Bab 4 - PCM

“Kamu diam disitu, fokus saja dengan gadgetmu seperti biasa,” titah Edwin pada Aiden.

Indra mengekor Edwin menuju ruang kerja pimpinannya. Lalu duduk berhadapan dengan Edwin di meja kebesaran pria itu.

“Aku tidak mau tahu, mulai besok jangan lagi ada perempuan itu di perusahaan.”

Indra menghela nafasnya, bukan hanya kali ini saja Edwin dengan seenaknya memberikan perintah untuk memecat karyawan yang melakukan kesalahan atau tidak bisa mengerjakan apa yang diperintahkan.

“Tidak bisa, Pak. Kita tidak bisa memecat Ayu,” ungkap Indra.

“Mengapa tidak bisa? Kita yang merekrut kita pula yang bisa membatalkannya dengan alasan jelas, dia tidak kompeten dan tidak  bisa melaksanakan tugasnya bahkan hampir mencelakai putraku.”

Indra menoleh ke arah Aiden yang terkekeh sambil menutup mulut dengan telapak tangan. Dia lalu menggelengkan kepala karena tahu ini semua ulah Aiden yang menyebabkan Ayu berada disituasi yang membuatnya bersalah.

“Baik perusahaan atau Ayu tidak bisa mengakhiri kontrak secara sepihak sebelum waktu berakhir atau harus mengganti rugi,” jelas Indra.

“Ganti rugI? Apa kamu gila? Sejak kapan ada aturan perusahaan seperti itu?”

“Sejak Pak Edwin selalu mengganti sekretaris dan seenaknya ingin memecat karyawan. Isi kontrak dirubah dengan denda lima puluh kali lipat dari gaji bersih jika salah satu pihak menyalahi kesepakatan.”

Edwin memaki dalam hatinya, bagaimana mungkin dia harus membayar lebih dari dua ratus juta pada perempuan yang tidak terlihat tidak kompeten.

“Pindahkan dia ke bagian lain, aku tidak ingin pekerjaanku semakin kacau karena ulahnya,” titah Edwin.

Indra tampak berfikir dimana harus menempatkan Ayu, karena memang belum ada posisi yang kosong pengajuan dari HRD. Tidak mungkin Ayu ditempatkan di bagian office girl, karena spesifikasi yang ditawarkan adalah sebagai sekretaris ataupun kalau harus dipindahkan minimal sebagai staf. Edwin hanya menambah tugas Indra dengan permasalahan Ayu.

“Sementara belum ada posisi yang cocok, dia akan tetap menjadi ….”

“Pah, Tante yang di depan biar menjadi pengasuh aku saja,” tutur Aiden sambil fokus dengan gadgetnya.

Edwin dan Indra menoleh ke arah Aiden lalu saling tatap. Indra berpikir kalau ide Aiden ada baiknya juga, karena ujung-ujungnya Edwin akan meminta dirinya untuk mencari pengasuh Aiden selain mengurus Ayu.

Sedangkan Edwin berpikir apakah Ayu bisa menjadi pengasuh Aiden. Jelas-jelas perempuan itu tidak memiliki basic sebagai pengasuh anak. Yang profesional saja tidak bertahan lama mengasuh Aiden. Tapi tidak ada salahnya mencoba usul Aiden.

“Sepertinya kita bisa coba usulan Aiden,” seru Indra.

“Kamu uruslah!”

Indra beranjak menghampiri Aiden yang duduk di sofa asyik dengan gamesnya.

“Kamu yakin ingin menjadikan Tante Ayu sebagai pengasuhmu?”

“Hm.” Aiden tetap fokus pada gadgetnya tanpa menoleh sedikitpun membuat Indra kesal.

Aiden benar-benar keturunan Edwin, gayanya sama-sama mengesalkan, batin Indra.

“Oke, kita akan coba satu bulan ke depan. Ini permintaanmu, aku harap dia tidak berniat mundur seperti pengasuhmu yang lain. Bersikap baiklah kepadanya,” tutur Indra.

Aiden pun melirik Indra, “Om pikir semua pengasuhku mundur karena ulah aku?”

“Lalu karena siapa?”

“Ck, itu karena mereka tidak bisa bekerja dengan baik,” sahut Aiden.

Edwin yang sedang fokus pada berkas di mejanya tersenyum mendengar jawaban Aiden. Putranya memang pintar menjawab atau beralasan dan ucapannya bisa dikatakan masuk akal.

“Terserah apa katamu saja. Aku akan bicara dengan tante Ayu, mulai besok dia akan bekerja di rumahmu. Baik-baiklah dengannya,” titah Indra pada Aiden.

Indra berdiri di depan meja Ayu, gadis itu terlihat melamun dengan wajah cemberut.

Tok tok

Indra mengetuk meja Ayu menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

“Eh, ada yang bisa saya bantu Pak?” tanya Ayu sambil beranjak berdiri.

“Fokuslah bekerja jangan melamun,” ujar Indra sambil tersenyum. “Setelah makan siang, temui aku di ruangan,” titah Indra.

“Baik, Pak.”

Huft.

Ayu kembali duduk, sambil menghela nafasnya.

Nasib-nasib, baru juga kerja dua hari sudah mau dipecat aja. ini semua gara-gara bocah itu

Ayu mengepalkan kedua tangannya sambil memicingkan kedua matanya.

“Kalau benar aku dipecat, akan aku unyeng-unyeng wajah bocah itu,” gumam Ayu.

“Siapa bocah yang tante Maksud?”

“Astaga!” pekik Ayu sambil mengusap dadanya karena terkejut. Bocah yang dia maksud sudah berada di samping meja kerjanya menatap tajam ke arahnya.

“Hm. Bukan urusanmu,” jawab Ayu sinis. “Ada apa kamu disini, lebih baik masuk ke dalam. Temani Papa Mu dan jangan membuat ulah yang membuatku semakin bersalah,” ucap Ayu lirih tapi bisa didengar oleh Aiden.

“Mengapa menyalahkanku. Tante memang salah karena tidak bisa bekerja dengan baik dan membiarkan anak kecil bermain dengan alat yang berbahaya,” tutur Aiden.

“Apa katamu? Kalau kamu tahu alat itu berbahaya kenapa malah dimainkan, argh ….”

Aiden terkekeh melihat Ayu kesal.

“Hei bocah, semoga kamu mendapatkan Ibu pengganti yang galak dan membuatmu tidak bisa berulah lagi." 

 

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

aamiin

2023-12-14

0

Is Wanthi

Is Wanthi

Ay, kalo bener kamu jadi pengasuh Aiden, selamat menikmati pertualang bersama duda dan anak yg sama tingkah polahnya

2022-12-29

1

mariammarife

mariammarife

Ayu omongan adalah do'a yg jadi ibu pengganti nya kamu

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!