^^^Hal yang gak pernah aku relakan adalah saat wanitaku tersenyum dengan pria lain di depan mataku karena ulahku sendiri.^^^
^^^"Defran Arie Olvio"^^^
Di apartemen Dania sibuk memasak makan malam untuk suaminya, dia akan memastikan perasaannya kepada Defran, konon katanya cinta bisa tumbuh lewat makanan, karena rasa yang di cicipi lidah semoga bisa berubah cinta. Usai menata makanan Dania duduk di sofa sambil menonton menunggu Defran pulang, tidak lama kemudian ada telvon dari Defran.
"Halo sayang kamu gak usah nunggu aku, aku gak pulang malem ini, aku pulang ke rumah mama, bye sayang." Defran langsung menutup panggilannya padahal Dania belum mengucapkan satu patah kata pun.
"Kok langsung dimatiin sih." Dania mencoba menghubungi Defran namun tak diangkat sama sekali.
Seminggu telah berlalu sejak Defran pulang ke rumah mamanya, Defran tak pernah pulang ke apartemen Dia juga tak mengabari istrinya. Dania sendiri berulang kali menelpon Defran namun yang ditelepon tak pernah mengangkat dan ratusan SMS maupun chatpun telah Dania kirim tapi tak ada balasan.
Sayangnya lagi Dania tidak punya satupun kontak teman Defran, karena memang dia tidak pernah di kenalkan kecuali dua orang saksi pernikahannya tapi nama merekapun Dania tak tahu. Dania juga berselancar dibeberapa akun media sosialnya berharap menemukan akun Defran namun nihil dia tidak menemukannya. Dania bingung ke mana dia akan mencari suaminya itu sementara kantornya bekerja pun Dania juga tidak tahu, Dania benar-benar buta tentang Defran.
"Kamu ke mana Def kok gak ngasih kabar? Kamu gak kangen apa sama aku?" gumamnya sedih.
Seminggu Defran pergi seminggu pula Dania muntah- muntah setiap pagi, perutnya selalu mual. Hari ini Dania memutuskan untuk ke kantor Defran dia sungguh rindu dengan pria itu. Setelah berselancar di dunia maya alias browsing-browsing akhirnya Dania tahu di mana suaminya itu bekerja, Dania membawa rantang masakannya. Dia ingin mengajak Defran makan siang.
"Taksi," Dania menyetop taksi yang lewat kemudian langsung masuk kedalam taksi itu.
"Olvio groups pak." Ucapnya.
"Baik Nona," kata supir taksi.
Sesampainya di kantor Olvio groups Dania melongo melihat betapa megahnya kantor suaminya itu, dengan langkah pasti dia memasuki gedung itu menuju meja resepsionis untuk bertanya lantai mana suaminya bekerja.
"Ada yang bisa saya bantu mbak." Tanya resepsionis Ramah.
"Mbak bisa saya bertemu dengan pak Defran?" Tanya Dania.
"Maaf mbak, mbak sudah ada janji? mbak siapanya pak Defran." Tanya Resepsionis sinis.
"Belom tapi saya akan mengantarkan ini ke kantornya, ini pesanan pak Defran." Bohong Dania dan resepsionis itu percaya saja.
"Oh Mbak silahkan naik lift lantai 19 di sana ruangan pak Defran." Ucap resepsionis Ramah sambil menunjukan jalan kepada Dania.
Sesampainya di depan ruangan Defran, Dania terkejut dengan apa yang dilihatnya Defran sedang bercumbu dengan wanita lain, Dania menahan tangisnya dan menemui sekretaris Defran.
"Mbak tolong ini kasih sama pak Defran!" Ucapnya langsung meninggalkan kantor Defran dengan berurai air mata.
"Jahat kamu, jahat kamu Def, kamu ngilang seminggu ternyata di belakang aku kamu punya wanita lain." Tangis Dania sepanjang gedung perusahaan itu.
"Mbak, mbak kenapa? Tanya pak security heran.
