"Aresh ... anak Mommy." Naura melepaskan tangannya pada Ruby kemudian memeluk putranya sebentar. "Mommy pikir kamu tidak akan datang," kata Naura setelah melepas pelukannya. Dia berkata seperti itu karena saking lamanya menunggu putranya itu.
Aresh tertawa. "Mommy ini bicara apa? Tidak mungkin Aresh tidak datang, memangnya acara malam ini Mommy dan Daddy buat untuk siapa? Untukku, 'kan?"
Aresh sengaja berkata seperti agar gadis sombong itu tahu bahwa acara malam ini dia adalah bintang utamanya. Senyuman licik tak kasat mata terbesit tatkala dirinya menangkap raut cemas sekaligus kekhawatiran yang nampak di wajah gadis sombong tersebut. Ditambah lagi gadis yang belum dia ketahui namanya itu kini tengah me re mas kedua tangannya bergantian karena gugup dan canggung.
'Hng, sekarang kamu sudah tahu 'kan sedang berurusan dengan siapa?' Batin Aresh penuh kemenangan.
"Oh iya, Sayang, kenalkan, ini Ruby, anak teman baik Mommy," kata Naura pada Aresh. "Ruby, ini Aresh, anak sulung Tante yang sering Tante ceritakan sama kamu," tambah Naura pada Ruby sambil tersenyum menatap keduanya secara bergantian.
Ruby tersenyum dipaksakan kemudian mengulurkan tangannya yang sedikit gemetar untuk berkenalan dengan Aresh. "Ru-Ruby."
Bukannya membalas uluran tangan Ruby, Aresh malah tersenyum miring sambil berdecih pada gadis itu kemudian pergi dari sana tanpa permisi.
"Loh, Aresh!" panggil Naura saat melihat sikap kurang sopan putranya itu, sementara Ruby sendiri lebih memilih untuk menarik kembali tangannya saat melihat Aresh menolak untuk berkenalan dengannya.
"Aku ingin menemui Daddy, Mom. Aku sangat merindukannya," kata Aresh tanpa sedikit pun menoleh ke arah mommy-nya dan Ruby.
Naura hanya bisa mendengus ketika melihat sikap putranya yang masih saja belum berubah saat dirinya ingin mengenalkannya dengan seorang gadis. Semenjak Aresh kecewa dan patah hati karena lamarannya ditolak oleh Regina 2 tahun yang lalu, Naura memang kerap kali ingin mengenalkan putranya pada gadis-gadis pilihannya. Meski pun Aresh tidak dia lahirkan dari rahimnya, tapi tetap saja dia merasa sangat sedih dan terluka ketika melihat putranya itu bersedih, apalagi sampai berubah sikap dan membenci perempuan seperti ini hanya gara-gara dirinya dua kali dikecewakan dalam hubungan asmara.
"Ruby, maafkan Aresh ya. Dia memang selalu seperti itu saat Tante ingin mengenalkannya pada gadis-gadis, salah satunya adalah kamu. Kamu masih ingat 'kan, waktu itu Tante juga sempat menceritakan hal ini padamu," jelas Naura. Jujur saja, dia merasa tidak enak pada gadis mana pun yang dia bawa ketika Aresh mulai bersikap seperti itu, Naura hanya tidak ingin para gadis itu sedih dan sakit hati karena sikap Aresh yang kurang sopan dan dengan terang-terangan menolak para gadis tersebut.
"Iya, Tante, Ruby masih ingat, dan tidak apa-apa, Ruby bisa mengerti kok," ucap Ruby sambil tersenyum. Sebenarnya dia agak kasihan pada Aresh. Dia tahu seperti apa rasanya patah hati ditinggal pas sayang-sayangnya karena dia pun pernah berada di posisi tersebut.
*
*
Sepanjang pesta berlangsung, Ruby lebih memilih untuk menjaga jarak dari Aresh. Dia tahu lelaki itu tidak suka dirinya ada di tempat ini makanya Ruby memilih untuk menjauh, ditambah lagi sudah beberapa kali dia tanpa sengaja melihat Aresh menatapnya sambil tersenyum miring. Entah mengapa Ruby merasa bahwa Aresh sepertinya menaruh dendam padanya.
'Daripada terus berada di sini, lebih baik aku pulang saja, entah mengapa perasaanku tidak enak, apalagi sekarang sudah hampir pukul 10 malam, aku takut pulang kemalaman nanti.' Gumam Ruby dalam hati.
Ruby lantas berjalan menghampiri Nuara yang sedang mengobrol dengan tamu lain untuk berpamitan. "Tante."
Naura langsung berbalik begitu mendengar suara Ruby memanggil di belakangnya. "Iya, Sayang, ada apa?"
