Part 3 Flashback 25 tahun lalu

Part 3 Flash back 25 tahun lalu

Nampak wanita separuh baya datang berlari kecil dengan tergopoh gopoh. Diraba nya seluruh tubuh gadis itu seakan memastikan kalau gadis itu baik baik saja.

"Kesuma kamu kemana aja nak.. ibu cemas.. ini sudah pagi lho nak.. kamu pigi nya dari rumah masih siang..."

"Ibu... udah deh, Kesuma baik baik aja... lihat nih kesuma gak kenapa napa kan..." Kesuma pun memutar mutar badan nya di depan sang ibu.

"Syukurlah kalau kamu baik baik saja nak... ibu cemas dari semalam gak ada kabar darimu" bu Tini menghela nafas lega. Karena putri yang sempat di khawatirkan ternyata baik baik saja.

"Lho kamu bawa teman? Suruh masuk nak.."

"Iya buk.., ini kak Yudha ... tadi Kesuma di ganggu penjahat bu... untung ada kak Yudha tadi lewat. Syukurlah kak Yudha orang  baik, kasih Uma tumpangan "

"Alhamdulillah... makasih nak Yudha... ibu tidak bisa membalasnya.. semoga tuhan membalas kebaikan mu nak Yudha.."

Bu Tini menyatukan telapak tangannya menandakan bahwa ia berterima kasih banyak kepada lelaki yang sudah menyelamatkan nyawa anak gadisnya itu.

"Sama sama buk, itu sudah kewajiban saya.."

"Mari masuk dulu nak Yudha..."

"Lain kali saja bu, permisi bu.."

"Oh iya nak, makasih ya nak"

"Hati hati kak Yudha "

Yudha pun segera masuk ke dalam mobil nya dan membawa mobil nya berlalu dari hadapan ibu dan anak itu. Sebelum mobil itu bergerak dia terlebih dahulu mengangukkan kepala nya.

"Gimana rin, apa misi mu berhasil?" Bu Tini langsung to the point, karena bagaimanapun wanita paruh baya itu sudah sangat mengkhawatirkan keadaan anak gadisnya itu.

" berhasil bu, tadi itu memang dia orang nya. Gak salah lagi dia itu Yudha Arianja menantu si bajingan itu.."

"Ayo kita bicara di dalam saja bibi mu sudah waswas menunggu mu dari tadi"

"Iya bu ayo.." Kesuma dan ibu nya beranjak masuk kerumah dengan menggandeng lengan ibu nya, yang sejak tadi cemas menunggu kedatangan nya.

*************

"Jadi kamu sudah menemukannya, " bibi Narti bertanya sekali lagi. Tak menyangka usaha anak majikannya membuahkan hasil yang memuaskan dan mampu bergerak cepat seorang diri .

"Iya bik...itu sudah tak salah lagi. Orang nya sudah sesuai dengan poto yang di kirim paman."

"Syukurlah... beruntung paman mu bekerja di rumah Burhan walaupun hanya tukang kebun."

"Iya bik... itu karena tua bangka itu tidak kenal paman Tejo. Dia gak tau kalo bibik udah menikah lagi.. hiks... aku jadi teringat almarhum paman Bahri bik. Paman orang yang banyak berjasa di hidup Rini..."

"Iya sayang... makanya jangan lupa do'a kan paman mu. Bibi pun kangen sama paman mu. Dia sosok yang sangat baik..tapi sudahlah Allah lebih sayang paman mu, makanya Allah memanggil paman mu terlebih dahulu. Paman Tejo juga tak kalah baik sama keluarga kita, tak boleh mengeluh seperti itu sayang..."

"Iya bik... bukan nya Rini tak bersukur dapat paman sambung, Rini hanya ingat pengorbanan paman Bahri merebut surat tanah papa dari si tua bangka itu. Walaupun semua sia sia... tapi.., tapi karena peristiwa itu membuat nyawa paman jadi taruhan nya... hu..hu.."

Akhir nya tangis Rini pecah juga..tak kuasa membendung rasa sesak yang menghantam dada nya.

Bu Tini dan bibik Narti tak kuasa menahan tangis juga mereka ikut sesenggukan dan akhirnya memeluk gadis itu. Peristiwa mencekam itu terbayang lagi di pelupuk mata. Rini Kesuma menyaksikan paman Bahri terkapar oleh kakak kandung papa nya sendiri.

Paman Bahri supir pribadi almarhum memergoki Burhan kakak tertua mendiang Atmaja masuk ke kamar orang tua Rini. Karena rasa tanggung jawab yang besar akan keamanan lingkungan rumah majikannya, Paman Bahri pun menyusul Burhan.

Tak disangka Burhan yang mengetahui bahwa dirinya kepergok, dengan reflek segera menghantamkan senjata tumpul yang berada di genggaman nya tepat mengenai kepala Bahri sehingga membuat lelaki itu terkapar tak berdaya .

Bahri yang menyadari akan hal itu, langsung berdiri berusaha meraih kertas yang berada di tangan Burhan. Menyadari akan hal itu, Burhan kembali menghantamkan benda tumpul itu tepat ke kepala Bahri.

Rini yang tanpa sengaja menyusul paman Bahri dan berniat mengejutkan supir keluarga itu dari belakang, Melihat semuanya dengan jelas.

Seperti kebiasaan Bahri dan Rini, bila Paman Bahri yang berada di belakang Rini, beliau pun akan mengejutkan Rini dengan menyentuh pundak atau menggendong secara mendadak. Dengan memanggilkan panggilan yang disukai Rini. 'Cah ayu...' Rini pun terkejut dan kemudian akan tergelak tertawa terbahak-bahak karena sekalian digelitik Bahri supir pribadi yang sudah di anggap paman sendiri.

Tak disangka, justu pemandangan yang mengerikan lah yang di saksikan gadis kecil itu. Rini tergagap tak tau berbuat apa, setelah menyadari lelaki pembunuh itu hendak kabur barulah Rini berteriak minta tolong.

"Paman....,!!! tolong.... ,!!! bibi...,mama...,tolong paman...ma...!!" menyadari orang yang di panggil tak ada yang muncul, Rini bergegas ke kebun belakang memanggil tukang kebun.

"Mang Tejooo...mang Tejo....!!!."

Rini terengah engah, antara takut dan panik menyerang gadis kecil yang baru berumur lima tahun itu.

"Iya neng Rini..." Mang Tejo segera menghampiri gadis kecil itu.

"Mang tejo... huaaaa... mama sama bi Narti mana mang..? Hua.....hua...."

Gadis itu menangis kencang, tak kuasa menahan sedih dan ketakutan dihati nya.

"Kenapa nangis neng..? Ibu dan bi Narti hanya sebentar kepasar. Mungkin bentar lagi pulang neng.." Tejo pun bingung, tak biasa nya anak majikannya ini cengeng seperti tadi.

"Ayo sama mang Tejo aja ke kebun belakang. Atau kita ke kebun bunga saja gimana neng...?" Tejo berusaha membujuk anak majikannya yang sedang menangis kejer itu.

Gadis kecil itu mengeleng dengan cepat dan masih saja menangis kejer. Ditengah kebingungan Tejo, lelaki itu akhirnya teringat mang Bahri.

Tejo sempat melihat Bahri masuk ke halaman. 'Pasti neng Rini senang dan akhirnya berhenti menangis, kan neng Rini dan mang Bahri akrab' senyum Tejo mengembang karena merasa mendapati jalan keluar masalah neng Rini anak majikannya.

"Gimana kalo kita kejutkan mang Bahri...? Tadi mang Tejo nampak mang Bahri di sana lho......!"

Mang Tejo berusaha membuat mimik wajah yang lucu dan ceria agar anak majikannya itu merasa terhibur dan segera berhenti menangis.

Gadis kecil itu menggeleng... tapi tangis nya sedikit mereda. Dengan bersusah payah Rini mengucapkan sesuatu karena masih sesenggukan...

"Mang Bahri... huk...huk..." Rini sesenggukan dan tangannya menunjuk ke dalam rumah.

"Iya neng...?" Mang Tejo pandangan nya mengikuti tangan Rini yang menunjuk ke dalam rumah.

"Mang Bahri.... mati mang... huuu..uu...hu.."

"Mati...? Maninggal gitu neng..?"

Anak majikan nya itu segera menganggukkan kapala nya. Pertanda bahwa yang di katakan mang Tejo benar.

Mang Tejo terlonjak karena terkejut, tapi kemudian lelaki itu tenang kembali. Karena yakin anak majikannya itu sedang di kibuli mang Burhan. Atau tepatnya mang Burhan sedang bersandiwara.

"Ha..haha..hahaha.. " Mang Tejo tertawa terbahak-bahak ingin sekali dia menyusul Burhan ke dalam. Ingin menyaksikan dengan mata kepala nya sendiri bagaimana caranya dia bersandiwara sehingga anak majikannya itu mengira Bahwa Burhan benar benar mati atau meninggal.

"Mang Tejo.... Rini gak boong mang... ayok kita tengok ke rumah sekarang mang...!!!" Rini merengek dan masih sesenggukan seakan terpukul dengan peristiwa yang sudah di saksikan gadis kecil itu.

"Ayok mang...!!!" gadis kecil itu meraih tangan mang Tejo.

"Iya neng ayok..." Mang Tejo tersenyum dan merasa lucu dengan tingkah laku anak majikannya itu. Karena tangisan dan kepanikan yang tergurat di wajah gadis kecil itu sangat serius.

'Hmmm dasar mang Burhan... '

Tangan kecil itu mengenggam erat tangan kekar Tejo sangat terasa kalau tangan itu dingin dan gemetaran. Membuat pirasat Tejo seakan berkata bahwa apa yang di katakan anak majikannya itu memang benar.

Kini mereka sudah memasuki rumah dari pintu belakang, Rini mempercepat langkahnya. Mang Tejo mengikuti gadis kecil itu dengan hati yang berdebar karena was was.

Sesampainya di ruang tengah Rini menjerit lagi memanggil nama lelaki yang tergeletak itu. Membuat mata mang Tejo membulat sempurna.

"Paman Bahri....

-Bersambung-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!