Penyamaran

Nindi sudah sangat terlihat seperti seorang nerd. Kacamata bulat non minus, kucir satu ke samping, dan baju kebesaran sudah membuat rencana Nindi berjalan sedikit sempurna.

Nindi masuk melewati gerbang depan dengan gaya culunnya dan berjalan menyusuri lapangan.

Berbagai tatapan benci sudah Nindi terima walau dihari pertama masuk sekolah.

"Ih, siapa dia? Di sekolah kita ada gembel?"

"Yaampun, anak beasiswa pasti dia!"

Dalam hati Nindi berbicara, apakah ada yang salah dengan beasiswa? Justru dengan beasiswa artinya dia tidak menyusahkan orang tuanya.

"Ih, jijik gue. Sekolah elite kedatengan nerd gembel!"

Begitulah cacian dan makian yang diterima Nindi di hari pertama masuk sekolahnya.

Nindi masuk ke ruang kepala sekolah dan segera mendaftarkan diri.

Tok tok tok

"Permisi..." Nindi mengetuk pintu kepala sekolah.

"Silahkan masuk!" Ketus kepala sekolah itu.

"Pak saya mau daftar sekolah disini."

Urusan daftar mendaftar pun selesai dan Nindi akan masuk ke kelas, saat jam pelajaran ke dua.

Sebelum jam pelajaran ke dua dimulai, Nindi memutuskan untuk berkeliling sekolah barunya tersebut.

"Hmm, apanya yang di renovasi sih?" Gumam Nindi sambil melihat gedung gedung yang masih sama seperti di foto. Tak ada perubahan.

Ia berjalan dengan gaya nerd nya dan sambil memegang tasnya.

"Heh, gembel mana lo? Ngapain masuk sekolah gue?"

Nindi terkejut dengan bentakan yang berasal dari belakangnya.

"E..ehh, aku murid baru kak. Aku di suruh keliling buat liat liat sekolah." Nindi tersenyum kepada seorang lelaki yang membentaknya barusan.

"Oo anak baru? Beasiswa?"

"Eemm, iya kak."

Nindi terus menunduk, sampai akhirnya bel pun berbunyi.

"E..eh, aku duluan kak. Permisi." Nindi terus menunduk dan kemudian melewati lelaki tersebut.

Nindi berjalan lagi menuju kantor guru untuk pergi ke kelasnya bersama wali kelasnya nanti.

"Ibu, saya Nindi anak baru kelas 11 A. Ibu wali kelasnya saya kan?"

"Oohh, kamu anak barunya. Iya saya wali kelas kamu. Mari saya antar kamu ke kelas." Ibu guru itu tersenyum pada Nindi dan mengantarkan Nindi menuju ruang kelasnya.

Sampai di dalam kelas, Nindi terus menundukan kepalanya selayaknya seorang nerd yang ia tau.

Wali kelasnya pun memperkenalkan Nindi.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian kedatangan murid baru. Bisa perkenalkan diri kamu?" Guru tersebut memberi waktu untuk Nindi memperkenalkan dirinya.

"Baik bu. Hai, namaku Nindi Wijaya. Kalian bisa panggil aku Nindi." Perkenalan yang singkat cukup membuat Nindi di cap sebagai seorang nerd yang sombong.

"Dih gitu doang? Sok banget sih!"

"Lo dari keluarga wijaya? Keluarga mana tuh? Kok gak terkenal ya? Hahaha..."

Berbagai ledekan Nindi terima.

Tunggu waktu mainnya. Sabar Nindi, sabar. Nindi berucap dalam hati seraya tersenyum samar.

"Udah udah, baik Nindi. Perkenalkan saya Bu Nancy, guru matematika. Silahkan, kamu boleh duduk. Itu ada dua bangku kosong, terserah kamu mau duduk dimana.

"Baik bu." Nindi berjalan dan memilih untuk menuju bangku paling pojok belakang dekat jendela.

Ia tak memilih bangku kosong yang ada di urutan kedua dari depan, karena menurutnya ia pasti akan lebih lebih di bully.

"Oke baik, mari kita mulai pelajarannya."

Pelajaran pun dimulai, Nindi tak begitu memperhatikan karena pelajaran yang sedang dibahas sekarang, itu sudah ia pelajari jauh jauh hari sebelumnya.

***

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Tapi Nindi masih tetap berada di dalam kelas dengan membaca novel yang belum sempat dibaca habis sewaktu ia masih di Amrik.

Ketika sedang membaca, tiga orang perempuan dengan style baju ketat, rok diatas lutut, dan bibir yang merah menghampiri Nindi dan menggebrak mejanya.