"Mm, Tante, karena sekarang sudah hampir larut, jadi Ruby mau pamit pulang dulu," jawab Ruby.
"Pulang? Kenapa buru-buru, Sayang?" tanya Naura.
"Mm ... itu, Tante, Ruby khawatir sama bunda di rumah," jawabnya beralasan. Padahal di rumahnya masih ada adik laki-lakinya yang menemani bunda mereka.
Naura terdiam sejenak, kemudian berkata sambil menatap gadis itu, "Ruby, begini saja. Bisakah kamu menunggu sebentar lagi? Sebenarnya Tante mengundang kamu datang ke acara ini bukan karena tanpa tujuan."
"Maksud Tante?" Ruby merasa kurang mengerti dengan ucapan Naura.
Naura tersenyum, kemudian menarik tangan gadis itu naik ke atas panggung. "Ikut Tante sebentar, sepertinya Tante harus memberikan penjelasan pada semua orang sebelum kamu pergi dari tempat ini."
Ruby makin tidak mengerti dengan ucapan Naura, tapi karena dia merasa tidak enak terus bertanya pada wanita paruh baya cantik tersebut, gadis itu pun memilih untuk diam saja sembari menuruti keinginan Naura untuk naik ke atas panggung.
"Mohon perhatiannya semuanya!" Suara Naura yang sudah tersambung dengan microphone seketika menyita perhatian semua orang tanpa terkecuali. "Tadi banyak yang bertanya padaku, siapa sebenarnya gadis cantik yang berdiri di sampingku ini?! Kenapa tidak ada satu pun dari kalian yang mengenalnya tapi terlihat begitu dekat dan akrab denganku?!" Naura tersenyum sambil menjeda sejenak ucapannya kemudian mengedarkan pandangannya pada beberapa orang terdekatnya yang sempat hadir. Sementara Ruby yang dipuji cantik oleh Naura di hadapan banyak orang pun menjadi tersipu sambil menunduk dan tersenyum malu-malu.
"Perkenalkan, gadis cantik ini bernama Ruby Zivanna Larasati. Panggil saja dia Ruby! Ruby adalah anak dari salah satu teman baikku, dan dia aku undang untuk hadir pada acara malam ini karena aku ingin mengenalkan dan mengumumkan pada kalian semua bahwa Ruby adalah sekretaris putraku, Aresh, di Adiyaksa Holdings!" Naura memamerkan senyuman lebar setelah mengucapkan kalimat yang sukses membuatnya mendapatkan banyak sekali tepuk tangan, tidak peduli dengan reaksi terkejut yang Aresh dan Ruby tunjukkan karena terkejut mendengar ucapannya yang melantik Ruby menjadi sekretaris tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali Mahend dan Yuda.
'Apa-apaan ini? Kenapa Mommy mengambil keputusan dan mengangkat seseorang menjadi sekretarisku tanpa membicarakannya terlebih dahulu denganku?' Batin Aresh kesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Nuara sudah memutuskan sesuatu untuknya meski pun secara sepihak. Dia sadar jika dirinya hanyalah anak angkat, takutnya jika dia marah akan membuat hubungan mereka menjadi rusak, dan jika sudah rusak, hubungan mereka jadi tidak dapat diperbaiki lagi. Hal itulah yang sangat Aresh takutkan sejak masih kecil, makanya dia memilih untuk menjadi anak yang baik dan penurut. Selama hal itu tidak menyangkut masalah perjodohan, maka dia akan menuruti apa pun kemauan mommy dan daddy-nya.
"Ada apa, Nak?" tanya Mahend yang saat itu sedang berdiri tepat di samping Aresh. "Apa kamu tidak setuju dengan keputusan Mommy-mu, hm?"
Aresh menggeleng sambil tersenyum agak dipaksakan. "Tidak, Dad. Aresh tahu Mommy melakukan semua ini bukan tanpa alasan." Aresh menjeda ucapannya sejenak. "Mm ... apa Daddy juga tahu mengenai hal ini, kalau gadis itu akan menjadi sekretarisku di Adiyaksa Holdings?"
Mahend mengangguk. "Tapi Daddy dan Papamu juga baru tahu sekitar 2 jam yang lalu, dan itu pun saat kami sama-sama menanyakan siapa gadis itu pada Mommy-mu."
Aresh mendengus pelan. 'Entah apa tujuan Mommy menjadikan gadis sombong itu sebagai sekretarisku?' Batin Aresh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
💞 Hati Hampa 💞
mau di jadikan istrimu bang Aresh 😂
2023-02-10
2
Mystera11
jgn trllu benci....ntar malah bucin...😌
2023-02-07
0
宣宣
semangat Ruby.....
2023-01-25
0