Lemparan Batu

Tak tahu siapa, kulihat seorang wanita bergaun ungu berjalan cepat ke arahnya. "Pangeran Xi, lama kita tidak bertemu." Wanita itu pun segera memegang tangan Xi lalu memeluknya.

Astaga! Astaga!

Aku tak percaya akan melihat pemandangan ini. Wanita ini begitu berani bersikap seperti itu kepada Xi. Apakah dia kekasih dari Xi sendiri?

Karena tidak ingin menjadi obat nyamuk, aku pun lekas pergi dari hadapan mereka. Namun, saat melangkahkan kaki, saat itu juga Xi menahan tanganku. Dia memegang tanganku ini.

Pangeran ...? Aku pun melihat tangannya yang memegang tanganku. Dia ini ...?

Aku tak tahu apa maksudnya. Tapi aku tidak mau mengganggu kebersamaan orang lain. Apalagi Xi kelihatan diam saja saat dipeluk wanita itu. Seperti tidak ada pencegahan sama sekali. Mungkin hal ini sudah terasa biasa baginya.

"Em, maaf. Aku masih harus bekerja. Permisi."

Lantas segera kulepas pegangan tangannya. Aku berlalu dari keduanya. Namun, kulihat Xi tidak membalas sedikitpun pelukan dari wanita itu. Dia terlihat biasa saja. Aku juga tidak mau memedulikannya. Toh, bukan urusanku juga.

Lebih baik aku segera menemui kepala dekorasi lalu menyelesaikan tugas ini.

Aku pun melangkahkan kaki menuju ruang kepala pelayan pria di istana. Dia juga kebetulan bertugas sebagai kepala dekorasi acara ulang tahun Rose ini. Ratu sendiri yang menunjuknya untuk membantuku karena aku sempat pingsan kemarin. Dan karenanya juga pekerjaanku jadi cepat terselesaikan. Semoga saja acara nanti malam berjalan dengan lancar. Agar aku bisa kembali ke Angkasa menemui kedua pangeranku.

Tetap semangat, Ara. Garis finis sudah di depan mata. Kedua pangeranmu sedang menunggu di Angkasa. Cepat selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah dengan membawa kabar gembira.

Menjelang malam...

Sayup-sayup kudengar suara musik yang menggema hingga ke kamarku. Aku yang masih tertidur pun terusik dengan suara itu. Semakin lama suaranya semakin kencang saja. Lantas aku pun beranjak bangun untuk melihat sudah jam berapa.

"Enam ... lewat lima puluh ...."

Aku lelah. Sangat lelah. Suaraku juga mulai serak seperti terserang radang tenggorokan. Beberapa hari kemarin aku menguras tenaga untuk berpergian jauh. Dan kini rasanya badanku sudah tidak tertahankan. Aku ingin beristirahat lebih lama dari biasanya.

Tidur sebentar lagi saja.

Selepas menemui kepala dekorasi, aku kembali briefing dan membicarakan acara pesta ulang tahun Putri Rose. Kami kembali berbagi tugas tentang siapa saja yang akan mengantarkan makanan dan ikut menyambut tamu undangan. Tentunya mereka mengenakan pakaian hasil rancanganku. Pihak konveksi istana sudah bekerja keras untuk menyelesaikan semua rancangan busana. Sehingga aku tinggal menunggu kabarnya saja.

"Hoaaamm."

Aku pun masih memejamkan mata sambil memeluk guling berbulu tebal. Rasanya aku ingin beristirahat kembali. Lagipula semua pekerjaanku juga telah selesai. Jadi saat acara berlangsung, bukan lagi tanggung jawabku. Lantas aku kembali melemaskan tubuh ini. Aku ingin memasuki alam mimpi. Namun, suara ketukan di pintu itu menyadarkanku.

"Nona Ara. Nona tidak menghadiri pesta? Pesta sudah dimulai, Nona." Sepertinya suara seseorang yang kukenal memanggil.

Aduh, malasnya. Aku diam sajalah agar dikira tidur.

Karena malas bangun, aku tidak memedulikan panggilan seseorang itu. Aku kembali melemaskan badan lalu tidur di atas kasurku. Tapi, tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkanku.

Su-suara apa itu?!

Kaca jendela kamarku seperti dilempari batu. Sontak aku pun terbangun dan lekas-lekas melihat siapa gerangan yang melempari kaca jendelaku.

Terpopuler

Comments

Rindy Nuraeni

Rindy Nuraeni

baru baca semoga kakak sehat selalu, biar apdet

2023-01-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!