part 5

“Baik.”

Baru datang, hotel sudah heboh.  Banyak yang berbisik soal kejadian Valeri.  Hanya beberapa yang tahu saja.  Putri, sahabat valeri tak sengaja mendengar itu.  Kemarin malam dia menginap di rumah kekasihnya, sesama ob juga disana dan dia baru tahu masalah ini.  Dia langsung memeluk Valeri.

“Hati-hati.”

Johnny memperingatkan putri.  Putri minta maaf dan mundur.  Dia gelendotan tangan Valeri.

“maaf ya, gak tahu aku beb.”

“Iya gak apa-apa.  Sudah beres kok.”

Johnny diam melihat keduanya ngobrol.  Dia meminta pihak yang bertanggung jawab di hotel.

“kita ke ruang cctv.  Kalau teman kamu mau ikut, ikut saja.  Tinggalkan pekerjaannya dulu.  Mungkin kamu butuh teman?”

Putri melirik Valeri, dia tak menyangka kalau Johnny sebaik dan semanis itu.  Walau dia kasihan dengan masih sahabatnya yang kena pelecehan itu.  Tapi dapatnya ok, ya kenapa tidak.

“Iya, boleh ikut ya tuan.”

“Silakan.”

Johnny jalan dengan pihak hotel. Valeri dengan Puput.  Mereka ke ruang cctv.  Johnny meminta cctv dua bulan yang lalu.  Bahkan Valeri masih ingat tanggal kejadiannya.  Valeri memeluk Puput, dia tak sanggup melihat rekaman cctvnya.

“wah parah banget tuh cowok. Gila yaz anak kecil bisa begitu.”

Putri itu suka kelepasan kalau marah.  Dia lupa ada Johnny, bapaknya.  Putri kelepasan mengumpat, dia langsung ditatap Johnny.  Puput diam sekita.

“jangan bahas ini lagi bagaimana pun.  Kalau tidak, yang ketahuan membahas ini, saya bisa pecat dan saya pastikan tidak akan mendapatkan pekerjaan dimana pun kalian berada.”

Putri langsung diam.  Selesai menghapus cctvnya Johnny dan Valeri harusnya pulang.  Masih banyak persiapan yang harus mereka lakukan, termasuk untuk pernikahan keduanya.  Agar Haikal tak curiga kalau keduanya makin lama menikah.

“tuan, saya mau ke kantin boleh? Mau makan sama putri.”

“Ya sudah.  Saya temani, setelah ini kita harus ke tempat gedung pernikahan kita sama ada w.o yang sudah nunggu.”

“iya.”

Valeri hanya mengangguk.  Dia gandengan dengan putri menuju ke kantin tempat biasa mereka makan disana.

“Mau pesan seblak yang kayak biasa val? Yang pedes kan?”

Valeri suka makan itu dengan putri.  Tapi Johnny melotot menatap keduanya. Putri takut sampai memeluk lengan Valeri di samping dia.  Johnny juga duduk satu meja dengan mereka.

“gak boleh pedes.  Kalau mau biasa aja, jangan pedes sedikit pun. Saya gak izinkan.”

Johnny tahu dari dulu ketika mendiang istrinya hamil haikal.  Dokter bilang tidak boleh.

“Iya put, yang biasa saja jangan yang pedas.”

“ok.  Tunggu ya.”

Putri yang memesankannya.  Johnny duduk dan sibuk main ponsel.  Dia mengontrol kantor juga w.o untuk pernikahan.  Johnny meminta tolong sekertaris dia untuk mencarikannya.

“Ini contoh dekornya, ada beberapa contoh baju dan jasnya.  Kamu saja yang pilih.”

Johnny memberikan ponselnya begitu saja kepada Valeri.  Valeri kaget, dia menerima ponsel Johnny dan melihat-lihat.  Tak lama putri datang.  Dia membawa dua seblak dan dua es teh.

“Saya gak dipesankan?”

“Yah habis pak.  Saya kita bapak gak makan beginian?”

“makan, enak gak?”

“banget, yang paling terkenal enak disini.”

Putri kita Johnny tak makan seperti itu. Lagi pula seblaknya sudah habis.  Sudah banyak yang pesan.

“Tuan mau coba, makan punya saya saja.”

“boleh? Saya laper.  Dikit ya, tadi juga gak sempat sarapan kan.”

“Ahh iya, maaf, itu karena saya.”

Valeri pun akhirnya menawarkan punya dia.  Dia baru ingat, karena dia Johny tidak sarapan.  Valeri sedikit merasa bersalah.  Johnny memakannya.   Dia mengangguk ke enakan.

