Part 4 Paman Bahri bertahanlah..
Rini dan Tejo sudah memasuki rumah dari pintu belakang, Rini mempercepat langkahnya. Mang Tejo mengikuti gadis kecil itu dengan hati yang berdebar karena was was.
Sesampainya di ruang tengah Rini menjerit lagi memanggil nama lelaki yang tergeletak itu. Membuat mata mang Tejo membulat sempurna.
"Paman Bahri...." Rini berlari menghamburkan tubuhnya dan menggoncang goncangkan tubuh Bahri yang tergeletak di lantai.
"Mang Tejo... cepat tolong paman Bahri..!! Ayok kita bawa ke rumah sakit..." Rini merengek tak sabar melihat sikap Tejo yang masih terpaku.
"I..iiya neng.." Mang Tejo segera menghambur menuju badan yang tergeletak itu.
Diperiksa nya nadi di pergelangan tangan Bahri, tak ada denyut nadi yang dapat di rasakan Tejo.
Samar terdengar suara angkutan pedesaan berhenti di depan rumah. Rini beranjak memastikan apakah itu orang tuanya. Setelah tahu siapa yang di depan rumahnya Rini segera menghambur kepelukan mama nya sambil menangis meraung raung membuat wanita itu heran dengan tingkah gadis kecil nya itu.
" Kenapa sayang...? Apa yang membuat kamu menangis...?"
" Paman Bahri ma...hu..hu..hu.."
Bi Narti yang tadinya tersenyum mendadak tegang. Apalagi dengan kemunculan Tejo yang terengah engah di depan pintu rumah
"Bu... Bahri meninggal..."
Sontak kedua wanita itu berlarian menghambur ke dalam rumah itu.
"Mas bahri.." Bi Narti meraung raung. gimana tidak, pernikahan nya dengan Bahri masi seumur jagung.
"Apa yang terjadi mas..? Hu...hu..hu.. kenapa bisa begini..?"
Narti adalah anak bi Ijah, karena bi Ijah sudah mulai sepuh sehingga bu Kartini Wijaya mengusulkan agar anaknya bi Ijah saja yang menggantikan nya. Bi Ijah dan Narti pun setuju.
Setelah Bahri dan Narti menikah, mereka pun langsung tinggal di rumah majikannya. Dan Bi Ijah pulang ke kampung, tinggal bersama anak sulungnya.
"Tejo.. apa sebenarnya yang terjadi?"
Tini lemas dan terduduk di sofa, tak kuat dengan kejadian yang tidak terduga ini.
"Maaf bu..., Tejo tidak tahu dengan kejadian yang sebenarnya. Cuman neng Rini yang tahu kejadiannya. Saya tadi ada di kebun belakang . "
"Bu... Gimana ini... ya Allah... ! Hu..hu.."
" Tejo panggil orang orang kebun untuk mengurus Bahri..! Rini... apa yang kamu lihat tadi nak..?"
"Iya buk...." Mang Tejo bergegas ke perkebunan bunga.
"Tadi ada yang melompat dari jendela kamar ma.. Rini gak tau siapa itu. Tapi Rini yakin orang itu yang telah melukai paman. "
Rini menjelaskan apa yang sudah di lihat nya. Sungguh di sayang kan, Rini tidak sempat melihat wajah pembunuh itu.
"Tapi siapa..? Dan apa tujuannya..?" Tini bingung siapa orang yang masuk ke dalam rumah nya. Selama ini tak ada kejadian seperti ini.
"Mungkin perampok bu.." Narti yang masih sesenggukan itu menimpali ucapan majikannya.
"Hu..hu..hu Kenapa ini terjadi padamu mas...?" Tangisan Narti pun semakin menjadi jadi.
"Sabar Narti.., ikhlas kan kepergian Bahri...dan maafkanlah atas kejadian ini.
"Iya bu... saya ikhlas..tapi kejadian yang menimpa kita ini sungguh sangat menyedihkan...hu..hu.. mas...bagaimana dengan ku setelah ini.. aku mengandung anak mu mas.. bagaimana dengan anak kita mas...? Hu..hu.."
Sementara itu dari halaman depan terdengar suara orang ramai, mungkin orang kebun sudah datang untuk mangurus Bahri.
"Assalamualaikum...bu apa yang sudah terjadi dengan Bahri...? Mang Asep bertanya dengan terengah engah sembari mendekati tubuh Bahri.
"Belum di ketahui kejadian sebenarnya mang."
Bu Tini terlihat sangat terpukul atas kejadian ini. Walaupun Bahri bukan sanak saudara nya tetapi bagi Atmaja Negara dan Kartini Subagyo semua buruh dan pembantu nya sudah di anggap sebagai keluarga sendiri.
