Teribble Marriage
Sinopsis
Airin Septiana, gadis cantik berusia 22 tahun, dia terlahir sebagai wanita penyandang disabilitas. Ada kelainan pada kakinya yang menyebabkan ia harus berjalan menggunakan kedua tongkat.
Meski keadaannya demikian, tak menyurutkan semangat Airin dalam menggapai impiannya sebagai penulis novel.
Semua novelnya pasti nama tokoh utama cowok adalah Arizal. Itu karena Airin sangat merindukan Arizal, sahabat pertamanya sejak Sekolah Dasar.
Airin dan Arizal terpisah karena Airin harus mengikuti orang tuanya pindah ke Martapura Kalimantan Selatan.
Ia berharap melalui novel yang ditulis mampu mempertemukannya kembali dengan Arizal.
Kenyataan memang tak selalu seperti yang diinginkan. Ia bukan dipertemukan dengan Arizal melainkan dipertemukan dengan pria tampan dan mapan yang usianya jauh lebih tua dari usianya sendiri dan sudah beristri. Pria itu bernama Arjuna Dewantara.
Airin terjebak drama pernikakahan yang rumit. Sanggupkah menjalankannya?
***
Aku bernapas lega, akhirnya selesai juga menulis sinopsis novel baru.
Ini kelima kalinya aku menulis novel tokoh utama cowok bernama Arizal. Namun, kali ini aku menulis novel berdasarkan kisah nyata yang dibumbui fiksi, hanya saja tokoh tetap namaku dan Arizal.
Aku berharap novel ini akan diterima penerbitdan beredar di toko buku seluruh Indonesia. Tidak seperti novelku lainnya yang selalu ditolak.
Dari kecil berteman dengan sepi dan sunyi. Kesunyian mampu melahirkan imajinasi-imajinasi di kepalaku.
Semakin hari imajinasiku semakin liar, sehingga muncul keinginan menjadi penulis sepenuhnya untuk menuangkan imajinasi ke dalam tulisan.
“Hai, ngapain lo ngelamun di depan komputer?” teriak seseorang di telingaku.
Aku melonjak kaget. Segera aku mengelus dada. Untung jantungku nggak copot.
Aku menoleh ke samping. Ternyata Athiyah, tetangga sekaligus teman baik yang sekarang cekikikan senang melihatku kaget.
Ah, menyebalkan. “Athiyah, bisa nggak sih lo nggak usah teriak di telinga gue? Bikin jantung mau copot aja. Kalau mau masuk kamar gue ketuk pintu dan ngucapin salam dulu kek!”
“Haloooooo, lo kemana aja? Dari tadi gue dah ngucapin salam tapi lo aja yang nggak nyahut-nyahut makanya gue kagetin aja!” Athiyah membela diri.
Saking asyiknya menulis sinopsi ssembari tetap otakku pada Arizal sehinga suara Athiyah jadi nggak kedengeran. Aku jadi malu sendiri ternyata aku yang terlalu melamun.
“Lo tumben ke sini, ada apa?” tanyaku membuka topik pembicaraan.
“Gue ke sini ingin ngajakin lo ke suatu tempat, temanin gue ya,” kata Athiyah senyum-senyum.
“Ke mana?” Aku jadi penasaran.
“Coba deh lo baca ini!” Athiyah memberikan gulungan kertas kepadaku. Aku menerimanya dan segera membaca isi yang tertulis di gulungan kertas tersebut.
Hadirilah!
Acara talk show kepenulisan di Arga Duta Mall Banjarmasin dengan pembicara Gibriel Alexander, penulis novel Kamu Adalah Cintaku.
Akan ada doorprise dan hadiah menarik juga lho! Acara berlangsung pada hari Jum’at, 28 Maret 2014 pukul 15:00 WITA.
Mataku membulat membaca tulisan yang tertera di brosur ini. Wah, talk show kepenulisan? Ini sangat jarang diadakan di Banjarmasin.
“Gimana? Lo mau nemenin gue datang ke acara itu?” tanya Athiyah.
“Mau banget. Udah lama banget pengen datang ke acara talk show. Untung lho ngajakin gue. Kapan kita berangkat?” kataku antusias.
