Seperti Putri

Lantas aku duduk di depan meja rias. Lara pun mulai memoleskan pelembab pada wajahku. Pelembab wajah merek negeri ini. Aku pun memerhatikan kecekatan tangannya dalam merias. Dan ya, dia memang mempunyai bakat yang tersembunyi. Dia ternyata ahli dalam merias wajah.

"Nona ingin terlihat ceria atau manis?" tanyanya padaku.

"Em ...." Aku berpikir.

"Putri Rose mengenakan make up yang mewah. Tapi saya rasa itu sangat berlebihan untuk seusianya. Bagaimana jika Nona mengenakan make up yang lebih ringan? Tipis tapi tahan lama. Saya rasa cocok jika didominasi dengan warna merah muda." Dia menuturkan padaku.

"Em, begitu. Baiklah kita coba saja." Aku pun menurutinya.

Lara tersenyum. "Terima kasih, Nona. Terima kasih telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk merias wajah Nona." Dia tampak formal padaku.

Aku tersenyum seraya menahan tawa. "Tidak perlu terlalu formal padaku, Lara. Kita kan teman," kataku padanya. Saat itu juga kulihat dia terdiam seketika.

"Lara?" Tak tahu apa yang sedang dipikirkannya, sepertinya perkataanku tadi ada yang salah. "Lara." Aku menegurnya lagi.

"Em, Nona." Dia pun segera tersadarkan.

"Kau kenapa?" tanyaku ingin tahu.

Dia tampak menelan ludahnya. "Tidak apa-apa, Nona. Saya lanjut merias, ya?" Dia meminta izin padaku.

"Baiklah. Tapi setelah ini giliranku untuk merias wajahmu. Bagaimana?" Aku menawarkan diri.

"Eh? Apa tidak apa-apa?!" Dia tampak terkejut.

"Tidak apa. Memangnya kenapa? Anggap saja bayaranku atas jasa make up mu ini," kataku lagi.

"Ah, Nona Ara bisa saja." Dia pun tersipu malu padaku.

Aku belum tahu siapa sebenarnya Lara. Dia hanya diutus oleh ratu untuk menemaniku selama menjalankan tugas di istana. Tapi aku sempat kepikiran dengan perihal yang kudapatkan waktu itu. Mengapa aku melihat dirinya bersama ratu di kamar wanita bergaun putih? Apakah itu ratu pertama negeri ini? Yang notabene adalah ibu kandung dari Jasmine sendiri. Sungguh aku penasaran dengan kisah yang sebenarnya terjadi.

Satu jam kemudian...

Jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dan kini kami baru saja selesai berdandan secara bergantian. Kami pun berkaca bersama di depan cermin rias yang besar. Dan kulihat Lara meneteskan air matanya yang entah mengapa. Sepertinya dia terharu dengan hal yang kulakukan ini.

Aku memberikan busana milikku kepada Lara dan juga mendandaninya sebagai rasa terima kasihku. Kebetulan ukuran pas di badannya. Dan kini dia tampak cantik seperti seorang putri sungguhan. Aku jadi tidak sia-sia mendandaninya lama. Ternyata berhasil juga.

"Hei, kenapa menangis?" tanyaku padanya.

Kami sudah siap untuk pergi menuju ruang pesta. Aku dengan gaun hitamku dan Lara dengan gaun berwarna pink kepunyaanku. Lantas dia pun mengusap air matanya di depanku. Aku pun segera memeluknya untuk menenangkan hatinya. Sontak dia semakin menangis tersedu-sedu.

"Sudah, jangan menangis lagi. Mari kita ke ruang pesta." Aku mengajaknya.

Lara tidak menjawab sedikitpun. Dia hanya mengangguk di pelukanku. Akhirnya aku pun melepaskan pelukan lalu memberikannya tisu. Kami kemudian tertawa bersama lalu melangkahkan kaki menuju ruang pesta. Aku harap di sana dia akan mengejutkan seisi ruangan. Jika sudah didandani cantik seperti putri, apakah akan ada yang mengira jika dia adalah seorang pelayan? Mari kita lihat saja hasilnya.

Sesampainya di ruang utama istana, pesta ulang tahun Rose...

"Baiklah. Kini adalah acara yang paling ditunggu-tunggu. Acara dansa raja dan juga ratu. Kepada Yang Mulia dipersilakan untuk memasuki lantai dansa."

Terpopuler

Comments

Asep Ajja

Asep Ajja

aku tu suka baca novel ini thor tp knp endingnya blm jelas😢

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!