Ketakutan

Amarah yang tengah menguasai Genan, Alena berusaha untuk menghindarinya. Takut, sesuatu hal buruk akan menyakiti dirinya.

Secepatnya segera keluar dari kamarnya dan memilih untuk tidur di ruang tamu. Sedangkan ibu tirinya belum juga pulang.

Genan yang merasa sedikit pusing bagian kepalanya yang teramat berat untuk diangkat, hanya bisa memegangi kepadanya itu.

"Sia_lan kamu Alena, awas saja kamu. Aku pastikan bahwa kamu besok sudah tidak ada di rumah ini lagi, dan kamu selamat menikmati atas kehancuran masa depanmu." Ucap Genan yang masih sedikit dipengaruhi minuman alk_ohol yang ia bawa dari rumah Devan.

Alena yang hanya tidur dengan seadanya tanpa selimut, pun terlelap dari tidurnya. Bahkan, tidak peduli dengan kondisi kakak iparnya yang entah apa yang sedang dirasakannya.

Genan yang kesadarannya mulai pulih, tenggorokannya terasa kering dan juga dahaga. Tidak ada air minum sedikitpun di dalam kamarnya Alena, terpaksa harus mengambilnya di dapur.

Saat melewati ruang tengah, Genan mendapati adik tirinya yang sudah tertidur tanpa selimut. Rasa benci yang menguasainya, ternyata sedikitpun tidak ada rasa belas kasih sedikitpun kepada Alena.

Dengan sikapnya yang masa bodoh, Genan benar-benar mengabaikannya dan segera mengambil air minum dan masuk ke kamarnya tanpa ada rasa peduli sedikitpun kepada Alena hingga pagi tengah menyambutnya.

"Aw!" pekik Alena saat wajahnya tengah disiram oleh kakak tirinya.

Saat itu juga, Alena langsung terbangun dari tidurnya.

"Bangun! jam berapa ini, lihat itu. Sekarang juga buruan buatkan sarapan untukku. Ingat, hari ini adalah hari terakhirmu berada di rumah ini." Bentak Genan dan melempar asal ember kecil yang baru saja digunakan untuk menyiram wajah Alena dengan air.

"Maaf Kak, tadi aku ketiduran." Jawab Alena setengah menunduk, takut itu sudah pasti.

"Alasan saja kamu ini, cepat kamu buatkan aku sarapan pagi." Ucap Genan dengan suara yang meninggi.

"Bab-baik, Kak." Jawab Alena dengan tubuhnya yang gemetaran.

"Ada apa ini? pagi pagi udah macam pasar saja, ada apa dengan kalian?"

"Itu si Alena, jam segini baru bangun, dasar pemalas." Jawab Genan dengan penuh kesal.

Saat itu juga, ibu tirinya langsung menoleh dan kearah Alena dan menatapnya dengan tajam.

"Kau ini ya, selalu aja bikin masalah. Tidak ayah, tidak juga anaknya. Benar kata Genan, kau harus secepatnya pergi dari rumah ini." Ucap Ibu tirinya yang terlihat sangat membenci Alena.

"Alena benar-benar meminta maaf, Bu. Tadi memang ketiduran, soalnya semalaman Kak Genan terus mengigau dan harus mengompresnya, karena badan Genan sangat panas." Jawab Alena yang memang kelelahan saat harus mengurus kakak tirinya yang sudah menyita waktunya untuk istirahat.

"Halah! alasan saja kamu, mengompres cuma satu kali aja protes." Ucap Genan kembali membela diri.

"Itu kan waktu Kak Genan baru pulang, tapi setelah itu Kak Genan terus meracau dengan suhu badan Kakak yang panas." Jawab Alena yang lupa jika dirinya akan tetap salah meski sudah mengatakan yang sebenarnya.

"Sudah ngomongnya? sekarang juga cepat kamu buatkan aku sarapan pagi. Setelah itu, kamu segera bersiap-siap untuk aku serahkan sama orang yang akan membayar mu." Ucap Genan dengan segala perintahnya.

Sedangkan ibu tirinya sama juga seperti Genan yang sedikitpun tidak ada belas kasih kepada Alena.

"Gak dengar kamu? ha! cepat pergi ke dapur, cepetan! apa kamu itu tu_li. Kamu itu ya, benar-benar merepotkan."

"I-i-iya Kak, aku akan segera menyiapkan sarapan pagi." Jawab Alena dengan tubuhnya yang gemetaran karena takut dengan kalimat jual oleh kakak tirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!