“kalau mau dihabiskan, habiskan saja tuan.  Saya juga masih punya cemilan di mobil.  Masih agak kenyang.”

“Jangan deh, kamu suka makan ini kan.  Akk.”

Johnny menyuapi Valeri.  Putri cengang melihat itu.  Dia mempersilakan Valeri untuk menerima suapan Johnny.  Valeri tak pernah bisa menolak kalau itu seblak.

“Kamu sudah pilih satu kan? Hari ini biar bisa dikerjain, mungkin lusa atau gak besok semuanya siap.  Kita bisa menikah.”

Valeri terbatuk.  Secepat itu. Johnny yang melihat valeri tersedak langsung mengambilnya minum, memberikan minumnya kepada sang calon istrinya itu.

“Makasih pak.”

Valeri meminumnya perlahan.  Dia meminta bantuan putri untuk memilih desain dan gaunnya.

“Ini bagus, cantik.  Seksi.”

“Jangan yang terlalu ketat dan seksi, kamu lagi hamil.”

Putri yang mengusulkan.  Dia diam seketika mendengar ucapan Johnny.  Akhirnya Valeri minta saran dari Johnny.  Johnny mau gaunnya yang tidak terlalu berat, tidak terlalu seksi juga, dia khawatir dengan kandungan Valeri. Johnny sebenarnya sangat suka anak kecil.

“kita ke ruang manager hotel.  W.onya ada disana. Putri mau kamu ajak juga apa?”

“saya mau balik kerja pak.  Gak enak kalau gak-“

“kan saya yang punya.  Ganti kerjaan sebagai hari ini ya kamu temani saja Valeri.”

Putri senang saja, kerjaan dia hanya untuk menemani saya sahabatnya.  Valeri meminta Johnny untuk menghabiskan seblaknya.  Karena kalau memesan es teh kelamaan, Johnny meminta punya Valeri.

“itu mau diminum gak? Aku minum boleh gak?”

“iya tuan. Minum saja.”

Valeri mau menolak juga tidak enak.   Johnny minum satu sedotan dengan Valeri.  Putri menatap sahabatnya itu.

Mereka ke ruang manager hotel setelah selesai makan.  Sudah ada empat orang dari w.o disana.  Valeri duduk dengan putri.  Johnny diam saja.  Dia menyerah semuanya kepada Valeri.  Terserah mau apa.

“tuan ini boleh?”

“Outdoor?”

Valeri minta outdoor.  Itu pernikahan impian dia. Johnny mengangguk.

“jangan pakai heels terlalu tinggi.  Jangan kasih sepatu yang susah.”

Johnny memperingatkan pihak w.o.  putri adalah orang yang sejak tadi salah tingkah dan meleleh sendiri melihat sikap Johnny kepada sahabatnya itu.

***

3.00 sore

***

Selesai meeting sampai sore.  Johnny menelpon rumah, dia tanya apa haikal pulang.  Seperti biasa, selesai sekolah dia tak akan pulang.  Baru pulang malam atau bahkan besok jam dua atau tiga menjelang pagi.  Kadang sampai jam lima.

“Pakaian kamu di kostan gimana, bal?”

Putri mengantar sampai ke depan hotel.  Valeri baru mau masuk mobil.  Dia ditahan putri.   Valeri melihat Johnny.  Tidak tahu dibolehkan tidak memakai pakaiannya yang dulu.

“tuan, harus di ambil tidak pakaian yang dulu di kostan?”

“dress, celana atau apa?”

“Kebanyakan celana jeans dan kaos, kemeja.”

“gak usah.  Buat teman kamu aja.  Kamu lagi hamil gak mungkin pakai seperti itu. Masuk setelah selesai ngobrol dan pamit ke teman kamu.”

Johnny masuk ke dalam mobil. Valeri pamit kepada putri.  Putri memeluk erat sahabatnya itu.

“gila ya val.  Lu tuh beruntung banget tahu gak.  Ngomong dia sih dingin, tapi perhatiannya.”

“Apaan sih put.  Dia Cuma takut aku sebarin foto anaknya aja.”

“Otak lu pinter banget hah, ngapain juga motoin tuh cowok gak pakai baju.”

“Biar jadi bukti dan perlindungan buat aku lah put.  Aku pamit ya.”

Johnny mungkin merasa sudah terlalu lama.  Dia tak suka membuang waktu.  Jadi dia menyalakan klakson mobilnya.  Valeri masuk ke dalam mobil Johnny.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!