Dokter sedang memeriksa valeri di dalam ruangan. Johnny menunggu di luar. Tak lama dokternya keluar. Johnny mendekati sang dokter.
“Tante, apa bisa tes DNA?”
Dokter itu adalah teman mamanya Johnny dulu. Dia menggeleng. Johnny masih ragu kalau itu mungkin anaknya haikal.
“Kalau tes DNA sekarang bahaya untuk janinnya Jo, bisa menyebabkan keguguran.”
Johnny terdiam. Valeri di bantu suster turun dari ranjang dan keluar ruang pemeriksaan. Dia ke ruangan dokter, tapi valeri malah mendengar itu.
“Anda mau bunuh anak saya? Kalau anda tidak mau bertanggung jawab dan ragu dengan bayi diperut saya harusnya bilang dari awal. Saya bisa menyebarkan foto anak anda.”
Valeri kesal sekali mendengar ucapan Johnny, terkesan mau mencelakai kandungan dia. Valeri memilih pergi dari sana dengan memegangi perutnya, memeluk perutnya, seakan melindungi bayi di dalam kandungannya.
“tunggu, jangan disebar. Saya hanya tanya kepada dokter. Saya juga tak akan melakukan itu kalau membahayakan bayi yang tidak bersalah ini. Saya hanya ingin memastikan juga, dia anak Haikal atau bukan?”
Jantung Valeri kembali berdebar tak karuan setiap kali Johnny mengusap dan menyentuh perutnya begitu saja. Dia menepis tangan Johnny.
“duduk dulu, Tante mau tanya kamu suka susu rasa apa, untuk susu hamil kamu. Kamu harus minum susu hamil bukan?”
Valeri tadinya tak mau. Tapi setelah mendengar penjelasan Johnny dia memilih duduk. Dokter itu tersenyum melihat valeri.
“Saya tidak perduli itu anak siapa. Tapi tugas saya disini, karena kamu sudah menjadi pasien saya, saya ingin melihat bayinya lahir dengan sehat dan selamat. Ibunya pun begitu.”
“kamu suka susu rasa apa? Coklat? Strawberry atau mau vanila atau ada yang lain?”
“strawberry dokter.”
“ok.”
Dokter mencatat resep untuk Valeri. Dia memberikannya kepada Johnny. Vina, dokter itu memegang tangan Valeri.
“kalau kamu dibuang bapak sama anak ini, datang ke Tante. Tante bantu kamu sampai melahirkan. Memang gak bapak sama anaknya sama.”
Vina memberikan kartu namanya kepada Valeri. Valeri melihat kartu namanya dan mengangguk kepada Vina.
“gak inget yang kamu lakukan kepada mendiang mamanya haikal? Kamu tiduri dulu kan sampai hamil?”
“kan beda Tante. Itu aku juga udah dewasa Tante. Haikal mabuk, kurang ajar tuh anak. Kalau gak ingat sudah aku tebas lehernya langsung.”
“ish, kejam banget. Dah sana, tebus resepnya. Jagain dengan baik ibu hamilnya. Tante ada pasien lain nih, suami istri beneran yang sudah nunggu.”
Johnny dan Valeri pamit. Tante Vina mengantar sampai Ke depan ruangannya. Dia menahan Valeri yang mau pergi. Johnny yang mau jalan juga ikut berhenti menatap tantenya dengan bingung.
“nanti kalian mau nikah juga kan? Supaya Haikal gak curiga kan? Tante tunggu undangannya ya, jangan lupa. Sama om juga, pasti dia senang, akhirnya nih Jo mau nikah lagi. Walau dengan cara seperti ini. Mau move on-“
“tan, sudah.”
Johnny kadang masih suka sedih mengingat mendiang mamanya haikal. Dia menghentikan ucapan sang Tante dan menarik valeri pergi dari sana. Karena Johnny yang tinggi, kakinya panjang, sekali melangkah itu seperti dua kali langkah Valeri, Valeri kesusahan mengimbangi langkah Johnny.
“Tuan, jangan cepat-cepat. Kaki saya pendek. Langkah tuan terlalu jauh. Perut saya sakit lagi nanti kalau cepet-cepet jalannya.”
“ahh iya. Maaf, saya terlalu kesal dengan Tante tadi.”
