, aku akan berusaha untuk menghormatimu. Namun, aku tetap merasa aku lebih baik daripada kau.

Eko: Itu tidak penting. Yang penting adalah kita bisa saling menghormati dan memperbaiki hubungan kita.

Rani: Ali, aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Aku tidak mampu mengatasi masalah ekonomi yang kita hadapi.

Ali: Aku tahu. Tapi kita harus berusaha. Kita tidak bisa menyerah seperti itu.

Rani: Tapi aku sudah berusaha. Aku sudah mencari pekerjaan baru, tapi tidak ada yang memberiku kesempatan.

Ali: Aku juga sudah berusaha. Tapi kondisi ekonomi saat ini sangat sulit.

Rani: Tapi kenapa kita harus berjuang sendirian? Kenapa kau tidak meminta bantuan dari keluargamu atau teman-temanmu?

Ali: Aku tidak mau menjadi beban bagi mereka. Aku ingin bisa mengatasi masalah ini sendiri.

Rani: Tapi kenapa kau tidak bisa menerima bantuan dari orang lain? Kenapa kau selalu merasa harus mengatasi semuanya sendiri?

Ali: Karena itu adalah tugas suami. Aku harus bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan mengatasi masalah yang dihadapi.

Rani: Tapi kau tidak perlu merasa harus mengatasi semuanya sendiri. Kita harus bisa saling membantu dan bekerja sama.

Ali: Baiklah, aku akan berusaha untuk menerima bantuan dari orang lain. Namun, aku tetap merasa harus bisa mengatasi masalah ini sendiri.

Rani dan Ali terus berjuang untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi, tapi situasinya semakin sulit. Mereka sering bertengkar karena perbedaan pendapat tentang bagaimana mengatasi masalah tersebut. Rani ingin menerima bantuan dari keluarga dan teman-temannya, tapi Ali merasa harus bisa mengatasi masalah ini sendiri.

Pertengkaran mereka semakin sering dan semakin keras. Akhirnya, Rani merasa tidak mampu lagi untuk terus hidup dengan Ali. Dia memutuskan untuk meminta talak. Ali merasa sangat terpukul dengan keputusan Rani, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Rani. Mereka bercerai dan Eko, Adi dan keluarga harus mengatasi konsekuensi dari perceraian orangtuanya.

Rani dan Ali duduk di ruang tamu, sambil menatap kosong ke depan. Mereka masih terdiam setelah memutuskan untuk bercerai.

Rani: "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku merasa sangat sedih dengan keputusan ini."

Ali: "Aku juga merasa sedih. Tapi, aku tidak tahu bagaimana lagi untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi. Aku merasa tidak mampu lagi untuk terus hidup denganmu."

Rani: "Tapi, kenapa kau tidak mau menerima bantuan dari keluarga dan teman-teman kita? Kenapa kau harus merasa harus mengatasi masalah ini sendiri?"

Ali: "Aku merasa harus bisa mengatasi masalah ini sendiri. Aku tidak mau terlihat lemah di depan orang lain."

Rani: "Tapi, kita harus bisa bekerja sama dan saling membantu. Bukan hanya mencoba untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat."

Ali: "Aku tidak tahu lagi. Aku merasa sangat lelah dengan semua ini."

Rani dan Ali terdiam, tidak tahu lagi bagaimana untuk mengatasi pertengkaran dan masalah yang dihadapi. Mereka merasa sangat sedih dengan keputusan untuk bercerai dan bagaimana ini akan mempengaruhi keluarga mereka.

Setelah adu mulut yang panjang, Ali berdiri dari duduknya dan berjalan ke kamarnya. Dia kembali keluar dengan membawa tas berisi pakaiannya.

Rani: "Apa yang kau lakukan? Kemana kau akan pergi?"

Ali: "Aku akan pergi ke rumah orangtuaku. Aku tidak bisa lagi tinggal di sini denganmu. Aku merasa sangat kesal dengan caramu selalu menyalahkanku dan tidak pernah menyalahkan dirimu sendiri."

Rani: "Aku tidak pernah menyalahkanmu. Aku hanya berusaha untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi bersama-sama."

Ali: "Tapi kau tidak pernah mau mendengarkanku atau memahami perasaanku. Aku merasa seperti tidak diakui olehmu."

Rani: "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu. Aku hanya berusaha untuk mengatasi masalah yang ada."

Ali: "Tapi itu tidak cukup. Aku merasa seperti tidak dihargai olehmu. Aku pergi dari sini."

Rani merasa sangat sedih dan kehilangan saat melihat suaminya pergi. Dia merasa bersalah karena tidak bisa mengatasi masalah yang dihadapi dan membuat suaminya merasa kesal dan tidak dihargai. Dia berharap suatu saat mereka bisa kembali bersama dan mengatasi masalah yang dihadapi bersama-sama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!