Uang yang banyak

Suatu hari dan sudah sekitar dua Minggu, dari Darjat bertemu dengan Tiara. Kehidupan nya mulai berubah dan dia mulai membuka usaha bengkel dan mulai membeli bahan-nahan untuk membangun rumah.

"Jat, kamu dari mana dapat uang yang membuat mu bisa membuka usaha dan mau bikin rumah segala? kan tempat yang kita tempati ini juga punya orang," tutur sang ibu.

Darjat menoleh pada sang bunda. "Ibu jangan banyak pikiran. yang penting kita hidup senang."

"Tapi Kata ... Ibu berhak tahu, dari mana kau mendapatkan uang?" sang ibu tetap menatap penasaran.

"Ibu, yang penting aku gak mencuri. Dan itu anggap saja sebagai pinjaman dan suatu saat aku akan membayarnya. Sekarang ini kewajiban ku mengumpulkan nya saja." Darjat menatap sang ibu dan nada bicara yang rendah.

"Tapi, Nak ... orang yang punya tempat ini meminta bayaran kalau kita mau bangun rumah lagi. Tentunya kita harus bayar dulu tempatnya." Lirih ibu tersebut.

"Bayar saja, Bu ... paling berapa! jangan dibikin bingung. Kita bukan yang dulu lagi, tunjukan Bu." Darjat dengan bangganya sembari menepuk dada.

"Dia minta 80 juta, Nak ... dan gak bisa di tawar lagi." Kata sang ibu.

"Ooh, bisa-bisa. Tentu bisa, tenang saja!" dengan cepat Darjat menjawab bisa, padahal uang sisa kemarin entah berapa lagi.

"Beneran bisa? nanti ... kalau ke sini Ibu bilangin kau sanggup. Kalau tidak, dia akan jual sama orang lain." Kata sang ibu.

"Iya, Bu. Bilang saja seperti itu." Kemudian Darjat. Masuk ke dalam kamarnya dan crek! mengunci pintu.

Darjat mengecek laci yang berisi uang yang tinggal 50 juta itu. "Busyet. Gak cukup nih uang, gimana nih?" Darjat bermuka bingung dan mondar-mandir di dalam kamar.

Kemudian dia menjatuhkan dirinya di tempat tidur yang cukup untuk satu orang saja itu.

Sish ....

Sish ....

Sish ....

Suara desis ular yang tiba-tiba sudah berada di lantai, samping Darjat.

Membuat Darjat melonjak dan menjerit-jerit. "Ular! ular. To-tolong ...."

Darjat melipir ke dekat lemari dengan netra yang melotot ke arah ular tersebut.

Namun dengan cepat ular itu menjelma menjadi seorang putri yang sangat cantik nan jelita. Seiring dengan di gedornya pintu kamar Darjat oleh sang ibu.

Tok ....

Tok ....

Tok ....

"Jat? ada apa? buka pintunya?" pekik sang ibu yang terus menggedor pintu tersebut.

Darjat menggosok matanya untuk meyakinkan kalau sang putri adalah wanita yang dia temu tempo hari. Dia menajamkan penglihatannya kepada Tiara.

"I-iya, Bu ...Ti-tidak, Bu." Darjat gelagapan sambil mendekat pada Tiara yang tersenyum padanya.

"Jat? Darjat ... buka pintunya? ada apa? kau mengigau atau apa?" teriak kembali ibunya.

“Ti-tidak, Bu, tidak ada apa-apa. Aku tidak kenapa-napa. Cuma mengigau saja.” Akunya Darjat sambil mendekati jendela dan menguncinya juga, biar tidak ada yang melihat.

Tiara duduk di tempat tidur bersama Darjat yang masih belum bisa mengontrol nafasnya akibat rasa takut yang sudah kedatangan wujud asli istri beda alam nya itu.

Senyuman di bibirnya Tiara begitu merekah melihat pria itu yang bertelanjang dada dengan wajah bantalnya itu bikin dia merasa gemas.

“Kebetulan kau datang, Tiara. Aku membutuh kan uang untuk membangun rumah dan membayar tanah ini! karena tanah ini milik orang, dan sekarang aku mau membangun rumah,” ucap Darjat sambil menatap wajah cantiknya Tiara yang masih dia ragukan dan merasa was-was karena melihat wujud aslinya tadi.

“Kau tidak usah khawatir wahai suami ku, aku akan memberikan nya padamu dan sebanyak-banyaknya, dan pesan ku padamu. Bantulah orang yang membutuhkan dan juga bikin kamar khusus buat kita berdua,” Tiara mendekat pada pria itu.

