Alea terbatuk, karena ia tidak sengaja meminum obat itu. Ia hanya pasrah, karena ia tidak akan tahu setelah ini akan bagaimana jadinya nasib dirinya. Apalagi, Alea saat ini baru saja mengetahui kalau dirinya mengandung anak dari Arga.
Masih teringat ucapan dokter yang memeriksa kandungan Alea, sore tadi.
“Ibu benar hamil. Dari hasil USG transvaginal tadi, saat ini usia kandungan sudah mencapai kurang lebih 3 minggu. Usia kehamilan yang masih sangat rawan. Saya sarankan untuk anda lebih menjaga diri anda sendiri, dan jangan sampai terlalu lelah. Jangan melakukan hal yang bisa membahayakan si janin. Satu lagi, jangan melakukan hubungan intim lebih dahulu sampai 3 atau 4 bulan ke depan,” ujar sang dokter, yang masih teringat di benak Alea saat ini.
‘Bagaimana ini? Aku tidak ingin kehilangan anak ini,’ batin Alea yang merasa sangat khawatir dengan janin yang ia kandung.
Alea sengaja ingin bertemu dengan Arga, karena ia ingin sekali memberi tahu tentang keadaan ini pada Arga. Kebetulan sekali, Arga juga mengirimkan pesan singkat kepada Alea dan ingin sekali menemuinya. Hal itu membuat Alea sangat bersemangat, walaupun ia tahu pada akhirnya Arga tidak akan datang, dan saat ini nyawanya sedang terancam karena ulah para preman ini.
Beberapa saat berlalu, Alea merasakan tenggorokannya yang sangat kering. Ia sampai terbatuk, akibat terlalu keringnya tenggorokannya itu. Kepalanya pun mendadak pusing, sampai ia juga merasa sangat gerah. Padahal, AC di dalam mobil ini sudah cukup dingin untuk membuatnya tidak kegerahan.
“Air ....”
Mendengar ******* Alea, mereka pun menyadari bahwa obat itu sudah mulai bekerja pada tubuh Alea. Mereka menyunggingkan senyumannya, karena sebentar lagi mereka akan bisa merasakan tubuh Alea yang menggoda itu.
“Air ... aku butuh air ... tolong air ....”
“Sepertinya obatnya sudah mulai bekerja,” ucap salah satu dari mereka, membuat sang ketua preman semakin menyunggingkan senyumannya.
Wajahnya ia dekatkan ke arah telinga Alea, “Kau mau air? Akan aku berikan. Tapi sebelumnya, layani aku lebih dulu!” ujarnya, Alea sama sekali tidak bisa mencerna apa yang ia katakan.
Ia ******* telinga Alea, sehingga Alea hanya bisa memejamkan matanya saja karena ia sudah tidak mengetahui apa pun lagi.
Yang Alea ketahui saat ini, hanyalah tubuhnya yang terasa sudah tidak keruan. Ia merasa sudah tidak bisa merasakan apa pun. Wajahnya pun terlihat sangat pucat, dengan pipi yang memerah dan sangat panas ia rasakan. Matanya selalu terpejam, saking menikmati setiap sentuhan tangan yang para preman itu berikan padanya.
‘Jika memang ini takdirnya, aku tidak akan bisa lari lagi,’ batin Alea yang masih setengah sadar, tetapi sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi terhadap dirinya.
“Sepertinya sudah bisa dimulai,” ucap salah seorang preman itu.
“Aku juga sudah mulai tegang melihat kemolekan tubuhnya.”
“Jangankan kau, aku pun lebih dulu tegang!”
Mereka secara serentak mulai mengendurkan ikat pinggang yang mereka pakai, dan membuka dengan asal resleting celana mereka. Dari sana, terlihat suatu benda yang sudah berdiri dengan tegaknya.
Ketua preman itu segera ingin melancarkan aksinya, tetapi ia terkejut karena mendengar suara ketukan yang sangat kasar dari arah jendela mobilnya.
Mereka lantas menghentikan apa yang mereka perbuat pada Alea, dan segera memandang ke arah suara yang sangat berisik.
BRAK! BRAK! BRAK!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments