Rejeki nomplok

Ular tersebut melipir masuk melalui jendela dengan terus berdesis. Sish-sish ....

“Saya tidak rido kau perlakukan saya begini!saya akan laporkan kamu ke polisi karna kau sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga.” Pekiknya sang istri sambil menangis. Saya akan bilang sang orang tua kalau mantu nya bukannya membahagia kan anak dan istri melainkan menyiksa ku dan membuat anak-anak kelaparan juga—“

Plak, sebuah tamparan kembali bersarang di pipi istrinya membuat wanita tersebut kembali tersungkur. Suara tangisan anak-anak semakin kencang dan tidak jelas membuat gaduh gendang telinga.

Mendengat kata polisi. Pria itu semakin kalap, matanya marah melotot dengan sangat sempurna ke arah wanita yang kini menangis dan meraung kesakitan. Rahangnya mengerat dan dengan cepat mengambil kursi kayu untuk dia pukulkan pada istrinya.

Namun pada detik-detik kursi itu melayang. Menuju tubuh wanita hamil yang sedang menangis tersebut memegangi pipi dan sekujur tubuhnya pun terasa sakit. Kedua manik matanya terpejam serta jantungnya seakan berhenti berdetak setelah melihat suaminya mengayunkan kursi kayu ke arah dirinya.

Si wanita itu memejamkan kedua matanya dan merasa kalau kisah hidupnya akan berakhir saat ini juga. Dan dia pasrah bila hidupnya harus berakhir dengan cara tragis dan menjadi korban kekejaman suaminya itu, tapi bagaimana kedua anaknya yang masih kecil tersebut?

Seiring suara jeritnya anak-anak. Tangan suami laknat tersebut yang sadang mengayunkan kursi itu ke tubuh sang istri, kalah cepat dengan sesuatu yang menyambar tangan tersebut hingga menjadikan tangan itu terasa kebas, kursi jatuh begitu saja.

Pria tersebut memegangi salah satu tangannya yang mulanya kebas lalu sakit hingga tidak terkira, menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan akhirnya tubuh pria itu pun luruh ke lantai sambil melotot dan terus memegangi tangannya yang langsung membengkak dan membiru. Lantas pria tersebut pingsan tidak sadarkan diri.

Sang istri yang tadi terpejam dan sudah pasrah dengan apa yang terjadi, membuka matanya karena kursi tersebut tidak juga sampai menimpanya, lantas terkaget-kaget melihat sang suami yang sudah tersungkur dihadapan seekor ular yang lumayan besar, wanita itu panik bukan main melihat suaminya dengan kondisi seperti itu.

Sang istri meringsut mendekati suaminya, walaupun merasa ketakutan dengan ular yang mulai menjauh dari tempat semula. Setelah beberapa kali memanggil tanpa ada jawaban dan di goyangkan pun tangannya tidak bangun-bangun. Sang istri menjerit histeris menangisi suaminya yang dia anggap sudah meninggal karena sudah tidak bernafas lagi.

Sish ... sish ... sish ... ular tersebut terus bergerak dengan cara melata dan bersembunyi di suatu tempat. Ular tersebut sangatlah puas melihat pria tersebut terkapar tidak berdaya dilantai. Dia paling tidak suka bila ada pria yang memperlakukan wanitanya dengan semena-mena.

Dan anak-anak semakin menjerit-jerit mendengar ibunya menangis histeris memeluk kepala sang ayah yang sudah meregang nyawa. Pada akhirnya para tetangga berdatangan satu persatu setelah mendengar suara jeritan yang seolah tidak berhenti tersebut.

“Ada apa ini, ada apa? kenapa ribut-ribut?” tanya warga yang mulai berdatangan, ada yang menenangkan kedua anak itu dan ada juga yang mendekati pasangan suami istri tersebut, setelah diperiksa. Ternyata si pria tersebut tidak sudah tidak bernyawa.

“Sudah meninggal. Innalilahi ...” salah satu warga mengusap wajah pria itu yang melotot.

Hari ini kampung tersebut gempar karena ada yang meninggal mendadak dengan tangan bengkak dan di sekujur tubuh membiru.

Dan setelah di selidiki, kematian nya itu akibat di gigit seekor ular, setelah terjadinya pertengkaran hebat antara suami istri tersebut.

Kemudian, sebagian warga menyisir seluruh tempat tersebut mencari ular yang sudah menimbulkan korban dan dikhawatirkan akan menimbulkan banyak korban-korban lainya.

Dan sebagian lainnya mengurus korban atau jenazah dan menenangkan yang ditinggalkan. Suasana haru menyelimuti rumah tersebut dan cuaca pun mendadak mendung, di langit awan-awan berarak kelabu, dan bersiap menjatuhkan air hujan yang diperkirakan akan deras membasahi bumi.

Pada akhirnya ... hujan pun turun dengan deras diwarnai dengan angin dan guntur yang besar-besar, mengiringi pemakaman pria tersebut.

Sementara di rumah duka, sang istri di rundung kesedihan yang mendalam dengan memeluk kedua anaknya, wanita itu terus menangis meratapi nasib dia dan kedua anak-anaknya malah sebentar lagi akan lahir anak ke tiga. Disaat sang suami yang sudah tiada.

Warga yang simpatik melihat iba kepada wanita tersebut, terdapat beberapa luka pukul yang ditinggalkan suaminya tersebut.

Seekor ular yang tidak diketahui keberadaannya itu terus bersembunyi sampai suasana sepi dari warga lainnya. Hingga akhirnya Tiara menampakan wujudnya sebagai manusia dan mendatangi wanita tersebut.

“Permisi? saya ikut berduka atas apa yang sudah menimpa pada keluarga ibu, dan ini saya ada rejeki sedikit untuk Ibu dan anak-anak.” Tiara menyerahkan sebuah kantong dan berwarna hitam dan keranjang buah juga kue, dan beberapa bahan makanan pun dia simpan di dekat pintu.

Wanita tersebut bengong, apalagi sebagian ibu-ibu lainnya yang merasa heran dengan kedatangan tiara yang tidak mereka kenal sedikitpun.

Tiara mengusap kepala kedua anak tersebut yang langsung mengambil buah yang Tiara bawa. Di tatapnya dengan sangat lekat. Maaf? Saya sudah membuat kalian menjadi anak yatim. Tapi buat apa kau mempunyai ayah? Bila tidak bisa mengurus semestinya dan menyiksa ibu mu, yakinlah suatu saat nanti. Kau akan menemukan bahagia tanpa ayah kamu yang laknat itu,” batinnya Tiara.

Kemudian Tiara menggerakkan tangannya mengusap perut buncit si wanita tersebut, setelah itu lantas dia berpamitan. Tiara pergi bersama derasnya air hujan yang mengguyur tempat tersebut serta suasana yang gelap gulita akibat besarnya hujan di sore ini.

Semua yang di sana kebingungan masih bertanya-tanya, siapakah sosok wanita cantik tersebut? Apalagi bawaan nya banyak dan semakin terbengong-bengong sayang yang ada di sana. Terutama keluarga korban yaitu istri yang ditinggalkan, ketika melihat isi kantong yang berisi dengan gepokan uang dan perhiasan yang bila dijumlahkan dengan uang tidak terhitung nilainya, alias bukan uang yang sedikit.

Mata wanita itu terbelalak walau dengan berkaca-kaca dan semakin terharu dibuatnya. “Ya Allah ... rejeqi anak-anak ku?” wanita itu memeluk kantong uang tersebut dan tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Sambil melihat anak-anaknya yang sedang makan kue dan buah.

“Bu, Ibu. Tolong pukul saya? Apakah saya bermimpi atau nyata? Jangan-jangan saya bermimpi dan ini hanya khayalan belaka,” pinta wanita si istri korban.

Semua bu ibu yang berada di sana tentu bilang itu asli dan bukan mimpi, uang asli dan perhiasan pun asli. Bukanlah sekedar mimpi.

Wanita tersebut sujud syukur dan tak henti-hentinya mengucap syukur karena sudah mendapat rejeki nomplok yang tidak kira-kira tersebut.

Ditengah guyuran derasnya hujan, Tiara berjalan meninggalkan tempat korban. Dan setidaknya dia merasa tenang karena keluarga itu tidak akan kelaparan lagi, apa yang sudah diberikannya tidak kan habis dalam berbulan-bulan, dan uang nya juga bisa dijadikan modal usaha ....

.

...Bersambung!...

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

bae bener ini s Ratu ular
tak kira jahat mau ngambil bayi yang ada d perut s ibu

2023-02-16

1

Kurniaty

Kurniaty

Apakah anak wanita hamil itu kelak akan memiliki kekuatan yang diberikan Tiara.
Semoga wanita hamil itu bisa hidup bahagia dengan anak anaknya.
Sukses thoor & lanjut.

2023-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!