"Tidak apa- apa pak, permisi!" Dania berlari pulang, sesampainya di apartemen Dania bingung mau ngapain. Pulang ke kosan saja atau tetap di apartemen, jika dia pulang ke kosan yang ada dia malah akan membuat orang panik. Dania memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen, Dania juga menyadari jika dia hanya istri bayaran, Dania harus mengubur perasaannya yang baru tumbuh di hatinya untuk Defran karena dalam rumah tangganya tidak akan perna ada cinta.
"Jangan membawa perasaan dalam hubungan ini Dania jika kamu tidak ingin terluka, kamu harus lebih kuat Dania, apapun yang terjadi, kamu harus membentengi diri kamu mulai sekarang dari kata percaya." Batinnya menyemangati diri sendiri.
"Dania pokoknya tidak ada air mata yang boleh mengalir dalam pernikahan ini, kamu harus sadar diri jika kamu hanya istri bayaran dan bersikaplah seperti istri bayaran." Ucapnya lagi menguatkan hatinya.
Dania tidak pernah lagi menghubungi Defran, dia fokus dengan skripsinya. Setiap hari Dania rajin ke kampus untuk bimbingan dan skripsinya sekarang telah di acc, Dania sekarang tinggal menunggu sidang skripsi. Defran juga belum pulang- pulang, sudah tiga minggu Dania tinggal sendiri di apartemen dan Dania tak pernah mempermasalahkan hal itu lagi, toh mau Defran ada atau tidak Dania harus melanjutkan hidupnya. Mual- mual di perutnya juga telah berkurang hanya saja sekarang Dania selalu merasa lapar.
Siang ini Yina, Ami, Rere dan Panji mengajaknya makan- makan di Kay cafe, Dania memakai kemeja putih dipadukan dengan hotpants navy dan sepatu converse, rambutnya digulung asal tapi tetap terlihat cantik.
"Yina, Ami, aku kangen kalian, eh ada Panji sama Rere." jerit Dania heboh karena bertemu sahabat-sahabatnya itu.
"Duduk dulu, duduk dulu Nia," Panji langsung mempersilahkan Dania untuk duduk.
" Nji luh apa kabar si? Makin ganteng aja sekarang."Dania menepuk lengan sahabat laki-lakinya itu.
"Cie nia belom bisa move on yah dari aa Panji," goda Ami mencolek dagu Dania.
"Alhamdulillah gue baik, Lo juga makin cantik Nia, seksi lagi." Ucap Panji memuji.
"Ah lo bisa aja Nji, Rere lo apa kabar? bagaimana sama bang Darent?" Tanya Dania kepo.
"Baik Nia, yah begitulah deh." jawab Rere.
"Nia, beberapa hari gue nggak ngeliat lo, lo gendutan yah, body lo makin aduhai." kata Yina mencubit gemas pipi Dania yang semakin tembem.
"Ih Yina apaan sih," Dania merona malu.
"Ini mana waiter nya kok gak ke sini-sini gue laper." Cerocosnya.
Sementara itu di seberang meja Dania tampak Defran sedang memperhatikan interaksi Dania dan teman- temannya, dia mengeraskan rahangnya saat Dania memuji teman cowoknya, Defran ingat kalo cowok itu cowok yang bersama Dania di malam Dania menamparnya.
Defran ingin menemui dan menarik Dania tapi dia tidak bisa karena sedang makan bersama mamanya dan Dira, Defran menahan kesal sendiri. Dia melihat Dania tampak bahagia bahkan tubuhnya tambah berisi, dia tak menyangka tiga minggu meninggalkan Dania, tidak terlihat raut kesedihan dalam diri Dania.
"Apa dia tak merindukanku yah?" Pikirnya dalam hati mengepalkan tangan karena melihat keakraban Dania.
Sementara di meja Dania, Dania sudah makan lebih dari 3 porsi Nasi goreng toping ayam cumi pedasnya, semua temanya heran dengan porsi makan Dania yang banyak.
"Gila Nia lo rakus bener, gak malu apa sama panji?" Tegur Yina memperhatikan sahabatnya itu.
"Hehe, gak tau ni beberapa minggu ini gue doyan banget makan." Kekeh Dania kembali melanjutkan makannya.
