“Helo Mas!” Zoya melambaikan telapak tangannya di depan wajah Ridwan karena sedari tadi lelaki itu terus bengong menatapnya.
“Mas diem mulu! mau yang mana nih? Cepetan!” serunya.
Ehm! Ridwan hanya berdehem ketika fokusnya kembali. Tak mau terlihat kikuk ia mengambil batagor yang sudah dingin dan memakannya.
“Mas Ridwan kok malah makan sih!” Zoya cemberut, tapi sedetik kemudian ia tersenyum ramah dan ikut memakan batagor miliknya.
Ridwan melirik sekilas kemudian kembali focus pada makanannya. Ia lumayan heran melihat sikap Zoya yang bisa secepat kilat berubah dari cemberut ke senyum ramah. Mungkinkah itu kemampuan wajib yang harus dimiliki seorang sales? Batinnya.
“Mas Ridwan santai aja, habisin dulu batagornya. Biar Mas Ridwan focus milihnya, nggak bingung gitu. Soalnya kan produk yang aku tawarin emang kualitas the best semua, kalo lapar pasti nggak bisa bener milihnya. Pokoknya dijamin Mas Ridwan sama mama nya bisa langsung damai deh.” Ucap Zoya di sela-sela makannya.
Ridwan menghela nafas Panjang, ternyata tebakannya benar. Di hadapannya memang bukan sales abal-abal, sepertinya sales seperti Zoya akan terus meyakinkan konsumennya hingga membeli. Papi nya benar-benar beruntung memiliki pegawai seperti Zoya.
“Mas mau yang mana nih? Apa aku pilihin aja?” tanya Zoya yang kembali menyodorkan katalognya.
“Mama nya Mas Ridwan suka warna apa?” lanjutnya.
“Mama gue nggak bakal mempan disogok sama begituan.” Jawab Ridwan.
“Yakin? Nggak ada emak-emak yang nggak luluh kalo dikasih loveware, Mas. Tutupnya ilang aja bisa pada marah-marah, ngedumel nggak berenti-berenti.”
“Pernah ada nih yah konsumen aku anak SMP, dia ambil misting loveware bayarnya dicicil gara-gara nggak berani pulang soalnya tutup mistingnya kan ilang. Jadi dia takut dimarahin emaknya. Kata dia, emaknya lebih sayang misting loveware dari pada anaknya.” Zoya tertawa renyah.
“Tapi lumayan juga sih, gara-gara itu konsumen aku jadi nambah. Nggak c uma emak-emak tapi anak sekolah juga.” Lanjutnya.
“Stop! Stop! Gue nggak mau denger cerita misting lo. Yang jelas gue nggak mau beli!” sela Ridwan.
“Beli lah, Mas. Aku bantuin deh bujukin mama nya Mas Ridwan.”
“Dibilangin mama gue nggak bakal luluh, di rumah banyak yang kayak gitu.”
“Pasti beda Mas, yang ini kualitas premium. Mahal.”
“Iya karena mahal juga deh, gue nggak ada uang.”
“Gampang Mas, bisa kredit. Kan tadi udah aku jelasin. Ambil satu deh ntar aku anterin Mas pulang, bonus aku bantu bujukin mama nya Mas Ridwan. Jadi kelar deh semua masalah Mas Ridwan, bisa pulang ke rumah nggak lontang lantung nggak jelas terus baikan juga sama Mama nya.”
Ridwan tersenyum samar mendengarnya. Pulang? Kalo bisa justru ia tak ingin pulang. Tapi sekarang dirinya benar-benar tak punya uang sepeser pun, HP nya pun raib. Padahal niatnya ingin menjual HP untuk biaya hidup beberapa hari ke depan.
“Gimana Mas? Deal?” tanya Zoya. “Aku pilihin yang ungu aja gimana? Ini tuh warna baru dari produk loveware. Katanya sih istri pemilik perusahaan suka banget sama warna ini.”
“Istri pemilik perusahaan tuh mami gue.” Batin Ridwan.
