Heartstrings
'Kalau bisa.. Aku mau saat ini hujan menjadi lebih deras dengan petir yang bergemuruh. Agar... aku tidak perlu mendengar keributan mereka.. ' Ayara hanya bisa meringkuk memeluk bantal, tengah malam yang seharusnya ia hanyut dalam mimpi.. Justru di bangunkan oleh suara keributan.
...
"Gausah sok tau lahh.."
"Ibu tau pak! bapak gak jarang kan ngabisin uang seenaknya?! Jangan kira ibu gak tau apa apa! Mikir dong pak! Besok udah harus setoran, bapak malah enak enak ngabisin uang di warung! Gak malu pak di liat orang? Hah! Udah deket ke rumah masih mampir di warung orang sore sore! Apalagi istrinya juga punya warung! Malu pak malu!"
"Siapa yang mampir ke warung?!"
"Kamu pak! Ada orang yang bilang"
"Aduhh udah bu udahh, capek bapak dengernya"
"Ibu juga gak bakal marah pak kalo uang buat setoran besok udah ada! Ini masih kurang banyak. Kalo bapak gak jajan jajan pasti udah kumpul pak! Ibu jualan dari pagi sampe sore juga ngumpulin buat setor!"
"Udah udah.. "
"Lagian bapak pikir ibu rela ngutang segede itu buat apa?!"
...
'Rasanya waktu sedikit lebih lama... ' ucap Ayara yang masih belum bisa tertidur.
...
"Ayaaa.. Ay?"
"Iya sebentar... " Ayara tergesa-gesa mengambil sepatu untuk di pakainya bersekolah, semalam karena tidak bisa tidur alhasil ia bangun kesiangan. "Prili tunggu bentar ya, aku mau ke warung dulu bentar kok"
"Yaudah.. Cepet ya.. "
"Iya.. " Ayara tergesa-gesa ia sedikit berlari untuk sampai ke warung ibunya. "Bu aku mau berangkat"
"Prili nya udah nyamper?"
"Iya nungguin di rumah, yaudah ya" Ayara meraih telapak tangan ibunya dan mencium punggung telapak tangan itu, begitupun pada bapak yang sedang duduk di sana "Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam, hati hati"
"Iya.. "
Ayara dan Prili pun segera bergegas berangkat menuju balai desa tempat di mana mobil jemputan sekolah berada.
Begitu tiba di sana teman teman yang lain sudah menempati posisi di mobil, sepertinya mereka menunggu Ayara dan Prili.
"Fatimah belum dateng?" Ayara bertanya pada teman di sampingnya begitu ia menaiki mobil di susul oleh Prili
"Fatimah sakit, tadi pagi ibunya nitipin surat" Hani menunjukkan sebuah amplop putih berisi surat
"Sakit? Padahal kemarin dia baik baik aja"
"Kerasa semalem katanya. Nih kamu aja kasih suratnya ke wali kelas"
"Ohh iya.. "
...
Sebelum ke kelasnya yang berada di lantai 2, Ayara masuk ke dalam kantor guru terlebih dahulu untuk memberikan surat sakit milik Fatimah pada wali kelas.
Tiba di kelas, Ayara melihat suasana kelas yang masih sepi padahal sebentar lagi bell berbunyi. Teman sebangkunya Fatimah, karena sakit jadi tidak bisa masuk dan Ayara harus duduk sendiri.
Saat bel berbunyi barulah siswa siswi bergerombol memasuki kelas, Ayara juga melihat Prili yang baru saja masuk tersenyum ke arahnya setelah itu ia asik bersama teman sebangkunya. Ayara hanya membalas dengan senyum tipis.
"Sendiri Ay?" Ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya
"Iya, Fatimah sakit"
"ohhh.. "
"Iya"
"Kemana si tower?(Fatimah)" Tanya Firman yang baru saja tiba melihat Fadli duduk di samping Ayara
"Sakit"
"Sakit apa?" Firman duduk di atas meja tepat di depan Fadli
"Gatau. Dia gak ngabarin"
"Perasaan kemarin dia baik baik aja" Ucap Fadli
"Iya ya, baru aja kemarin ketawa ketawa" Firman mengangguk menyetujui ucapan Fadli
"Sakit bisa terjadi kapan aja kann"
"Firman kamu duduk di mana?" Suara keras Bu Mega mengundang semua mata, melihat tingkah firman membuat Bu Mega kesal padahal bel sudah berbunyi tapi anak itu tidak bisa di atur.