"Bu.... nadinya masih berdetak tapi sangat lemah ..."
Sontak Bu Tini dan Narti ternganga karena terkejut mendengar penuturan mang Asep. Tak terkecuali semua orang yang ada di dalam rumah. Yang mereka dengar dari Tejo adalah kabar kematian Bahri. Sementara kenyataannya adalah sebaliknya. Namun demikian semua orang berucap sukur.
"Alhamdulillah ya Allah... selamatkan suami hamba ya Allah... "
"Aamiin...."
Mereka semua serempak mengaminkan doa Narti.
"Jadi apa yang harus kita lakukan mang Asep? Biar kita cepat bertindak sebelum terlambat." Bu Tini ingin segera Bahri ditolong .
"Bagaimana kalau kita bawa ke rumah sakit saja?" Bu Tini menyarankan bagaimana cara yang terbaik untuk Bahri.
"Rumah sakit jauh buk, gimana kalau kita bawa ke rumah mbah Sumi aja dulu..?"
"Ya takutnya terlambat karena kelamaan di jalan.." Mang Ipeng menimpali.
"Bagaimana Narti..?"
"Gimana baik nya aja bu... saya setuju dengan pendapat mang Asep dan mang Ipeng."
"Oke... baik lah kalau begitu... Mang Tejo, persiapkan mobil..! Kita bawa Bahri ke rumah mbah Sumi..!"
"Baik bu.." Mang Tejo segera menuju garasi mobil. Setelah mobil keluar dari garasi, Bahri diangkat beberapa orang menuju mobil.
"Hati hati mang Asep..."
"Iya bu.."
"Narti ..naiklah..! Mang Asep dan Ipeng juga..! Ayo Rini...!"
Bu Tini mengunci pintu rumah kemudian dia dan Rini duduk di depan.
"Rini mama pangku aja ya sayang...?"
"Ya ma..."
"Jalan mang...!"
"Siap bu..."
Mobil itu pun melaju membelah jalanan menuju rumah mbah Sumi.
*******
Di kanan kiri jalan terhampar berbagai macam jenis bunga yang indah dari berbagai macam jenis bunga. Ada mawar, krisan, tulip matahari, buogenfil dan lain lain nya. Sekilas pemandangan itu melembagakan tanda kedamaian dan kenyamanan. Tak di sangka pemandangan yang damai itu telah terjadi aksi pencurian dan pembunuhan yang gagal.
Di area perkebunan yang seluas 75hektar ini hanya ada rumah Atmaja dan Kartini. Rumah para buruh ada di perbatasan atau di luar area kebun bunga ini.
Tanah perkebunan ini bukan warisan dari orangtua Atmajaya ataupun orang tua Kartini. Perkebunan ini asli dari jerih payah mereka sendiri. Atmajaya dan Kartini asli dari kota, Mereka adalah mahasiswa pertanian. Keduanya menikah atas dasar cinta.
Hobby yang sama dan kegigihan yang sama membuahkan kecocokan yang tidak bisa di pisahkan lagi sejak mereka di bangku sekolah menengah pertama. Karena sama sama di kucilkan mereka memilih mengungsi ke desa yang berudara sejuk. Keduanya ternyata sudah merencanakan masa depan.
Atmajaya dan Kartini subagyo adalah anak seorang pebisnis yang terkenal. Tetapi yang anehnya, tidak menurun darah pebisnis kepada mereka. Seperti bisnis yang di geluti orang tua mereka masing masing.
Mereka memilih perkebunan bunga, oleh karena itu lah setelah menikah mereka langsung pindah ke desa yang masih asri. Tujuan mereka hanya satu menyambung hidup dengan menjalankan bisnis hobby yaitu berkebun bunga.
Mobil sudah melewati area perkebunan, mobil membelok ke jalan setapak. Beruntung jalan itu masih bisa di lalui kendaraan roda empat.
Tak lama kemudian mobil itu pun berhenti di depan rumah panggung. Nampak seorang wanita sepuh sedang menyapu halaman depan. Seketika wanita tua itu menghentikan kegiatan nya.
Pintu mobil pun segera di buka, dan keluar lah orang orang yang ada di dalam nya.
Mang Tejo berlari mendahului yang lainnya dan menghampiri wanita tua itu.
"Assalamualaikum mbah... tolong mbah..ada yang pingsan karena kepala nya kena hantaman benda tumpul dengan keras."
Wanita itu manatap Tejo dengan tajam.....
"Bawa masuk...!!!"
--bersambung--
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments