Menyadari akan tatapan dari wanita di depan sana, Alfat semakin menunduk. Ia berusaha membuka lembaran kertas di depannya demi mengalihkan kecanggunan tersebut. Sementara Ratu yang tampak menatap beberapa kali pria tampan di depannya kini berubah menjadi anggun. Sikap bar-bar yang ia tunjukan di awal datang tadi berganti menjadi wanita yang sangat manis.
"Papi apa kabar?" tanyanya dengan senyum selebar mungkin.
Melihat wajah sang anak yang manis, Raul tampak mengangguk bingung. Hingga akhirnya ia pun menyadari waktu telah banyak terbuang karena ulah sang anak. Ia berinisiatif menyampaikan tujuannya secara langsung untuk memperkenalkan sang anak pada mereka semua begitu pun juga sebaliknya.
Semua tampak menatap Ratu, mendengarkan bagaimana wanita ini berbicara yang terdengar masih kaku namun cukup baik dalam segi bicara dan pengetahuan yang terdengar dari bibir ranum wanita itu. Hingga yang terakhir Raul menunjuk ke arah dimana Alfat duduk.
"Dan yang terakhir namanya Alfat, dia adalah manajer keuangan di perusahaan Papi. Jadi sedikit banyaknya kalian nanti akan saling bertemu dan bekerja sama. Ingat Ratu, keuangan masih akan tetap Papi pantau meski pun kelak Papi tak lagi memegang perusahaan ini. Dan kamu harus belajar banyak pada Alfat selama Papi masih ada." ujarnya membuat Alfat seketika mengangkat wajah mendengar ucapan sang atasan.
"Bagaimana ini? Tenanglah, dia hanya masa lalu. Sebaiknya lupakan semua dan bersikaplah biasa saja." tutur Alfat berusaha mengatur dirinya.
Terlihat jelas jika Ratu sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Ia merasa ini semua adalah hal yang wajar dan mudah untuk di praktekkan.
Beberapa waktu berlalu, tampak Ratu berjalan beriringan dengan sang papi di ikuti oleh beberapa bodyguard dan juga asisten pribadinya. Sapaan terus menghampiri keduanya dengan penuh hormat. Tak banyak pula yang mengagumi sosok gadis cantik yang terlihat begitu dewasa saat ini. Jika mereka mengingat bagaimana dulu Ratu berlari kesana kemari saat masih sekolah SMP dan SMA. Sering kali membuat ulah di luar sekolah mau pun di kantor.
Tentu rasanya ada kekaguman tersendiri saat melihat bagaimana wanita cantik ini menjelma menjadi wanita karir.
"Ayo kita makan siang. Rasanya Papi sangat lama tidak bersama anak gadis Papi. Tapi ingat, Ratu. Di perusahaan saat jam kerja Papi tetaplah seorang atasan." ucap Raul membuat kedua bola mata Ratu memutar malas mendengarnya.
"Tidak usah terlalu berlebihan memperingatkan aku seperti itu, Pi. Di jam kerja atau pun tidak sama saja rasanya. Kita bukan seorang anak dan ayah yang akrab dan saling menyayangi." ketus Ratu berjalan mendahului sang ayah yang mendapat penolakan darinya untuk makan siang bersama.
Wanita itu justru memilih untuk makan di kantin perusahaan sang ayah dari pada makan di restaurant luar. Laju kakinya melangkah tak sengaja sampai menabrak tubuh seseorang.
"Augh!" Keduanya saling bertabrakan namun yang terjatuh hanya satu wanita.
"Gimana sih?" ketus Ratu menatap kesal wanita yang tersungkur di lantai bawah. Tangannya yang terlihat memeluk rantangan makan membuatnya tak bisa menahan tubuh untuk tidak menyentuh lantai.
"Maaf, tapi tadi bukan saya yang menabrak. Justru anda, saya sudah berjalan hati-hati." wanita itu berkata jujur meski terdengar tetap dengan nada sopan.
Ratu mendelikkan mata mendengar pengakuan wanita di depannya yang berani menyalahkan dia. "Jadi maksudmu aku yang salah?" tanya Ratu dengan suara bernada tinggi.
Meski ingin sekali rasanya menjawab dengan iya, melihat banyaknya mata yang menatap ke arah mereka berdua membuat wanita itu memilih untuk mengalah. Ia ingat posisi suaminya di sini hanyalah bawahan yang bisa di pecat kapan saja dan ia sebagai istri tak ingin hal itu sampai terjadi.
"Citra, ada apa ini?" Sosok pria tiba-tiba saja muncul mendekat pada wanita yang berusaha berdiri. Namanya adalah Citra Anggraini, ia adalah istri dari Alfat.
"Alfat, kau mengenalnya? Siapa dia? berani sekali menyalahkan aku." geram Ratu dengan bibir yang berkomat kamit.
"Maafkan saya, Nona. Citra adalah istri saya. Tolong maafkan istri saya." ujar Alfat memohon meski ia yakin istrinya tak bersalah.
Mendengar bagaimana sang suami merendah, Citra pun merasa bersalah. "Nona saya minta maaf. Saya salah menabrak anda karena tidak hati-hati berjalannya." tutur Citra dengan menundukkan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments