...❄️...
...❄️...
...❄️...
Tak mendapatkan apa yang dicari dalam kesendirian, Rain pun memilih untuk bicara secara langsung pada Mera. Karena bagaimanapun Rain memikirkannya, ia tak bisa menemukan jawaban yang tepat. Semua yang dilihatnya malam ini masih seperti misteri bagi Rain..
Pertanyaan tentang apa, kapan, dimana, dan bagaimana Mera bisa memulai hubungan dengan Daddy nya selalu saja berputar-putar dalam kepala Rain.
Konyolnya, bahkan di saat Rain tak pernah mengalihkan pandangan dari gadis itu, ia justru telah kehilangan.
Rain telah kehilangan Mera. Padahal selama ini Rain telah menjaga Mera dengan semua kemampuannya. Ia menjauhkan gadis itu dari pria-pria hidung belang yang berusaha menggodanya, bahkan Rain tak membiarkan satu orang pun dari mereka bicara pada Mera.
Tapi lihatlah apa yang terjadi pada Rain.. usahanya telah menjadi kekecewaan belaka.
Jika pria lain saja tak bisa mendekati Mera, lalu bagaimana Daddy nya bisa menjalin hubungan dengan gadis itu? Rain bahkan tak pernah melihat Mera bertemu dengan Daddy nya.
Melalui pemesanan bunga? konyol. Daddy nya bahkan tak akan pernah repot-repot melakukan hal seperti itu. Lalu dimana langkah Rain tertinggal?
Jika saja Daddy nya pernah menyinggung nama Mera, atau pun sekali saja mengisyaratkan sesuatu yang berhubungan dengan wanita itu, mungkin Rain akan sedikit peka dan menyadari hal seperti ini bisa saja terjadi pada dirinya.
Tapi nyatanya, Rain bahkan tak mendapatkan peringatan.
Semua kekacauan ini benar-benar membuat Rain merasa frustasi. Ia tak tahu kapan tepatnya hubungan diantara Mera dan Daddy nya dimulai?
Kenapa Rain bahkan tak menyadarinya sedikitpun? Pecundang!
...❄️...
Rain bergumul hebat dengan perasaannya dibalik kegelapan malam seraya terus menunggu dengan perasaan yang gelisah.
Rain sedang menunggu Mera kembali. Rain harus bicara pada Mera. Wanita itu harus menjelaskan semuanya.. Mera tak bisa memperlakukan dirinya seperti ini.
"Tenanglah, ku mohon. Hanya dengan begini kalian bisa bicara." Rain meyakinkan diri sendiri. Ia merasakan sesak di bagian dadanya. Meskipun sesungguhnya, sikap tenang Rain membuatnya merasa tercekik. Namun tak apa, Rain akan menahannya sebentar..
Apapun itu Rain harus bisa menahannya sampai mereka benar-benar bicara. Sampai Mera menjelaskan semua yang terjadi hingga saat ini.
Waktu terus berlalu, bahkan menit telah berganti jam. Rain masih diam di tempatnya. Dan tepat pukul sepuluh malam, sorot cahaya lampu yang menyilaukan mata Rain berhenti tak jauh dari toko Mera.
Mobil itu milik Daddy nya. Yang artinya selama beberapa jam terakhir, keduanya menghabiskan waktu bersama.
Apa yang mereka lakukan? Sialan. Rain sudah tak tahan. Ia tak bisa membayangkan jika ada pria lain yang menyentuh Mera, apalagi pria itu adalah Daddy nya sendiri.
Perasaan kesal semakin memenuhi hati Rain, bahkan sampai membuatnya mengumpat berulang kali. Rain marah, jelas. Kecewa, apalagi. Pikirannya sudah bercampur aduk, bahkan kewarasannya hampir tak bersisa.
"Sayang, maafkan aku atas apa yang terjadi malam ini. Seharusnya ini menjadi saat yang membahagiakan bagi kita." Travis menghela nafas lambat, terlihat menyesal atas apa yang dialami Mera Karena perlakuan Rain.
"Jangan bilang begitu Travis. Aku sungguh tidak apa-apa. Aku bisa memaklumi perasaan putramu." Mera menyentuh pundak Travis. Ia tak ingin hal seperti ini membuat hubungan mereka goyah. Mera mencintai Travis sebesar pria itu mencintai dirinya.
"Dan tentang anak-anak mu, mereka mungkin perlu waktu. Begitu juga denganku." Terutama Rain. Mera merasa cemas dan tak nyaman setiap kali memikirkan putra bungsu Travis.
"Mungkin mereka hanya tak bisa menerima hubungan kita saat ini. Jadi kita harus sedikit bersabar."
Kali ini Mera menatap Travis, tapi disertai sedikit rasa kecewa, "Dan kau, sepertinya kau juga masih berhutang penjelasan padaku. Aku sungguh terkejut saat tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Kau menyembunyikan semuanya dengan begitu baik." ucap Mera.
"Aku tidak bermaksud begitu sayang. Aku ingin menjelaskan semuanya padamu, sungguh. Tapi untuk hari ini, aku benar-benar minta maaf."
Mera tau jika Travis tak berniat membohongi dirinya, mungkin pria itu hanya sedang berhati-hati. Karena yang Mera tahu, dan yang ia rasakan, Travis tak pernah menyakiti dirinya.
Pria itu selalu bersikap lembut, penuh pengertian, dan selalu mengimbangi cara berpikir Mera. Travis bahkan tak pernah memaksakan kehendaknya sedikitpun, dan itulah yang membuat Mera jatuh hati pada Travis.
"Ini bukan salahmu. Aku tahu bahwa semuanya butuh proses. Kita jalani saja seperti biasanya." ujar Mera menyudahi.
"Terimakasih karena sudah mau mengerti diriku sayang." Mera tersenyum. Sementara Travis terus memandangi dan sesekali memberikan kecupan di bibir dan kening Mera.
"Kau mau masuk?" wanita itu menawarkan. Travis melihat jam tangannya, lalu menatap Mera sambil tersenyum, "Sepertinya aku harus langsung kembali. sayangnya... Aku harus memastikan putraku sudah tiba dirumah saat aku pulang." tolak Travis.
"Baiklah. Sampaikan maafku pada mereka. Aku akan berusaha yang terbaik agar mereka menyukaiku." Mera tersenyum dengan lembut. "Aku mencintaimu, Mera. Kau harus tau itu."
"Aku juga.. " Mera melambaikan tangan saat mobil Travis meninggalkan pekarangan rumahnya. Dan setelah itu ia mulai kehilangan rasa percaya dirinya yang tadi sedikit menggebu-gebu. Sesungguhnya Mera takut. Senyumnya yang tadi merekah pun kini telah sirna.
Kakinya bahkan terasa goyah hanya untuk menopang tubuhnya. "Bagaimana ini..? apa yang harus ku lakukan?" Mera benar-benar tak menyangka, jika Rain adalah putra dari pria yang selama ini ia cintai.
"Mera!" Suara yang tak asing menyentak lamunan Mera. Rain sudah berdiri tak jauh dari tempat Mera mematung.
Bahkan saat Rain menghampiri dirinya untuk menarik kasar tangan Mera dan membawa wanita itu masuk ke dalam toko bunga miliknya, Mera tak kuasa menolak. "Rain, apa yang kau lakukan disini?" suara Mera bergetar.
"Kita harus bicara." Rain masih tetap bersabar. Ia berusaha agar tidak memperlihatkan kebengisannya dihadapan Mera, meskipun saat ini Rain benar-benar ingin menggila karena terbakar cemburu.
"Rain, lepaskan tanganku." Mera kesakitan karena genggaman tangan Rain yang terlalu erat. Tapi ia tak berdaya. Rain terlalu tangguh untuk Mera tangani.
Bahkan saat pria muda itu menyeretnya dan mendorong tubuh Mera hingga terpojok di sudut tokonya yang menguarkan bau semerbak, Mera hanya bisa meringis. Tapi anehnya, ia tak berani menatap mata Rain.
Mera sangat takut melihat kemarahan Rain. Selama ini Rain selalu memperlakukan dirinya dengan baik, meskipun pria itu terkadang membuatnya tak nyaman, tapi Rain tak pernah berbuat kasar pada dirinya.
"Apa maksudnya semua ini Mera? Apa maksud dari kedekatan antara dirimu dan Daddy?" Rain bersuara tertahan, berusaha agar tak terlalu membentak Mera. "Dan kalian tadi bilang apa? akan menikah?" Cih..pria itu mulai meluapkan kekecewaannya.
Menikah di saat wanita itu sadar bahwa dirinya telah menyakiti hati Rain.. luar biasa.
"Rain dengarkan aku dulu.."
"Apa karena Daddy kau tidak mau menerima cintaku? sejak kapan Mera? sejak kapan hubungan kalian seperti ini?" Rain mendesak. Nafas Rain terasa panas di wajah Mera.