Tiara menyentuh lembut wajahnya Darjat. “Kalau kau tamak dan tidak memenuhi perintah ku, kau sombong dan tidak mau membantu yang susah, waspadalah. Sistem kekayaan yang kau miliki akan habis dengan dengan sekejap.”

“Tiara istri ku. Aku adalah manusi dan aku juga punyai kekasih, boleh kah aku menikah dengan manusia juga?” Darjat menatap ke arah Tiara yang mulai bermanja padanya.

“Tentu boleh, suami ku. Aku tidak melarang mu, namun saya ingatkan khususkan kamar buat kita berdua, dan kamarnya harus bernuansa emas.” Tiara meringsut dan mendekat.

Dalam hati Darjat masih was-was, takut tiba-tiba Tiara berubah wujud lagi, serta berubah seram.

“Jangan kau khawatir suami ku, aku tidak akan berubah wujud selama bercinta dengan mu, kecuali kalau ada orang yang mengintip, pasti yang dia lihat adalah wujud asli ku,” ungkapnya Tiara seolah tahu yang ada dalam pikirannya Darjat.

Darjat tersipu malu jalan pikirannya terbaca oleh Tiara. Tangan Darjat di tuntun untuk menjamah tubuh Tiara yang sudah rindu dengan sentuhan Darjat.

Lama-lama karena sudah keenakan, Darjat tidak perlu di tutun lagi. Dia punya inisiatif sendiri untuk memuaskan sang istri.

Darjat menarik kain yang melekat di tubuh mahluk yang kini berwujud wanita cantik tersebut sehingga kini tubuh moleknya terekspos dengan sempurna.

Membuat Darjat semakin tergoda untuk menjamah semua keindahan yang ada. Dia menyentuh benda tipis nan merona, di hisapnya penuh gairah.

Tiara siluman ular tersebut semakin menikmati pertarungan sengit antara dirinya dan Darjat. Darjat kesusahan untuk mencetak gol Tiara karena gawang milik Tiara selalu sempit dan sempit. Menjadikan menimbulkan sensasi yang bikin greget. Karena Tiara selalu kembali menjadi virgin.

Derjat dibuat ketagihan dengan sempit nya milik Tiara. Beberapa posisi dilakukan oleh keduanya untuk mengekspresikan atau mengeksplor penyatuannya tersebut.

Mereka berdua begitu asik dalam menjalankan aksinya tersebut. Cuph! kecupan yang tidak karuan mendarat di sekujur tubuhnya Tiara, begitupun yang dilakukan Tiara pada pria tersebut.

Saking asyiknya, Darjat pun tak mampu menguasai ataupun mengontrol emosi nya sehingga keluar suara lenguhan nikmat dan desis penuh rasa gelora.

Rintihan, erangan dan desa-han. Lenguhan keduanya yang sedang bereksplorasi menambah sensasi yeng berbeda, tubuh Tiara terus meliuk-liuk keenakan.

Kini mereka telah puas, sehingga menyudahi. Aksi keduanya, Tiara tersenyum begitu merekah karena sudah melepas hasratnya dengan Darjat. Lalu dia memberikan sebuah koper yang berisi uang gepokan kepada pemuda

itu. “Ini untuk mu wahai suami ku. Pergunakanlah dengan baik dan kau juga rus pandai berbagi pada orang yang lapar.”

Darjat melongo menatap uang sebanyak itu, kemarin saja uang yang dua ratus juta itu tidak sebanyak ini. “Ini uang semua? Tiara istri ku, apakah ini uang semua?”

“Tentu saja, wahai suami ku. Ini untuk mu pergunakan lah dengan baik dan terus lah melayani ku?’’ tangan Tiara merangkul pundak Darjat dan tatapan yang begitu lekat.

“Terima kasih Tiara, terima kasih kau sudah memberi ku uang yang banyak, dan janganlah bosan memberi ku kekayaan yang lebih banyak lagi.” Darjat semakin antusias.

Tiara tersenyum, lalu seketika menghilang dari hadapan nya Darjat ....

.

...Bersambung!...

Aku minta dukungannya dari reader ku semua. Agar Jangan pelit-pelit jempolnya.

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

ya moga moga aja tuh s Drajat kga maruk..mau berbagi ama orang yg lgi kesusahan ..klu kga berbagi siap siap miskin deui Jat..

2023-02-16

1

Kurniaty

Kurniaty

Semoga darjat gak menghianati Tiara sebagai istrinya,walaupun nanti darjat memiliki istri manusia sama seperti darjat.
Karna setiap perbuatan akan ada akibatnya.
Sukses thoor & lanjut.

2023-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!