Bab 5. Sahid Dihantui

Bab 5 TCSM

“Wah, kau semangat sekali sepertinya."

“Oh, maaf kalau saya bertanya ini sebelumnya. Lalu, bagaimana dengan suami Anda?” tanya Andara lagi.

“Wah, kau penuh ingin tahu, ya? Suamiku sudah meninggal, Nak. Sandara, apa kau bisa memasak bubur brokoli dan ayam?”

“Aku pernah memasak bubur ayam, tapi aku tak tau jika bubur akan menjadi enak jika ditambah brokoli,” jawab Andara agak jijik karena dia tak suka brokoli.

"Cih, makanan macam apa itu?" celetuk Sandara yang duduk di samping Andara.

Tiba-tiba, Andara merasa tengkuknya merinding. Dia menoleh ke sampingnya sampai membuat Nyonya Anjani menoleh keheranan.

"Ada apa, Nak?" tanya Nyonya Anjani.

"Ummm, bukan apa-apa, Nyonya."

“Oke, kalau begitu kau harus belajar untuk bisa memasak bubur itu. Soalnya bubur itu adalah makanan kesukaan Sahid, cucu kesayanganku satu-satunya.”

Nyonya Anjani memanggil salah satu pelayannya yang bernama Bibi Mina, tante dari Andara yang membawanya bekerja di rumah besar itu.

Nyonya Anjani lantas memerintahkan wanita yang berusia lima puluh tahun itu untuk membantu Andara memasak bubur kesukaan Tuan Sahid. Gadis itu mengikuti wanita dengan tubuh lebih pendek darinya menuju dapur.

“Kamu yakin siap bekerja di sini, kan?” tanya Bibi Mina saat memasak bersama Andara di dapur.

“Saya yakin, Bi. Memangnya kenapa, sih?”

“Hmmm, kamu orang ke sepuluh yang ditugaskan mengurus Tuan Sahid. Tapi, tidak ada yang tahan bekerja dengan Tuan Sahid," tukasnya.

"Kenapa begitu, Bi?"

"Dia orangnya cuek, dingin, sombong, tapi kalau kita membuat kesalahan sekecil apapun, dia akan langsung memecat kita,” ucapnya.

“Apa? Seenaknya saja main pecat! Aku pasti akan bisa menangani pria tampan itu," ucap Andara.

"Haisshh, kau ini. Baru satu hari bekerja saja sudah kegirangan begitu. Percayalah meskipun dia tampan, dia itu seperti monster." Bibi Mina terkekeh.

Gadis itu tersenyum menatap Bibi Mina seraya memotong brokoli.

"Nah, begitu lebih baik. Lanjutkan pekerjanmu, Bibi mau menyiapkan ayamnya."

"Oke, Bi." Andara mengangguk.

"Cih, bibimu benar. Sahid itu monster," ucap Sandara. Ia tak sengaja menyenggol sudip di sampingnya sampai jatuh.

"Kok, bisa jatuh? Hmmmm, sepertinya karena angin," gumam Andara.

Timbul rasa usil di diri Sandara. Ia mengganggu Andara berkali-kali sampai akhirnya Andara meminta Bibi Mina untuk menemaninya di dapur.

...***...

Dua jam kemudian, Nyonya Anjani meminta Sahid menemuinya.

“Tunggu di sini! Ada asisten baru yang sedang membuatkan bubur untukmu," pinta Nyonya Anjani.

“Aku sedang tak ingin makan bubur!” Sahid merebahkan bokongnya ke atas sofa dengan melenguh kesal.

“Aku akan memperkenalkanmu pada seseorang, dan aku ingin kau mencicipi masakan buatannya,” pinta sang nenek.

Tak lama kemudian, Andara datang membawa semangkuk bubur di nampan yang ia bawa. Berkat alat pemasak bubur yang lebih canggih dari alat dapur di rumahnya, ia bisa menyelesaikan masakannya dalam waktu singkat. Kedua bola mata itu saling menatap dan membuat langkah Andara terhenti.

"Kenapa harus dia sih, Nek, yang jadi asisten ku di rumah ini?!" Sahid bangkit dan berseru menunjuk Andara.

"Halo, Tuan!" sapa Andara.

"Apa kalian sudah saling mengenal?" tanya Nenek Anjani.

"Dia ini perempuan yang membuatku hampir mat–" Sahid menghentikan ucapannya. Dia takut keceplosan membicarakan kegiatan yang tak akan disukai oleh sang nenek lalu melanjutkan lagi ucapannya, "Aku hanya pernah melihatnya di suatu tempat. Dan dia sempat berbuat ulah di sana."

Sandara membayangkan dirinya meremas baki di tangannya Andara lalu melempar bubur di baki itu ke wajah Sahid. Namun, tidak dengan Andara. Kedua mata lentik Andara sedang terkesima dengan wajah tampan Sahid.

Hidung mancung dengan dagu belah manggis membuat Andara takjub dengan ketampanan pria itu. Apalagi sorot mata tajam itu seolah menusuk ke dalam hatinya.

"Hadeh, please jangan sampai jatuh cinta, Andara! Pria seperti ini masih banyak di pasar. Banyak tukang kain di pasar baru yang hidungnya mancung kayak dia. Kamu jangan jatuh cinta Andara!" Sandara menepuk kepala belakang Andara sampai membuat gadis itu tersentak.

"Siapa yang memukulku?" tanya Andara.

Sahid dan Nyonya Anjani saling bertatapan tak mengerti.

“Andara, letakkan bubur itu di sini. Kalau bisa bawakan lagi satu mangkuk untukku!” titah Nyonya Anjani si nyonya besar itu.

Tegurannya langsung membuat Andara tersentak. Dia langsung menganggukkan kepala dan melaksanakan perintahnya.

“Bukankah dia manis sekali?” tanya Nyonya Anjani pada Sahid yang masih menatap punggung milik gadis itu ketika kembali ke area dapur.

“Menurutku biasa saja. Mungkin penglihatan Nenek yang harus diperiksa kalau bilang dia itu cantik,” sahutnya datar.

"Nenek tidak mengatakan kata cantik loh, Nenek hanya bilang dia manis," kata sang nenek, yang langsung membuat Sahid salah tingkah. Namun, sikap datar dan dingin itu kembali ditunjukkan.

"Aku tak suka dengan arah pembicaraan Nenek nantinya," tukas Sahid.

“Hmmm ... sudah kuduga kau akan menjawab seperti itu. Nah, sekarang coba kau cicipi masakan gadis itu!” pinta Nenek Anjani.

Sahid awalnya tidak mau, tetapi dia tetap melakukan apa yang diperintahkan neneknya. Meskipun wajahnya terlihat datar, tetapi dalam hati pria itu, ia mengakui kalau masakan gadis itu terasa enak. Tak ada jawaban yang terlontar, Sahid berlalu pergi saat Andara datang membawa bubur brokoli untuk Nenek Anjani.

Wanita paruh baya itu tersenyum kala melihat cucunya menyantap bubur itu sampai habis. Meskipun Sahid berlalu begitu saja. Hal itu cukup membuktikan kalau cucu tercintanya itu menyukai bubur buatan Sandara.

“Andara, mulai besok kau sudah bekerja dan harus tinggal di sini. Pak Jhony akan mengurus kontrak kerja yang harus kau tanda tangani,” ucap Nyonya Anjani seraya melemparkan senyum hangat pada Sandara.

"Baik, Nyonya. Terima kasih banyak." Andara melirik ke arah Sahid dan sukses membuat pria itu salah tingkah.

...*** ...

Malam itu Sandara memasuki kamar Sahid. Gadis itu memperhatikan pria yang tengah terlelap di atas pembaringannya itu. Rasa dendam yang kuat itu membuatnya mencoba menyentuh Sahid.

"Kau yang telah membunuh keluargaku. Kau harus mati!" seru Sandara.

Sandara mencoba mencekik Sahid sampai membuat pria itu kesulitan bernapas. Kedua mata Sahid mendadak terbuka. Dia terperanjat kala bisa melihat sosok hantu Sandara. Wajah gadis itu tepat berada di atas wajahnya dan sedang menatapnya menyeringai.

Sekuat tenaga Sahid mencoba melepaskan cengkeram tangan Sandara di lehernya. Sampai akhirnya dia berhasil mencengkeram balik tangan Sandara dan melempar gadis itu sampai menabrak jendela. Namun, sosok Sandara menghilang karena menembus jendela tersebut.

"Aarrghh! Bagaimana mungkin aku bisa melihat Andara di sini? Dan dia tadi mencekikku. Apa dia hantu? Hantu yang menyamar menjadi Andara?" Sahid bangkit dan mengecek luar jendela. Tak ada apa pun di sana.

"Gila ini gila! Mungkin aku terlalu lelah," gumam Sahid lalu merebahkan tubuhnya dan memaksakan diri untuk kembali terlelap.

...*****...

...To be continued. ...

Terpopuler

Comments

a y a

a y a

sandara tuh bukan andara, wkwkwk aku bayangin nya dia kelempar keluar jungkir balik

2023-02-11

0

Anonymous

Anonymous

🤣🤣wah auto jatuh ❤❤ sahid sama andara

kasian si andara di kira diya yang cekik si sahid 😅😅
tapi kok bisa si sahid nyentuh sandara yaa

2023-01-11

0

Haryati

Haryati

saiap kau sebenarnya Sahid....🤔🤔 jangan sok jual mshal ma Andara yah kau Sahid..... awas kena karma..🤭

2023-01-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!