"Ma boleh El bicara sebentar? ucap Gabriel ketika ia menemui Mamanya di dalam kamar siang itu.
Gabriel sengaja menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah karena kebetulan pada siang hari itu. Dirinya ada meeting di sebuah restoran yang letaknya dekat dengan rumah.
Saat akan kembali ke kantor. Gabriel punya pikiran untuk bicara dengan sang Mama mengenai persoalan antara sang Mama dan juga Nandini.
"Tentu saja El, masuk saja. Kamu mau bicara apa?Sepertinya penting banget?" timpal Rohana.
Gabriel kemudian melangkahkan kakinya menuju ke dalam kamar sang Mama.
Saat itu kebetulan mamanya sedang duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Gabriel kemudian duduk di sebelah sang Mama.
"Tadi El kebetulan meeting di restoran dekat rumah. El mampir ke rumah sekalian makan siang. Dan El menemui Mama kesini untuk bicara sesuatu." ujar Gabriel lembut.
"Bicara sesuatu apa El? Katakan saja."
"Ma, El tau. Restu yang Mama berikan untuk Gabriel dan juga Nandini adalah sebuah restu yang terpaksa. Meskipun begitu, El tetap berterima kasih sama Mama. Karena meskipun restu itu dipaksa, Mama sudah mau menerima pernikahan El dan Nandini. Nandini adalah wanita yang sangat El cintai. Mama juga sudah tau secinta apa El dengan Nandini. Maaf jika Gabriel banyak tuntutan sama Mama. Sebagai seorang suami. El hanya ingin menjadi suami yang baik untuk Nandini. Di balik rasa sayang El dengan istri El. El juga sayang sama Mama. Kalian adalah dua wanita yang penting untuk ku. Gabriel juga tidak bisa meninggalkan Mama dari rumah ini. Karena El pengganti Papa untuk menjaga Mama. Tapi jika boleh, El minta satu hal sama Mama."
"Satu hal apa El?"
"Jangan terlalu keras terhadap Nandini Ma. El tau sampai saat ini Mama belum bisa menerima sepenuhnya istri El. Tapi paling tidak, perlakukan Andini sebagai istri Gabriel dengan baik. Biarkan Nandini mendapatkan pelayan dari art kita di rumah ini Ma."
"Oh, jadi maksud mu. Kamu salah Mama. Apa Dini yang menyuruh mu untuk bicara sama Mama itu tentang. Jadi istrimu ngadu sama kamu tentang apa yang Mama ucapkan kemarin di dapur. Pinter banget istrimu itu. Dia mau ngadu domba kamu sama Mama. Dia mau membuat kamu membangkang sama Mama." celoteh Rohana langsung emosi.
"Bukan begitu maksud Nandini Ma. Dia tidak bermaksud seperti itu. Dia juga tidak mempengaruhi El. Kita kan orang berada Ma. Art kita banyak. Mereka kita bayar memang untuk melakukan tugas-tugas itu. Masa iya Nandini harus masak untuk apa ia makan dan mencuci bajunya sendiri. Dia kan juga masih kerja Ma. Berangkat pagi pulang malam sama El. Dia sudah capek dengan aktifitas nya. Apa kata orang nanti sebagai seorang menantu di rumah kita yang megah ini tapi Nandini harus melakukan aktifitas masak dan cuci baju sendiri. Bukan El membela Nandini. Tapi sebagai seorang suami, El memang harus adil. Tapi bukan berarti El menyalahkan Mama."
"Memangnya apa susahnya masak dan cuci baju dia sendiri. Dia sudah biasa melakukan semua pekerjaan seperti rendahan seperti itu. Wong dia kan anak dari kampung." Cela Rohana pada Nandini.
"Kamu itu dipengaruhi oleh istrimu kamu. Semakin kamu nurut sama dia. Dia akan semakin ngelunjak dan melawan Mama. Sudah untung aku izinkan dia untuk tinggal di sini tanpa terkecuali. Dan kamu sudah beruntung karena kamu mendapatkan apa yang kamu mau. Tapi kamu masih saja melawan Mama. Kamu tahu sendiri kan almarhum papamu meninggal itu karena apa. Karena ada tekanan batin. Tekanan batin karena dia malu dengan calon besannya. Yang sampai sekarang tidak bisa dia capai untuk memiliki menantu dari anak rekan bisnisnya. Sampai sekarang Papa sudah tidak ada pun kamu masih membela wanita miskin itu."
"Ma, bukan seperti itu maksudnya Gabriel."
"Sudahlah El. Mama makin tau wanita apa istri mu itu."
"Ma, Gabriel yang tidak mengizinkan Nandini melakukan itu semua. Kasian dia Ma. Dia sudah capek. Apa lagi kami kan sedang program kehamilan. Jadi dia nggak boleh capek Ma."
"Dia tu mandul." celetuk Rohana.
"Astagfirullah Ma. Nandini sehat, aku sehat, kami semua sehat. Hanya saja kami belum di kasih saja sama Allah."
"Teruslah bela istri mu El. Mama sekarang di mata mu serba salah."
"Mama ngak salah."
"Itu sama saja. Kamu membela istrimu dan menyalahkan Mama. Padahal Mama cuma bilang. Sebagai seorang istri, yang sudah dinikahi oleh dirimu orang yang kaya raya dan hidup mapan. Serta dia sudah tinggal di rumah gedongan. Harusnya dia bersyukur. Kerjanya jangan hanya makan dan tidur saja. Mama tahu dia bekerja berangkat pagi pulang malam. Tapi Mama perhatiin dia itu seperti ratu. Makan tinggal makan, pakai baju tinggal pakai. Kamu juga semua diurusin sama pembantu. Apa tugas Andini sebagai seorang istri. Apa, mana, tidak ada. Apa dia cuma kerjaaan nya memenuhi kebutuhan ranjang kalian saja. Mama tidak melihat dia menjalankan perannya sebagai istri. Mama tidak suka itu. Sudah El, jangan buat Mama emosi." ucap Rohana, yang kemudian ia pergi meningalkan kamar.
Sedangkan Gabriel hanya bisa menghela nafas berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Famous reader
menarik konflik antara mertua dan menantu
2023-01-05
6
Famous reader
lagi Thor
2023-01-05
5
Pisces97
sudah lah El percuma ibumu kamu nasehati mana masuk dalam hati yang ada dia tambah benci sama istri harusnya kamu tegas pisah rumah jika ingin tetap ingin bersama istri mu jangan kau sia² kan dia jika terlepas banyak yang mau ingat
2023-01-05
6