Kai masuk ke dalam rumah, dia berjalan lurus menuju ke kamar nya.
Haico melongo, tangan nya menggantung di udara bersiap menyapa sepupu nya. Namun, melihat Kai tidak melirik ke arah nya, membuat Haico mengurungkan niatnya.
"Ada apa dengan nya?" gumam pria itu heran.
Blam.
Seketika Haico memejamkan matanya saat suara hempasan pintu kamar Kai terdengar sangat Kuat. Hal ini semakin membuat rasa penasaran di hati Haico semakin besar.
Pria itu melanjutkan langkah nya, dia bertemu dengan nenek nya di depan rumah.
"Nenek"
Haico berlari kecil menghampiri sang nenek.
"Apa Kai sudah tiba di rumah?" tanya Faidah.
"Sudah, dia masuk ke dalam kamar" jawab Haico dengan ekspresi bingung.
"Memang nya ada apa?" tanya Haico seraya menatap wajah nenek nya, menunggu jawaban apa yang akan di berikan oleh sang nenek.
Hufff...
Mendengar helaan nafas nenek nya, Haico bisa menebak apa yang terjadi.
"Nenek bertengkar lagi dengan Kai?"tebak Haico.
Lagi lagi Faidah hanya menghela nafas. Menandakan tebakan Haico benar.
Pertengkaran ini bukan lah yang pertama kali, sudah sering Faidah dan Kai bertengkar. Sampai Haico sudah merasa bosan melihatnya.
"Nek, kenapa sih. Nenek selalu membahas soal Kai. Biarkan saja dia di sini, biarkan Kai memilih di mana dia akan tumbuh dewasa" ucap Haico.
Dia kasihan kepada sepupu nya itu. Kai sudah menceritakan segalanya kepada Haico. Hanya kepada dialah Kai mengatakan segalanya.
Keluarga Kai hanya tahu, putrinya bertengkar dengan teman masa kecilnya. Entah apa masalah nya mereka tidak tahu.
"Kamu tidak tahu Haico, betapa menyakitkan jauh dari anak anak. Fahmi dan Tari pasti sangat menderita" lirih Faidah. Dia kasian pada putra dan menantunya itu.
"Tapi nek, mau bagaimana pun. Kai yang menginginkan tinggal di sini" sela Haico.
Faida menghela nafas berat. Dia duduk di teras rumah. Menatap hampa ke langit biru.
"Dia itu masih kecil, pemikiran nya masih labil. Jika di biarkan seperti ini terus, akan bahaya nanti." lirih nya.
"Lagi pula, akan lebih bagus sekolah di kota. Di yayasan tempat Viona dan Ferdian sekolah dulu sangat bagus dan terkenal dengan prestasinya" imbuh Faidah.
Benar juga, apa yang nenek nya katakan. Namun, Haico sudah terbiasa dengan keberadaan sepupu nya itu.
Huff ..
"Baik lah nek, mana yang baik nya aja. "lirih Haico pasrah, ia beranjak dari sana.
Di desa ini, Faidah dan putri kedua nya, adik dari Fahmi hidup mengelola perkebunan dan peternakan kambing.
Di desa ini mereka lah juragan nya, namun sifat mereka tidaklah sombong. Mereka sangat baik hati dan suka membantu orang.
Kai merasa nyaman tinggal di sini, karena bagi nya desa adalah tempat ternyaman nya. Tidak ada lagi masalah yang menghampiri nya, hidup tenang tanpa melihat orang itu.
"Hiks...Hiks...Mengapa mereka selalu memikirkan apa yang mereka mau? kenapa mereka tidak memikirkan perasaan ku juga?"
"Aku tidak mau kembali ke kota itu!"
Tangis Kai pecah di keheningan kamar nya. Dia tidak sadar Haico masuk dan duduk di samping nya.
"Kenapa kamu menangis?"tanya Haico mengusap rambut panjang adik nya lembut.
Kai mendongak, menatap Haico dengan mata yang di penuhi oleh air mata.
"Kak, aku gak mau pindah ke sana lagi. Aku benci kota itu. Aku tidak mau ke sana lagi!" adu Kai langsung memeluk kakak sepupunya itu.
Pria baru beranjak dewasa itu hanya bisa menghela nafas,dia tidak tahu harus berkata apa pada adik nya ini.
"Kak, kenapa kakak diam saja?"
Kai mengurai pelukan mereka, menatap wajah Haico yang tampak bingung.
"Apa kakak mulai sependapat dengan mereka?" Kai mendorong kakak nya menjauh darinya. Melihat Haico yang diam saja, Kai sudah bisa menebaknya.
"Kai, bukan seperti itu. Tapi, ini sudah 8 tahun. Mengapa kamu tidak mencoba untuk melawan masa lalu mu."
"Kakak yakin, dia pasti merasa senang jika kamu seperti ini" ucap Haico berusaha meyakinkan adik sepupunya.
"Kamu sudah dewasa, kamu cantik. Kenapa kamu tidak membalas dendam saja"
"Kamu bisa menunjukkan pada nya, jika kamu itu kuat. Kamu tidak akan mudah di jatuhkan hanya karena masalah seperti itu!"
Haico terus memberikan semangat, meyakinkan adik nya yang pernah masuk ke dalam lubang masa lalu.
"Tidak, aku tidak Sudi bertemu dengan nya" putus Kai memalingkan wajah nya dari Haico.
Hufff...
Haico menghela nafas dalam, dia tidak bisa memaksa adik nya. Semua ini pilihan nya, dia yang akan menjalaninya dan dia yang akan menentukan nya.
"Ya sudah, kakak keluar dulu. Kakak harap, kamu bisa memikirkan kembali"
Setelah mengatakan hal itu, Haico langsung beranjak keluar dari kamar Kai.
"Tidak, aku tidak akan kembali! aku tidak Sudi bertemu dengan pria itu lagi" kekeuh Kai dalam hati. Dia sudah memantapkan hatinya untuk tidak kembali. Maka dia tidak akan pernah kembali.
...----------------...
Malam hari nya, ketika menonton tv di ruangan keluarga. Kai terlihat seperti biasanya. Duduk di sofa samping nenek nya.
Suasana telah kembali seperti semula, tidak ada kekesalan yang tadi siang terjadi.
Ini lah yang paling enak dengan Kai. Dia akan bersikap seperti biasa setelah menenangkan hatinya.
Di saat keseruan mereka menonton tv. Tiba-tiba lagu yang berjudul we don't talk anymore, sebagai nada dering panggilan masuk ponsel Kai berbunyi.
Gadis itu menoleh, dia meraih ponselnya saat melihat Foto bunda nya terpampang nyata di layar ponselnya.
"Bunda" gumam nya Tampa ekspresi.
Kai menerima panggilan itu, dia terlihat biasa saja. Kai tahu, apa yang akan menjadi topik pembicaraan mereka.
Percakapan basa basi sekedar melepas rindu pun berlangsung. Kai menjawab setiap pertanyaan bunda nya seadanya saja.
Namun, tiba tiba wajah bunda nya menghilang, dan berganti menjadi wajah ayah nya.
"Kai. ayah dan Bunda gak mau tahu. Kamu harus pindah ke sini Besok pagi!" tegas Fahmi Tampa basa basi.
Deg
Kai merasa tubuh nya membeku, saat mendengar kata kata dan nada suara ayah nya yang terdengar memaksa dan penuh penekanan.
"Ayah, Kai mau di sini" tegas Kai dingin.
"Tidak, Kamu harus kembali. Ayah tidak mau tahu, besok kamu harus pulang ke sini dan menetap di sini bersama kami!"
Jleb.
Bibir Kai tertutup rapat, Haico dan Faidah yang mendengar percakapan mereka hanya bisa menatap Kai.
"Jika kamu tidak mau, maka jangan panggil aku atau pun Tari sebagai bunda mu."
"Terserah kamu mau dengar atau tidak. Keputusan ada di tangan kamu."
Klik.
Panggilan terputus. Seketika itu air mata Kai mengalir deras. Faidah tidak mampu melihatnya. Dia langsung memeluk tubuh ramping cucunya. Begitu juga dengan Haico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sebenarnya apa yg sudah terjadi 8 tahun yg lalu? Waktu itu Kai masih klas 5 SD,Apa yg anaknklas 5 SD lakukan,Hingga Kai begitu membenci cowok itu??🤔🤔🤔
2024-01-13
0
PinkyOwl
duh jangan di paksa dong, kebiasaan nih orang tua harus dituruti 🥲
2023-01-14
1