"Inikah alasanmu menolak ku? karena aku tidak seperti Daddy? karena aku hanya seorang mahasiswa yang tak bisa dibandingkan dengan seorang Travis? karena aku bukan seorang CEO kaya raya," Suara Rain tajam.. "Atau mungkin karena aku tak bisa memuaskan mu diranja.."
Plak!
Belum lagi Rain menyelesaikan kalimatnya, tangan Mera sudah melayang menghantam pipi Rain. Perkataan Rain sungguh keterlaluan bagi Mera.
Tangan Mera bergetar saat ia memberanikan diri untuk menatap wajah Rain, "Rain maafkan aku. Aku tidak bermaksud menamparmu. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan.. aku bahkan."
Rain menepis tangan Mera dan memalingkan wajahnya. Pipinya yang terasa panas, tak sepanas hatinya saat ini..
"Padahal kau tau jika aku sangat mencintaimu Mera. Tapi apa yang kau lakukan padaku? kenapa selama ini kau diam saja. Apa kau memang suka mempermainkan perasaan ku seperti ini? Kau menikmatinya?"
Mata Rain berkaca-kaca, bahkan suaranya terdengar bergetar. Jika saja Rain tidak mencintai Mera dengan segenap hatinya, mungkin Rain tak akan merasakan luka sebesar ini.. "Kau keterlaluan Mera. Kau benar-benar egois."
"Kau mempermainkan aku dan Daddy." Mera menggeleng, Rain tidak mengerti. Rain tidak tahu apa yang sudah mereka lewati untuk hubungan ini.. Rain tidak berhak mengatakan dirinya sebagai penipu..
"Aku mencintai Daddy mu Rain. Aku bahkan tidak tau jika pria yang selama ini berhubungan dengan ku adalah orang penting di Arandelle. Aku.. "
"Cukup Mera." Rain menyentak lepas tangannya membuat Mera sedikit terhuyung. "Simpan saja omong kosong mu itu. Dan tolong, jangan berpura-pura lagi di depanku. Aku muak melihatnya. Semua yang kau tunjukan selama ini hanyalah kebohongan."
Wajah Rain yang memperlihatkan kekecewaan juga membuat hati Mera sakit.. ia sungguh tak berniat melakukan ini, ia sungguh tak tau jika hubungan mereka akan berubah menjadi begitu rumit.
Sekali lagi Mera mencoba untuk bicara para Rain. "Semuanya tidak seperti yang kau pikirkan Rain. Aku tidak berniat membohongi, apalagi menyakiti perasaan mu. Aku sungguh-sungguh." Mera sudah tak bisa lagi menahan air matanya.
Tapi lagi-lagi, hal itu justru membuat Rain semakin marah.. "Kau bilang apa, perasaanku?" Rain mengulas senyum penuh luka, "Apa selama ini kau benar-benar memikirkan bagaimana perasaan ku Mera?"
Rain meraih tangan Mera dan mendorong wanita itu hingga punggungnya bersentuhan dengan tembok. Dingin dan sakit.. Mata Mera membulat dengan nafas yang tercekat..
"Kau yang menipuku. Kau juga yang menghancurkan kepercayaan ku padamu. Padahal aku menyukaimu dengan tulus. Apakah selama dua tahun ini kau benar-benar tak bisa melihat semua yang ku lakukan? Kau anggap apa perasaan ku Mera? Kau anggap apa? kau malah merusak segalanya."
Rain melepaskan tangannya lalu melangkah pergi meninggalkan Mera yang tertunduk lemah. Wanita itu menangis sesenggukan.
Rain sudah berada diluar jalur, seharusnya ia tak berbuat kasar pada Mera. Seharusnya, Rain mampu bersikap tenang, dan memeluk Mera yang saat ini sedang menangis. Tapi bagaimana lagi..
Rain terlalu takut.. jika ia terus berada di sana mungkin saja Rain akan melakukan sesuatu yang nantinya akan ia sesali..
Rain bahkan tak pernah menyangka, jika cinta pertamanya akan berakhir seperti ini, bahkan sebelum Rain sempat memulainya..
Teganya Mera berbohong. Jika ia tak bisa menerima perasaan Rain karena mencintai pria lain, kenapa tak katakan saja..?
Kenapa kau harus membuat perasaan ku menjadi seperti ini..? kenapa kau harus menunggu selama ini untuk melukai ku Mera? kenapa?
"Kau harus merasakan apa yang aku rasakan Mera. Harus!"
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
@ Teh iim🍒🍒😘
Rain bersabarlah, mungkin Mera bukan yg terbaik buat kamu 🤭
2023-01-29
0