“Karena Mas Ridwan diem mulu jadi artinya iya yah?” Zoya tersenyum sumringah. “Aku siapin perjanjian kreditnya yah? Nanti Mas Ridwan tinggal tanda tangan.” Zoya mengambil berkas dari tas nya.
“Beda harga sedikit nggak apa-apa lah yah? Soalnya aku kan nalangin dulu ke perusahaan Mas, aslinya produk ini tuh nggak boleh dikreditin. Tapi supaya saling menguntungkan kedua belah pihak jadi aku kreditin deh. Bahkan ada yang pake sistem arisan juga.v” Jelas Zoya.
“Bayar cicilannya harus tepat waktu yah Mas. Mau pilih bayar tiap tanggal berapa? Aku ada pilihan di tanggal lima sama dua lima, Mas bebas mau pilih yang mana.” Jelasnya lagi.
Ridwan termedung sebentar kemudian menatap lekat gadis cerewet di depannya. “Gue ambil yang tiap tanggal lima. Pas banget besok tanggal lima, jadi mulai besok lo setor ke gue. Mau dijadiin berapa kali angsuran?”
“Heh? Kok jadi aku yang harus setor ke Mas Ridwan?” tanya Zoya, “kan Mas Ridwan yang mau ngutang ke aku.” Lanjutnya.
“Gue baru mau yah tapi belum, sedangkan lo udah punya utang ke gue.”
“Ya Allah utang apa Mas? Ketemu juga baru tadi. Aku tuh nggak pernah utang sama siapa-siapa, kalo akhir bulan nggak ada uang aja aku lebih milih makan nasi pake garam dari pada ngutang.”
“Lima puluh juta!” ucap Ridwan.
“Apa? Mas jangan bercanda deh. Dari tadi diem mulu giliran ngomong banyak ngaco gini. Atau Mas Ridwan masih lapar yah makanya error?”
“Gue nggak error yah. Lo inget kan HP gue tadi jatuh ke sungai?” Zoya mengangguk.
“Gara-gara siapa HP gue jatuh ke sungai? Gara-gara lo kan ngagetin main tarik aja!” Zoya hanya bisa terdiam, semua yang dikatakan Ridwan memang benar.
“Itu HP harganya lima puluh juta. Belum lagi e money gue didalemnya…”
“Tapi kan aku udah minta maaf.” Sela Zoya. “Lagi pula e money kan nggak bakal ilang walaupun HP nya ilang. Apalagi tuh HP nyemplung ke sungai jadi pasti aman lah Mas nggak bakal ada yang menyalahgunakan. Tinggal urus ke bank terus aktivasi di HP baru, aman deh.”
“Masalahnya gue nggak bisa ke bank, dokumennya di rumah. Lo tau gue nggak mau pulang, sekarang HP gue nggak ada, uang nggak ada, pokoknya lo harus tanggung jawab. Ganti rugi HP gue!”
“Tapi kan Mas…”
“Nggak ada tapi-tapian! Lo mesti tanggung jawab! Sampe ganti ruginya lunas lo berada di bawah pengawasan gue. Dimana rumah lo?”
“Kenapa nanyain rumah segala Mas?”
“Gue mau nebeng di rumah lo, gampang ntar tinggal potong utang aja. Sekalian beliin baju ganti juga. Cepetan ini udah malem ntar keburu pada tutup toko bajunya.”
Zoya menatap Ridwan dengan bingung, tapi tangan terampilnya merapikan barang dagangan serta katalognya. “Kok jadi gini sih?” batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Jeissi
nyindir gue nih 🤣
2023-12-29
0
Rara Kusumadewi
lah niat jualan malah kena batunya Zoya...sama anak pemilik perusahaan pula
2023-10-27
0
Siti Rohaemy
aq aja yg bacanya Bing Zoy.. apalagi kamu 😂😂😂
Ririd nih bisa aja 😁😁👍👍👍
2023-06-21
0