"Ehh ibu.. di sana Bu hehe" Firman segera bangkit begitupun dengan Fadli dan pembelajaran pun di mulai.
...
"Pelajaran kali ini cukup sampai di sini, dan! Tugas kelompok yang baru saja ibu kasih, harus selesai dalam 2 minggu. Gaada tambahan waktu lagi. Mengerti?" Bu Mega sudah berdiri siap meninggalkan kelas
"Ngerti bu... " Ucap siswa siswi serempak
"Bagus" Bu Mega pun meninggalkan kelas
"Yahhh kita gak sekelompok, mana malah bareng sama nenek lampir itu tuhh" Fadli kembali menghampiri Ayara
"Gak boleh gitu kamu tuh.. " Ayara mengikuti arah mata Fadli yang menunjuk pada seorang perempuan di samping Prili
"Liat aja tuhh..tuhh.. " Fadli menatap Laila tidak suka
"Apa lo?!" Laila bisa mendengar ucapan fadli karena memang bersebrangan
"Tuh kann. Dia mah gitu"
"Syuuuut.. "
"Fuhhhh... Sekarang tinggal pelajaran matematika ya?"
"Iya"
Tak lama kemudian seorang guru laki laki memasuki kelas dan memulai pembelajaran. Guru kali ini sedikit lebih santai dan terkadang juga suka bercanda, sangat berbeda dengan Bu Mega yang selalu tegas dan serius membuat suasana menjadi tegang.
"Siapa yang bisa menjawab soal di depan bapak kasih nilai tambahan, ayo siapa" Pak maman menjauhkan diri dari papan tulis untuk melihat tulisannya sendiri. "Tulisan bapak bagus to" Pak maman menepuk pundak salah satu siswa sambil tersenyum senang. "Ayo siapa yang bisa masa gak ada yang bisa. Yasudah bapak tunjuk ya.. "
"Saya pak" Fadli mengangkat tinggi lengannya
"Ohh silahkan Fadli, kalo bener tak kasih nilai+"
Dengan percaya diri fadli menjawab soal di papan tulis, dan jawaban pun benar.
"Satu lagi deh mumpung bapak lagi berbaik hati, ayo kali ini lebih sulit kalo ada yang bisa bapak kasih uang jajan 10 ribu"
"Beneran pak?"
"Ahhh bohong itu.. "
"Bener pak?"
"Bapak serius?"
"Bener ini.. nihh uangnya bapak siapin. Tuh.. Ayo siapa yang mau maju"
Semua siswa siswi sibuk memecahkan soal di buku catatan mereka, memang sepertinya mereka lebih tertarik dengan uang daripada nilai.
"Kelamaan ini bel udah bunyi... Lukas kamu kerjain cepet"
"Kok saya pak?" Lukas kebingungan tiba-tiba namanya di sebut
"Dari tadi kamu nengokin jendela mulu ada apa? Pacarmu?"
"Iya pak pacarnya itu udah nungguin" Ucap teman di belakangnya
"Ayo maju, nanti lagi ngurusin pacarnya nilai aja gak keurus kamu tuh"
"Jangan dengerin si Fram pak" Lukas pun terpaksa maju menggerakkan soal, semua siswa siswi termasuk pak maman memperhatikan baik baik gerakan Lukas.
Mengejutkan! Ternyata Lukas bisa menjawab soal di papan tulis bahkan pak maman pun tidak berpikir bahwa Lukas dapat menyelesaikannya, suatu yang mengejutkan sang bad boy bisa menjawab soal. Padahal Fadli si juara umum pun masih sedikit kebingungan memecahkan soal itu. Alhasil sesuai janji pak maman ia pun memberikan uang 10 ribu rupiah untuk Lukas, dan mereka pun istirahat.
Istirahat tanpa Fatimah rasanya sepi dan membosankan, biasanya Fatimah akan selalu mengajaknya mengobrol dan tertawa seakan Ayara telah melupakan banyak hal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Zey ✨️
Queen mampir kak, semangat 💪
2023-06-06
0