Menegaskan

Merasa wajib melindungi sang istri, dengan tegas Alfat menahan suapan itu dan membawa tangan Ratu menjauh.

“Nona, tolong jangan seperti ini.” ujarnya tegas. Jelas saja mendengar penolakan yang tak di sangka, Ratu merubah wajah binarnya.

Manik mata wanita itu beralih mengikuti arah pandang Aflat pada Citra.

“Maaf, kami harus pergi. Permisi, Nona.” tutur Alfat menarik tangan istrinya meninggalkan meja makan kantin siang itu.

Bahkan rasa lapar di perutnya mendadak hilang. Sumpah demi apa pun, Alfat sama sekali tidak ingin melukai hati Citra. Pernikahan mereka sangat bahagia, dan Citra satu-satunya wanita yang membuat Alfat yakin akan kehidupan bahagia ke depannya.

“Mas, kenapa pergi?” Citra menahan langkah kakinya di belakang tubuh sang suami. Meski terdengar baik-baik saja namun sebagai suami yang sudah cukup mengenal istrinya, Alfat jelas tahu bagaimana hati Citra saat ini.

Bahkan kedua manik mata di depannya sudah berkaca-kaca samar. Alfat mengeratkan genggaman tangannya dan melanjutkan lagi langkah kakinya membawa sang istri menuju ruangan kerja miliknya.

“Kita ke ruangan dulu. Kamu masih laparkan? Biar Mas pesankan dari online saja delivery sebentar masih sempat.” jawabnya enggan membahas apa yang Citra tanyakan padanya.

Paham akan kondisi yang tidak baik-baik saja, Citra hanya mengangguk. Kepergian keduanya pun mendapat tatapan penuh arti dari Ratu.

“Kenapa aku melihatnya sebagai pria yang sangat sempurna? Apa iya aku yang buta dulu?” gumam Ratu membayangkan beberapa waktu lalu saat menatap wajah sang mantan kekasih.

Senyuman dan kasih sayang yang ia tunjukkan pada sang istri sungguh rasanya ingin Ratu dapatkan juga. Sebagai anak yang haus akan kasih sayang dan perhatian, membuatnya gelap mata untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Nona, anda mau kemana? Makan siang anda belum anda sentuh.” Jery tampak mengejar langkah Ratunyang sudah kian menjauh dari kantin.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Ratu pun acuh. Ia terus melangkah menuju ruang kerja yang sudah di sediakan untuknya.

“Jangan masuk, aku ingin belajar semua sendiri. Pergilah!” Ucapan yang bermakna perintah akhirnya tak dapat di bantah.

Jery hanya bisa berdiri patuh menunggu pintu ruang kerja sang nona tertutup rapat. Usai memastikan Ratu masuk barulah pria itu bergegas menuju ruang kerja miliknya sendiri.

Ada banyak tumpukan berkas yang menunggu hadirnya saat ini. Jery menghela napasnya kasar tubuhnya lemas melihat pekerjaan yang sudah menumpuk akibat sibuk mengurus sang nona.

“Huh nasib nasib. Sampai kapan aku harus bekerja seperti baby siter seperti ini?” keluhnya menunduk sembari melanjutkan langkah kakinya menuju kursi kerja.

Berbeda seperti di ruangan Tuan besar Raul. Pria paruh baya itu baru saja kedatangan wanita yang tak lain adalah sang istri.

Wajahnya ia palingkan kala melihat pintu di buka dengan wajah yang sangat familiar.

“Kesini, apa itu artinya sudah ke ruangan tempat Ratu bekerja?” tanyanya dengan singkat tanpa basa basi.

Bukannya menjawab, wanita yang bernama Eris Tasya tampak melangkah mendengarkan suara heels mahalnya bersentuhan tegas dengan lantai ruang kerja sang suami.

“Pi, Ratu sudah besar. Lagi pula tidak ada hal yang Mami mau bicarakan dengannya. Di rumah akan banyak waktu lebih tepat bukan? Di sini adalah tempat untuk fokus bekerja dan profesional.” ujarnya santai tanpa rasa bersalah.

Inilah yang membuat Ratu menjadi sosok yang nakal dan pembantah. Sebab kasih sayang yang ia harapkan sangat sulit untuk di dapatkan. Bahkan dari kedua orangtuanya pun.

“Baik, jika benar begitu. Kedatangan Mami kesini berarti bukan karena hal di luar pekerjaan.” sahut Raul tak mau kalah.

“Yah. Sesuai dengan dugaan Papi. Mami butuh dana untuk suntikan ke perusahaan Mami yang semakin berkembang ini. Penjualan berlian semakin meningkat. Itu sebabnya perusahaan membutuhkan dana lebih besar secepatnya untuk mengupdate dengan alat terbaru. Semua pasti akan berputar semakin cepat. Jadi, Papi tidak perlu ragu untuk memberikan bantuan dana pada Mami.” Panjang lebar ia berkata hingga tanpa sepatah kata pun Raul mengambil berkas yang di bawa oleh sang istri.

Tanpa membaca, tangannya sudah mencoret tanda di atas kertas putih itu. Tanda tangan yang merupakan persetujuan penyuntikan dana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!