“Sekarang juga dong! Jadi sampai Banjarmasin jam tiga sore.”
Aku menyambar dua tongkat yang bersandar di samping meja komputer.
Pelan-pelan aku berdiri. Dan ambil tongkat. “Yuk, kita berangkat sekarang!”
Dahi Athiyah berkerut memandangiku. “Lo nggak dandan atau ganti baju dulu gitu?”
“Yaelah ngapain sih dandan dan ganti baju segala? Baju gue dah rapi kali dengan kaos pink dan celana jeans. Gue dandan secantik apap un! juga nggak bakal ada cowok yang naksir sama gue, secara gue kan cacat," kataku menolak untuk berdandan.
“Ya, udah terserah lo deh. Yuk, kita berangkat!” Athiyah tidak mau membahas lebih lanjut kalau aku sudah bilang kondisiku yang sebenarnya.
Athiyah melangkahkan kakinya keluar kamarku. Aku mengikuti langkahnya di belakang. Sesampai di luar kamar, aku melihat mama dan papa lagi asyik bercengkrama di ruang tamu. Aku berjalan mendekati mereka.
“Ma, Pa, aku boleh pergi sebentar nggak?”
Mama dan Papa menatapku dengan dahi berkerut. Mungkin mereka heran, karena aku selama ini nggak pernah minta ijin untuk pergi ke luar rumah.
“Mau pergi ke mana?” tanya papa.
“Aku mau datang ke acara talk show kepenulisan di DutaMall Banjarmasin. Boleh ya?” Aku meminta izin dengan tampang memelas
“Sayang, Banjarmasinkan jauh. Mama takut kamu kenapa-kenapa di jalan.” Kali ini mama yang angkat bicara.
Aku memanyunkan bibir, karena sepertinya nggak bakal diizinin oleh Papa dan Mama untuk pergi.
“Kalau soal itu Tante nggak usah khawatir, saya akan menjaga Airin selama di jalan!” Athiyah menjawab perkataan mama. Wajahnya meyakinkan mama kalau dia akan menjagaku.
“Baiklah, kalau begitu Papa menginjinkan kamu pergi. Tapi kamu harus hati-hati ya!”
“Siap Bos!” ujarku lantang seraya memberikan hormat ala polisi kepada papa.
Setelah itu aku mencium tangan papa dan mama. Kemudian mereka membalas mengecup keningku. Meskipun waktu kecil aku dididik dengan keras, tapi sekarang papa dan mama baik banget. Beruntungnya diriku jadi anak mereka.
***
Sore_Pukul 16:00
Gara-gara terjebak macet, aku tiba di Duta Mall Banjarmasin pukul empat sore. Sudah pasti telat banget. Acaranya kan tertulis jam tiga sore. Tapi lebih baik datang terlambat daripada nggak tahu sama sekali.
Aku dan Athiyah langsung menuju ke toko buku Arga. Toko Buku Arga ternyata sudah penuh banyak juga yang mengikuti acara ini.
Ternyata antusias pembaca buku di Banjarmasin sangat luar biasa. Aku celingak-celinguk mengamati bangku. Masih adakah yang kosong? Berdiri terus kan capek? Apalagi orang sepertiku yang kondisinya tidak bisa berdiri lama.
Tiba-tiba mataku tertuju padasatu bangku kosong yang bisa kududuki. Cepat-cepat aku menduduki bangku kosong itu agar tidak diambil orang. Sedangkan Athiyah berdiri di sampingku.
“Nah, hadirin sekalian sampai lah kita disesi tanya jawab dengan Gibriel Alexander. Hayo, siapa yang mau bertanya dengan Gibriel?” tanya pembawa acaratalk show.
Cewek berambut panjang yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangannya.
“Kak, Gibriel saya mau tanya. Biasanya Kak Gibriel dapat ide darimana? Kasih tipsnya dong soalnya aku kalau nulis sering mentok ide. Terima kasih.”
Gibriel tersenyum manis. “Saya bisanya dapat ide bisa di jalan, saat nongkrong sama teman, saat nonton film atau bahkan saat melamun di toilet. Bagi saya ide itu bukan untuk dicari, dia akan datang dengan sendirinya asal penulis membuka otak dan hati untuk menyambut kedatangan ide.”