"Pelan- pelan Nia makannya," Ucap Panji khawatir.
"Hehe iya panji sayang, suapin boleh." Dania mengeluarkan puppy eyes nya memohon agar panji mau menyuapinya.
"Lo kok jadi manja gini nia! " Ucap Rere heran.
"Iya ni Nia, ini bukan gaya lo." Kata Ami.
" Hiks hiks, panji suapin." Rengek Dania.
"Eh Nia, lo kok malah nangis?" Tanya Yina ikut heran dengan kelakuan sahabatnya itu
"Iya, iya sini aku suapin ayo buka mul,...."kata kata panji terhenti.
"Bagus yah Dania Bella, ternyata ini yang kamu lakuin kalo aku gak ada?" Defran menarik Dania paksa berdiri dari meja itu.
"Lepasin tangan aku." Dania meringis sakit di tangannya ingin melepaskan tangannya dari genggaman Defran.
"Kamu berani ngelawan aku yah?" Defran meninggikan suaranya.
"Slow bro jangan kasar sama cewek." Panji menarik Dania ke belakangnya.
"Iya ni cowok gak kenal langsung tarik- tarik Dania aja." timpal Ami ikut kesal.
"Maaf tuan sebelumnya, tuan ini siapanya Dania." kata Yina ingin memastikan siapa lelaki yang sudah berani meneriaki kasar sahabatnya itu.
"Saya nggak ada urusan yah sama kalian, jadi jangan ikut campur!" Ucap Defran
menarik kembali tangan Dania.
"Tapi Dania sahabat kami." Kata Rere tidak suka.
"Def lepasin tangan aku, sakit!" Pinta Dania yang sedari tadi sudah berurai air mata.
"Diam kamu Dania!" Bentak Defran, air mata Dania terus keluar tanpa di minta oleh pemiliknya, dia menangis sesenggukan.
"Lepaskan Dania." Ucap Panji tegas.
"Tidak akan!" Defran berkata meremehkan.
"Cukup Def, cukup, lepasin tangan aku. Apa salah aku ke kamu? Kamu jahat Def? Aku benci kamu, Aku benci kamu!" Dania menangis mengamuk.
"Diam Dania, diam Dania!"Bentak Defran lalu menyeret Dania keluar kafe, Defran membawa Dania ke mobilnya.
"Masuk," Perintahnya tak mau dibantah, Dania pun masuk ke dalam mobil.
"Dania jelasin yang tadi coba." Pinta Defran, Dania hanya diam tidak ingin bicara hanya air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir.
"Dania," Defran meninggikan suaranya.
"Jelaskan kenapa kamu berada di sana, bukannya sudah kubilang untuk diam di apartemen hah."
"Apa? Aku harus jelasin Apa Def? Kamu yang bawa aku ke hidupmu, bukan aku yang minta. Mereka udah ada di hidupku jauh sebelum kamu datang. Apa yang harus aku jelasin hah? Apa Def? Aku lelah." Dania ikut berteriak.
"Ngapain kamu deket- deket cowok itu?" Tanya Defran kemudian.
"Dia sahabatku, kita biasa seperti itu. Lagian ada hak apa kamu ngelarang aku, aku ini cuma istri bayaran kamu Def." Ucap Dania marah.
"Kamu itu istri aku Dania jadi wajar kalo aku marah." Defran kembali meninggikan suaranya.
"Terserah aku capek, aku mau pulang." pintah Dania memohon. "Nia, kamu itu menghormati aku sebagai suami atau tidak sih?"
"Def, pulang aku capek," wajah Dania memucat.
"Kamu terlihat bahagia selama aku tinggal," Defran sedih.
"Lalu aku harus apa? Menangis gitu? Aku gak mau ribut Def, aku capek," wajah Dania semakin lelah.
" Kamu tuh yah" Defran hendak menampar Dania, tapi Dania sudah tertidur.
"Dania, Dania, bangun kamu ninggalin aku tidur dari tadi, Ahh sial." katanya melajukan mobil menuju apartemennya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments