04.

Fadli tidak menjawab, dan Ayara pun tidak berbicara lagi. Ayara hanya terkejut sejenak saat Fadli tiba-tiba seperti itu padanya, Ayara pun lanjut membaca buku.

Beberapa saat kemudian Fadli mengangkat kepalanya dan ia kembali pada kursinya tepat saat bel berbunyi, lalu pelajaran terakhir di mulai.

...

Sedangkan di warung, Bu Hati saat ini tengah bersama dua pria kemarin. Beruntungnya Bu Hati sudah mendapatkan uang kurangnya yang 1,5juta, pagi pagi setelah Ayara berangkat sekolah ia pergi ke pasar bersama seorang ojek untuk menjual perhiasan berupa kalung mas.

Jika hanya mengandalkan bapak saja sepertinya tidak mungkin, semalam pun bapak pulang tidak membawa uang.

Setelah kepergian si penagih Bu Hati merasa tenang walaupun harus kehilangannya kalung berharganya.

...

Setelah pulang sekolah dan berganti baju, Ayara segera pergi ke warung untuk menemani Ibu.

'Ibu ngobrol sama siapa? Penagih?' Ayara mendengar ibunya tengah mengobrol dengan seseorang, Ayara diam sejenak untuk mendengarkan percakapan ibu.

Sebelumnya Ayara sangat yakin jika Ibu sedang berbicara dengan si penagih, namun begitu mendengar suara yang berbeda dan sepertinya perempuan Ayara merasa lega. Ia pun segera menghampiri ibu, dan benar saja ibu saat ini sedang mengobrol dengan pembeli.

"Udah pulang.. Sana makan" Ucap Ibu begitu melihat Ayara tiba di sampingnya

"Iya.. " Ayara pun segera makan karena ibu setiap hari masak di warung

Setelah ibu selesai melayani pembeli, ibu menghampiri Ayara yang tengah makan.

"Gak sama sayur?"

"Ngga"

"Kenapa? Ibu buat sayur bayam tuh"

"Gak papa lagi gak mau aja"

"Makan yang banyak.. "

"Ibu udah makan?"

"Udah tadi.. "

"Bu kenal Fadli?" Tanya Ayara tiba-tiba

"Fadli siapa?"

"Itu anak pak Sanu, yang dulu kerja sama pak Odi tuh.. Ternak ayam sayur di jembatan itu"

"Pak Sanu?... Oh iya Pak Sanu, kenapa?"

"Anaknya satu kelas sama aku"

"Ohh iya dulu pak Sanu sama Pak Odi sering mampir ke warung, ibu pernah liat sekali anak laki-laki ke sini sama mereka"

"Iya itu Fadli, dia bilang katanya pernah makan di warung Ibu"

"Ohh iya iya inget.. Udah lama ya waktu itu kamu kelas 6 SD kan?"

"Iya katanya waktu itu dia kelas 6 SD yang berarti aku juga kelas 6. Tapi aku gak inget pernah liat dia ke sini"

"Pernah sekali, kamu bukannya ada di warung ya ko gak liat"

"Gak tau aku lupa.. "

"Ohh jadi dia sekelas sama kamu"

"Iya, kata temen temen hampir mirip sama kakak"

"Gak tau sih ibu juga samar samar inget muka dia"

"Menurut aku juga emang sedikit mirip.. Tapi beda.. Kalo liat sekilas sihh..iya baru mirip"

Saat di sekolah Fadli pernah bercerita dirinya mengenal ibu Ayara dan melihat Ayara yang saat itu tengah memanjat pohon dekat warung, saat berusaha diingat pun Ayara tetap tidak ingat ia hanya tahu pak Odi saja.

Hubungan pertemanan Ayara dan Fadli terlihat dekat baru baru ini, tidak seperti saat awal masuk sekolah dimana Fadli banyak menyimpan kekesalan pada Ayara. Ayara sendiri dulu karena suka akan Fadli, ia bahkan tidak bisa menahan senyum saat sesekali berbicara dengannya.

Sama dengan teman teman lainnya yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Fadli karena ketampanannya, apalagi Ayara pertama kali merasakan perasaan seperti itu. Selain karena sudah mengetahui sifat Fadli yang friendly, ada alasan kedua mengapa Ayara memutuskan untuk berhenti mencintai Fadli yaitu karena rumor mengatakan ada seorang kaka kelas yang tengah dekat dengannya.