"Heh lo nerd! Gak usah banyak betingkah lo disini. Lagipula kok bisa sih sekolah ini nerima murid cupu kek lo, gak banget ya kan guys!" Ucap seseorang yang Nindi yakini adalah ketua dari gengnya.

"Yoii, nerd kek lo tuh harus di hempas jauh jauh dari sekolah ini!" Sahut salah seorang dari teman wanita tersebut.

"Bener tuh, parasit lo!" Sahut salah satu temannya lagi.

Sungguh muak bagi Nindi mendengar itu semua. Ingin rasanya ia berdiri dan menampar mereka semua. Ingin rasanya ia bersuara bahwa ia adalah anak dari pemilik sekolah ini.

Tapi itu semua Nindi tahan supaya misi sesungguhnya untuk berada di sekolah ini tidak berantakan.

"Maaf, aku cuma lagi baca aja kok. Aku gak bertingkah apa apa." Sahut Nindi dengan suara memelas.

"Eh berani jawab lo ya!" Hampir saja ia mau menampar Nindi, tapi seseorang datang dan kemudian mencekal tangannya.

"Eh Sha, berulah terus lo ya. Jangan sampe dia gak tahan sekolah disini dan akhirnya pindah kaya yang dulu dulu. Lo gak kasian sama mereka?" Ucap seorang siswi yang tak Nindi ketahui namanya.

"Ya bagus lah kalo dia pindah. Kan jadinya gak ada sampah lagi di sekolah kita. Kenapa lo? Masalah?"

"Cabut yuk guys, ada pahlawan kesiangannya si nerd. Kabur, dedek takut. Hahah." Wanita tersebut pergi diikuti oleh para teman temannya. Lebih tepatnya, mungkin mereka itu budaknya.

"Lo gak papa Nin? Oiya kenalin gue Tata."

"Hai salam kenal. Makasih ya udah bantuin aku."

"Iya santai aja, sebelum lo juga ada sih yang berpenampilan kaya lo gini. Mereka di bully habis habisan sampe pindah dari sini. Gila banget kan dia. Mentang mentang anak kepala sekolah jadi seenaknya aja tuh bocah." Ucap Tara panjang lebar.

"Hehe.."

"Mau ke kantin gak? Bareng aja yuk." Tata mengajak Nindi untuk pergi ke kantin bersamanya.

"Boleh, makasih ya sekali lagi." Lagi lagi Nindi mengucap terima kasih kepada sosok Tata.

"Iya, mulai detik ini kita temenan yak."

"Iya.." Nindi menjawab singkat.

Mereka berdua pun pergi ke kantin beriringan, sambil sesekali Tata melontarkan jokes jokes receh, yang membuat Nindi tertawa.

Asik mengobrol, akhirnya mereka sampai di kantin. Nindi dan Tata memilih untuk duduk di kursi yang bersampingan.

"Eh Nin, mau pesen apa? Biar gue sekalian pesenin."

"Aku minum lemon tea aja."

"Mau yang lain sekalian gak? Gue bayarin deh." Tata menawarkan kepada Nindi, karena siapa tau Nindi tidak punya uang untuk membeli yang lainnya.

"Nggak makasih, udah aku itu aja lagian aku juga bawa bekal kok. Aku bayar sendiri ya." Ucap Tata sambil tersenyum.

"Yaudah, gue ke sana dulu ya." Tata pergi untuk memesan makanan dan minumannya.

Nindi duduk sendirian sambil menunduk.

Banyak tatapan benci seolah ingin membunuh mengelilingi Nindi. Nindi sungguh muak dengan orang orang di sekolah ini, mereka memandang seseorang hanya dari tampilan luarnya saja.

Mungkin mereka hanya mau berteman dengan yang kaya kaya saja? Begitukah anak anak zaman sekarang? Miris!

Nindi membatin sambil melihat sekeliling dengan ekor matanya.

"Eh lo gembel tadi pagi kan?"

____________________________________________________

Guys, aku minta tolong buat kalian semua supaya like dan komen tulisan aku, jujur dengan melihat itu aku jadi yakin kalo sebenernya kalian itu bener bener suka sama karya aku. Jadi aku semangat buat terus update. Jika kalian tidak keberatan boleh juga di vote cerita aku ini. Terima kasih sebelumnya, jujur aku selalu liat siders di cerita aku ini yang bikin aku sedih. Semoga terhibur dengan cerita aku\~

____________________________________________________

Terpopuler

Comments

AriKaChiKa

AriKaChiKa

thor ibunya nindi tu kemana?

2021-01-31

1

yona linsy

yona linsy

gimana ya reaksi mereka kalau tau si nindi anak sultan wkwk

mampir juga ya kak ke novel kuu

2020-06-18

8

Evi Lestari

Evi Lestari

aku fav ya

2020-06-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!