Johnny pun akhirnya melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan valeri. Johnny membiarkan Valeri jalan sendiri. Dia ikut jalan Valeri yang pelan. Mereka kembali ke mobil dan ke apotik.
“Ke apotik lebih dulu saja ya. Setelah itu kita ke hotel. Saya mau lihat cctv dan juga mau membersihkan cctvnya.”
“Iya tuan.”
Valeri ikut saja. Johnny yang turun dari mobil. Tapi Valeri membuka pintu mobil dan menahan Johnny pergi. Johnny menoleh ke belakang.
“Ada apa?”
“tuan, mau ikut masuk. Mau beli makanan juga, makanan ringan, jajan, sama minuman, laper sama haus.”
Johnny tersenyum. Valeri mengatakannya dengan sangat menggemaskan. Johnny mengangguk. Dia menunggu Valeri turun dari mobil. Mereka jalan bersama masuk ke apotik.
“mau jajan apa?”
Ada beberapa makanan ringan dan juga minuman ringan di apotik itu juga. Valeri melihat-lihat. Sementara Johnny memberikan resepnya kepada penjaga apotik.
“mbak, saya tinggal ya. Nanti saya balik lagi. Saya mau lihat, istri saya mau beli apa?”
“iya tuan.”
Rasanya, tadi bagi Johnny menyebut Valeri sebagai istrinya itu aneh dan canggung sekali. Tapi memang sebentar lagi dia juga akan menjadi istrinya kan.
Johnny melihat Valeri. Valeri seperti anak kecil. Dia mengambil keranjang atau dan mengambil banyak jajan mengisi keranjangnya.
“tuan, saya boleh beli banyak kan? Jajan disini gak mahal kok, paling saya Cuma seratus ribuan mungkin lebih sih. Tapi saya gak bawa dompet. Dompetnya di pakaian kemarin, di kamar mandi tuan. Tuan mau bayarin kan?”
Valeri berhenti mengambil jajan ketika tahu Johnny sejak tadi melihat dirinya. Johnny mengangguk. Seketika Valeri tersenyum lebar. Dia mengambil banyak jajan lagi. Juga ice cream dan minuman.
“Awas, jangan minuman yang aneh-aneh.”
“Cuma teh dingin tuan.”
Johnny memperingati Valeri. Valeri langsung menunjukkan apa yang dia ambil. Johnny mengangguk. Johnny mengambil keranjang belanjaan valeri.
“sini aku yang bawa. Kasihan kamu bawa bayi juga.”
Johnny dengan canggung menunjuk ke perut Valeri. Valeri masih kaget, dia diam saja dan membiarkan keranjang belanjaan dia diambil dan dipegang oleh Johnny.
“masih mau ambil jajan yang lain gak? Kalau enggak ke kasih.”
“Tuan, boleh boneka satu?”
Valeri malah menunjuk boneka yang ada di sana. Johnny heran, tapi dia mengangguk saja. Valeri lari dan mengambil boneka itu. Johnny yang panik.
“Eh, aduh. Lari lagi, lagi hamil juga.
Johnny mengejar Valeri. Dia menahan tangan Valeri yang sudah mengambil bonekanya. Takut kalau Valeri lari lagi.
“jangan lari, kamu lagi hamil. Inget itu.”
“Oh iya, maaf sayang mama lupa. Maafin mama ya?”
Valeri bicara sendiri dengan perutnya. Johnny malah tersenyum manis dengan tingkah wanita di depan dia itu. Mereka pun kembali ke kasir. Johnny juga sekalian membayar resepnya. Johnny mendapatkan vitamin dan juga susu hamil untuk Valeri, sementara tangan Valeri sibuk memegang satu kantung plastik jajan dan juga minuman dingin disana.
Mereka keluar dan kembali masuk ke dalam mobil. Sepanjang jalan Valeri tak henti ngemil, makan dan tak lupa minum. Johnny yang malah ikut senang melihat Valeri makan banyak.
Tak lama mereka sampai ke hotel. Banyak yang melihat Valeri datang dengan bos besar, pemilik hotelnya.
“beb, gak apa-apa.”
Dia teman dekat Valeri. Dia yang sedang kerja jadi ob menghampiri sang sahabat satu kostan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nova
duchhhhh.....si duren ude mulai tertarik dg Vallery
2023-01-14
1