Beberapa bulan kemudian setelah rumor kedekatan Fadli dan kakak kelas, muncul lagi rumor tentang Fadli menyukai seseorang dari sekolah tetangga. Karena itulah bagi Ayara proses melupakan Fadli di bantu oleh rumor yang membuatnya sedikit sesak di dada, hingga sekarang Ayara tidak lagi menyukai Fadli dengan perasaan lebih.

...

"Jadi sebaiknya kapan kita akan mulai mengerjakan tugas Ips" Ucap Fatimah yang saat itu sudah sembuh dan kembali bersekolah.

Saat ini Ayara, Fatimah, Okta, Lucas, Firman, dan Agustin tengah berkumpul di tangga, perkumpulan kali ini murni tanpa rencana, hanya kebetulan Ayara dan Fatimah melihat ke tiga laki laki itu sedang bersama lalu Ayara memanggil Okta, jadilah akhirnya mereka berkumpul.

"Aku sih ngikut aja maunya kapan" Ucap Firman di setujui oleh Agustin

"Dimana dulu nih tempat nya" Ucap Fatimah

"Gimana kalo di rumah Okta?" Tanya Ayara

"Ayo aja.. " Fatimah mengangguk

"Iya terserah Ayo aja" Ucap Agustin

"Boleh nggak Okta di rumah kamu?" Ayara melirik Okta

"Boleh boleh aja"

"Fiks nih di rumah Okta?" Fatimah memastikan sekali lagi

"Iya udah di si Okta aja" Agustin sudah sangat setuju

"Kamu gak papa jauh?" Ayara bertanya pada Firman karena Firman tidak satu desa dengan mereka

"Gak papa..gak papa.." Firman mengangguk

"Nah sekarang tinggal waktunya, pada bisa kapan?" Fatimah sedikit kesal melihat Lukas yang tidak ada antusias nya sama sekali

"Besok? Sabtu? Minggu?" Ayara mengangkat alisnya sambil melirik temannya satu per satu

"Minggu aja gimana?" Tawar Okta

"Ayo.. " Jawab Ayara dan Fatimah serempak

"Iya ayo, iya kan Tin?" Firman merangkul Agustin

"Tin Tin Tin apaan" Agustin tidak suka jika di panggil Tin ia memutar bola matanya malas

"Yaudah fiks ya minggu?" Fatimah memastikan

"Gak bisa" Ucap Lukas tiba-tiba, seketika semua mata tertuju padanya

"Kenapa?" Ayara mengerutkan Alis ia penasaran sekaligus kesal, sedari tadi cuma diem dan sekarang tiba-tiba bilang gak bisa?

"Gak usah ribet, bawa ke rumah aja gantian perhari, bagi tugasnya" Ucap Lukas

"Apa susahnya dateng ke rumah Okta, apalagi kamu paling deket sama rumahnya" Fatimah ikut kesal, rencana yang hampir jadi itu kini berantakan

"Gak! Lo yang gambar" Lukas menunjuk Ayara "lo yang warna(Okta), lo yang nulis keterangan(Fatimah), lo yang nulis nama nama kota(Agustin), lo yang beli peralatan(Firman). Udah gitu." Ucap Lukas

"....!!!?" Semua orang terkejut Lukas memutuskan seenaknya

"Terus lo ngapain?" Fatimah kesal ia sedikit meninggikan suaranya

"Gue yang pasang gantungan nya terakhir"

"Seenaknya amat, lo ketuanya?" Okta melirik Lukas sinis

"Terus lo yang ketua? Lo mau? Atau siapa coba yang mau jadi ketua ayo ngomong!" Lukas mengangkat sebelah alisnya menatap orang-orang di depannya yang diam setelah mendengar ucapannya

"Egois" Ucap Ayara

"Udah lah.. " Fatimah beranjak pergi diikuti oleh Ayara dan Okta, mereka sudah tidak mood untuk membahas kerja kelompok itu

Sedangkan Firman dan Agustin masih diam di tempat tanpa mengatakan apapun mereka hanya saling melirik tidak berani banyak berkomentar, suasana pun menjadi canggung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!