Bab 4. Bertemu Tuan Sahid

Bab 4 TCSM

Sandara melihat keberadaan Andara yang sedang menjinjing tas besar keluar dari taksi. Gadis itu berteriak memaki dan memarahi si sopir taksi online karena hampir saja melakukan pelecehan ke padanya.

"Ongki, Kunkun, kita pisah di sini. Aku mau mengikuti Andara. Nanti malam jumpa lagi di basecamp," ucap Sandara pada sahabat hantunya.

"Oke, hati-hati, ya!" Ongki berseru lalu menghilang bersama Kunkun.

Andara baru saja memberikan bintang satu di aplikasi taksi online. Akan tetapi, mobil taksi tadi kembali dan mengejar Andara. Gadis itu panik dan bergegas bersembunyi. Dia memasuki jaguar hitam yang terparkir di samping toko perhiasan.

"Heh, kau itu apa-apaan?! Ini mobilku tau dan tindakan mu ini sungguh keterlaluan!" bentak pria tampan yang duduk di kursi dua.

Perawakan tinggi 180 cm yang bertubuh tegap dan atletis itu memakai stelan jas hitam yang formal. Rambutnya rapi memakai gel. Wangi parfume Tom Ford terhirup menyenangkan menggelitik indera penciuman Andara.

"Apa? Itu bukannya si Sahid? Dia pembunuhan ayahku!" pekik Sandara. Gadis itu bergegas duduk di kursi depan untuk mencoba mencekik Sahid, tetapi dia tak bisa.

“Sssttt, jangan berisik, Tuan! Kau baru jadi orang kaya begini saja sudah sombong!” cibir Andara seraya mengamati belakang mobil Sahid dan memastikan kalau sopir taksi nakal tadi tak mengejarnya.

Ponsel gadis itu berbunyi, tertera di layar ponselnya nama sang bini yang menghubungi.

“Halo, ada apa, Bi?” tanya Andara.

“Kamu di mana, Dara! Apa kamu tersesat?" Suara wanita yang melengking dari ponsel Andara terdengar.

“Aku sedang berusaha ke sana, Bi. Tapi, aku sedang bersama singa ganas di sini. Sebentar lagi aku sampai." Andara lalu menutup sambungan ponsel itu.

Sahid melirik tajam ke arah Andara. Gadis itu malah melayangkan senyum yang manis pada pria di sampingnya.

“Maaf, Tuan yang baik, bisakah kau menurunkan aku di depan Jalan Singa nomor sepuluh?" Andara menepuk bahu Tuan Han si sopir Sahid yang baru saja masuk membawa paper bag.

“Apa dia kenalan Anda, Tuan Sahid?" tanya Han.

"Dia bukan–"

"Ayolah tolong aku, para Tuan Baik. Ada laki-laki mesum yang jahat sedang mengejarku," ucap Andara.

"Kasihan dia, Tuan. Tadi Nona mau ke mana?" tanya Han.

"Han, apa-apaan kau?" Sahid berseru dengan kesal menatap Han dari kaca spion. Iris cokelat itu membulat seolah hendak keluar dari rongga matanya.

"Jalan Singa nomor sepuluh," sahut Andara.

"Bukankah itu rumah Anda, Tuan Sahid?" tanya Han.

"Mau apa kau ke rumahku?" Sahid langsung membentak Andara.

"Bibi Mina meminta saya untuk bekerja di sana atas panggilan Nyonya Besar," sahut Andara.

Tanpa menunggu titah Sahid, Han melajukan mobilnya. Sandara akhirnya menyimak dan mengikuti alur saat itu. Dia sangat penasaran dengan sosok Andara. Apalagi kini Andara akan bekerja di rumah Sahid. Rasanya mengikuti gadis yang mirip dengannya itu merupakan sesuatu yang benar. Dia akan menggunakan tubuh Andara untuk menghabisi Sahid.

Mendadak seketika, Han menghentikan laju mobil yang dikendarainya secara tiba-tiba. Sandara sampai jatuh dan menabrak kursi di depannya.

"Tuan Sahid, bagaimana ini?" Han menoleh pada Sahid. Wajahnya terlihat ketakutan.

Dor! Dor! Dor!

Serangan peluru menghujani kaca depan mobil jaguar tersebut. Han terkena tembakan dari sekumpulan pria berjaket hitam dan menggunakan topeng itu. Sandara berteriak ketakutan, tetapi dia sadar kalau dia sudah mati dan tak akan mungkin terluka karena peluru itu menembus tubuhnya.

Sahid langsung menarik Andara untuk tetap menunduk, bersembunyi. Sahid lantas mengeluarkan revolver dari bagian belakang punggungnya. Dia melesatkan peluru tersebut ke pada siapa pun yang mendekat.

Sahid meminta Andara yang masih saja berteriak ketakutan untuk diam. Tubuh gadis itu gemetar. Dia merasa hari itu akan mati. Namun, sekumpulan pria datang dan menyelamatkan Sahid. Suara senjata api bersahutan di telinga kala itu. Sahid menarik Andara keluar dari mobil dan masuk menuju ke mobil lain.

"Maaf, Tuan Sahid. Saya datang terlambat," ucap pria berusia empat puluh lima tahun bernama Jhoni itu.

"Bedebah kau, Jhoni! Kau membahayakan nyawaku karena membiarkan aku bersama Han. Sekarang kalian urus mayatnya!"

Sahid mendorong keras tubuh Andara ke kursi belakang mobil SUV tersebut. Pria bernama Jhoni lantas masuk ke dalam mobil setelah dia dan timnya membumkam lima orang yang hendak menghabisi Sahid.

...***...

Sesampainya di rumah besar milik Sahid, pria itu turun dan langsung melangkah masuk dengan angkuh. Dia meninggalkan Andara yang linglung di beranda rumahnya.

“Permisi, ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya salah satu penjaga dari balik pagar.

“Iya, Pak, tentu ada. Saya datang ke sini atas rekomendasi Bibi Mina untuk melamar kerja di sini,” jawab Andara.

“Sebentar saya coba tanya nyonya besar,” ucapnya.

Pria itu menghubungi seseorang di dalam rumah melalui intercom di ruang satpam. Tak lama kemudian, ia datang menghampiri Andara dan mempersilahkan gadis itu untuk masuk. Kaki ramping gadis itu mengikuti si penjaga masuk ke dalam rumah.

Sementara itu bola mata Sandara menelisik setiap sudut rumah dan mempelajari setiap sudut rumah besar itu. Dia mengikuti langkah kaki Andara memasuki rumah besar tersebut.

Seorang wanita paruh baya berusia enam puluh tahun yang memakai pakaian daster batik dan menggunakan kaca mata itu tersenyum menatap Andara. Kalung mutiara, anting berlian, dan cincin berlian yang ada di tubuhnya cukup membuktikan betapa kaya harta dia. Daster yang ia pakai pastinya bukan daster murahan yang biasa dipakai para warga di desa tempat tinggal gadis itu terdahulu.

“Siapa namamu?” suara teduh wanita itu membuat Sandara tersentak dari lamunannya kala sedang memindai wanita itu.

“Nama saya, Andara, Nyonya.” Andara tersenyum manis.

“Perkenalkan saya Nyonya Anjani. Nak Andara, apa kamu pernah bekerja sebelumnya?”

“Ya,” jawabnya berbohong.

“Kamu bisa memasak, mencuci, bahkan mengurus pria besar?” tanya wanita itu lagi.

'Kalau soal memasak, membersihkan rumah, dan mencuci, aku bisa melakukan semuanya. Bibi sudah memberiku pelatihan lagipula ibuku juga selalu mendidikku untuk menjadi anak yang mandiri. Tapi, mengurus pria besar, apa maksud pertanyaan dari Nyonya ini?'

Andara mengamati wanita di hadapannya itu dengan pikiran yang masih berkecamuk.

“Nak Andara, kenapa kau melamun? Apa kau pernah mengurus pria sebelumnya?” tanyanya lagi.

“Maaf, Nyonya, tapi saya belum pernah punya suami sebelumnya. Saya hanya penjaga kedai, tetapi pernah membantu bibi saya merawat anak kecil dan lansia wanita bukan seorang pria," ucap Andara

“Ha-ha-ha, tak apa, Nak. Sepertinya kau akan cocok jika ku jadikan asisten dia,” ucap wanita itu.

Kerutan di sudut kedua matanya terlihat jelas kala ia tertawa.

'Kenapa dia tertawa, ya?' batin Andara.

...*****...

...To be continued....

Terpopuler

Comments

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

mau di jadiin asistennya Sahid nih

2023-06-30

0

xiao bai

xiao bai

cieilleeeeeh... udah punya basecamp aja🤣

2023-01-13

0

⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ

⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ

anaknya terlalu kaku kali, dia liat andara juga lucu polos jadinya pengen dia asisten anaknya 😂🏃🏃. pria besar wkwms

2023-01-11

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!