Seluruh yang hadir di sini bertepuk tangan setelah mendengar jawaban Gibriel yang memotivasi. Dia memang pantas menjadi penulis.
“Nah tadi jawaban Gibriel sangat luar biasa. Adakah yang mau bertanya lagi sama Gibriel?” Pembawa acara mengedarkan pandangannya.
Aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan.
“Ya silakan apakah anda ingin bertanya pada Gibriel?” Pembawa acaratalk show menunjuk ke arahku.
“I ... iya, Kak. Saya mau nanya. Menurut Kak Gibriel membentuk karakter yang kuat di novel itu seperti apa sih?” tanyaku dengan nada gugup.
“Setiap manusia pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter bisa dilihat dari tiga jenis yaitu: karakter fisik, karakter sifat dan karakter kebiasaan buruk, unik dan baik. Jika penulis menonjolkan tiga jenis itu pada tokoh ciptaannya maka karakter tokohmu sudah kuat.”
Aku mengangguk tanda mengerti dengan apa yang diucapkan Gibriel. Ya, hari ini aku mendapatkan ilmu yang berharga. Namun aku tiba-tiba merasakan ingin buang air kecil.
Aduh gimana nih? Toiletnya di mana ya?
Aku menarik tangan Athiyah. Athiyah membungkukkan badan di depanku.
“Kamu kenapa, Rin?”
“Aku ingin buang air kecil nih. Athiyah, temenin aku ke toilet dong!”
“Aduh, gue lagi asyik menyimak talk show nih. Lo ke toilet sendiri aja ya?”
“Tapi gue nggak tahu dimana toiletnya.”
“Rin lo bisa nanya ke mbak penjaga di depan tuh. Pasti dia mau kok nunjukin toilet ke lo.”
Athiyah payah. Katanya mau menjaga gue, diminta temenin ke toilet aja nggak mau. Teman macam apa tuh? Pelan-pelan aku berdiri sambil mengapit dua tongkat di ketiakku. Terpaksa deh aku ke toilet seorang diri.
Di tengah perjalanan mencari toilet tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku. Tongkat terlepas dari tanganku otomatis aku jatuh terjerambab ke lantai.
Aduh, siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat? Main tabrak-tabrak seenaknya. Aku menengadah ingin melihat pelakunya.
Dan pelakunya seorang pria bertubuh atlethis, tinggi, putih, dan wajahnya tampan.
Pria itu tergesa memungut tongkatku.
“Maaf, Mbak. Saya buru-buru. Maaf Saya bantuin berdiriya!” ujar pria itu. Ia mengulurkan tangan.
Aku membalas uluran tangannya untuk berdiri. Kemudian dia menyerahkan tongkatku. Aku meraihnya dengan cepat. Aku pun pergi meninggalkan pria itu tanpa sempat kenalan.
Drrrttt …Drrrttt ...
Telepon genggam di saku celanaku bergetar. Aku menghentikan langkah sebentar berusaha mengambil handphone.
Susah karena sambil memegang tongkat segala. Akhirnya handphone berhasil kuraih. Dahiku berkerut ketika melihat nama yang tertera di layar.
Mama telpon? Ada apa ya? Tadikan sudah pamitan. Agak aneh juga beberapa pertanyaan berkecamuk di otakku. Untuk menemukan jawabannya cepat-cepat aku klik answers.
“Halo, Ma.”
“Halo, Sayang. Kamu cepat pulang ya?”
“Emang ada apa ya?”
“Papamu kena serangan jantung dan sekarang hendak dibawa ke rumah sakit. Nanti kamu langsung ke rumah sakit Ratu Zalekha aja ya?”
“Apa? Papa kena serangan jantung? Mama nggak bercandakan?” tanyaku beruntun kaget.
Belum sempat mama menjawab pertanyaanku, tiba-tiba mama memutus sambungan telepon. Aku memutar badan, aku sudah melupakan ingin buang air kecil, Athiyah dan talk show kepenulisan. Yang ada di otakku hanyalah ingin cepat sampai di rumah sakit Ratu Zalekha biar bisa mengetahui keadaan papa. Papa, tunggu aku ya. Aku akan segera datang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments