“Beneran, Pak? Saya perhatiin, selama sebulan ini ... Pak Morgan hanya pesan mi goreng telur setiap paginya. Apa gak ada masalah pencernaan nantinya, Pak?” tanyanya yang sangat khawatir dengan kesehatan Morgan.
Morgan merenung, karena mendengar ucapan sang Ibu kantin. Ia merasa bingung, orang lain saja memedulikannya, tapi kenapa Fla yang jelas-jelas adalah istrinya, sama sekali tidak memedulikannya?
“Terima kasih, Bu. Gak apa-apa, ini saja cukup,” ujarnya, membuat sang Ibu kantin memandang kasihan ke arah Morgan.
Ibu kantin pergi dari hadapan Morgan, dengan perasaan yang sangat kasihan dengannya. Namun, Morgan sama sekali tidak berselera makan, selain memakan semangkuk mi goreng ini.
Aromanya saja sudah mampu membuat Morgan hampir meneteskan air liurnya. Ia merasa ingin secepatnya menyantap makanan yang ada di hadapannya, untuk menuntaskan perasaan laparnya.
Ketika baru menyuap mi goreng tersebut ke dalam mulutnya, ia mendapati sepasang tangan yang melingkar pada perut Morgan.
Tidak salah lagi, itu adalah Ara.
“Selamat pagi, Sayang!” sapa Ara, dengan nada yang sangat bahagia, sembari tetap memeluk Morgan dari arah belakangnya.
Mengenai kelakuan Ara tadi, Morgan merasa sangat malu dan juga risih, karena Ara memeluknya di hadapan publik seperti ini. Ia merasa sangat tidak senang, karena Ara yang terlalu terang-terangan dan terlalu berani melakukan hal seperti ini.
“Ra, tolong lepas. Kita masih di area kampus,” ucap Morgan dengan nada datar, membuat Ara seketika berubah ekspresi menjadi masam.
Ara melepaskan pelukannya dari Morgan, dan langsung duduk di hadapan Morgan.
“Sayang kenapa, sih? Kenapa aku gak boleh peluk Sayang? Aku ‘kan ... kangen sama Sayang!” rengeknya yang seperti anak kecil, membuat Morgan merasa sangat risih mendengar ucapannya itu.
Hilang sudah selera makan Morgan. Ia meletakkan garpu yang ia pakai untuk menyantap mi goreng tersebut, dan memandang Ara dengan tatapan yang datar.
“Ini di kampus, Ra. Tolong ngertiin saya sedikit. Saya gak bisa berbuat seenaknya di kampus ini, karena saya itu dosen. Saya gak bisa mencontohkan hal buruk kepada para mahasiswa di sini,” ucap Morgan, dengan nada yang sedikit ia tarik, untuk memberitahu kepada Ara bahwa ia sedang marah padanya.
Mendengar teguran dari Morgan, Ara menjadi kesal dengannya. Ia memandangnya dengan sinis, karena ia merasa sangat tidak dihargai oleh Morgan.
“Sayang kenapa, sih? Kenapa Sayang jadi kayak gini sama aku?” tanya Ara, Morgan membuang pandangannya dari Ara. Mata Ara mendelik, karena ia merasa mengetahui sesuatu, “Kamu memangnya begini juga ke kak Fla? Oh, atau kamu cuma begini sama aku doang?” bidiknya dengan sinis.
Morgan menghela napasnya dan kembali memandang ke arah Ara, “Jangan seperti itu, Ra. Ini kampus, dan saya berbicara benar. Gak ada sangkut-pautnya sama sikap saya ke Fla,” ujarnya, yang berusaha sabar di hadapan Ara yang masih kekanak-kanakkan.
Walau sudah mendengar penjelasan Morgan, Ara sama sekali tidak menggubris, dan tetap berpikiran negatif pada Morgan.
“Ah, bilang aja kamu begini tuh karena aku bukan kak Fla! Kalau aku ini kak Fla, mungkin kamu gak akan bersikap seperti itu sama aku!” ujarnya dengan nada yang sedikit membentak, membuat Morgan menjadi sangat risih mendengarnya.
Morgan menatapnya dengan tajam, “Ra, enough! Jangan bicara lagi. Kamu ya kamu, Fla ya Fla. Gak ada hubungannya antara sikap saya ke kamu, dan sikap saya ke Fla!”
Morgan bangkit, dan pergi meninggalkan Ara sendiri di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
👊🅼🅳💫
pencitraan 🥴🥴 faktanya laki² g py hatee
2023-01-18
0
👊🅼🅳💫
neng Ara JD valak🤧🤧
2023-01-18
0
👊🅼🅳💫
pikir aj sdri😤😤
2023-01-18
0