Ayu sudah kembali ke meja kerjanya. Menundukkan wajah memikirkan ulahnya tadi, bahkan sampai membuat Pak Edwin marah. “Benar-benar kesan yang buruk,” keluh Ayu. Edwin bahkan menolak saat Ayu ingin membersihkan mejanya, memilih meminta Indra memanggil OB.
Menjelang jam makan siang, Indra keluar dari ruangan Edwin. “Sabar ya Ayu, kamu hanya gugup. Ingatkan OB untuk mengantarkan makan siang Pak Edwin,” titah Indra.
“Baik, Pak.”
Seharusnya Pak Indra yang jadi atasan aku, lebih kalem dan baik. Nggak seperti yang ada di dalam, batin Ayu sambil mencibir.
Setelah memastikan makan siang atasannya sudah diantar, Ayu menghubungi para peserta rapat project yang akan dihadiri oleh beberapa orang manager dan staf. “Oke, beres. Aku makan siang dulu,” ujar Ayu dengan penuh percaya diri dia meninggalkan meja kerjanya.
Sesuai dengan jadwal bahwa setelah makan siang akan ada rapat mengenai project baru. Edwin pun menuju ruang rapat bersama dengan Indra. Keduanya terkejut saat melihat ruangan masih sepi, hanya ada staf IT yang sedang memastikan layar dan proyektor dapat digunakan.
“Apa aku salah membaca jadwal?” tanya Edwin lalu meninggalkan ruangan rapat.
Saat ini Edwin sudah berada di depan meja Ayu. “Kamu sudah mengatur jadwal rapat hari ini?”
“Sudah Pak.” Dengan penuh keyakinan Ayu mengingat bahwa dia sudah mengirimkan pesan pada para peserta rapat juga sudah memesan konsumsi untuk rapat tersebut sesuai dengan list tugas yang dibuat oleh sekretaris sebelumnya.
“Coba kamu buka lagi jadwalku hari ini dan bacakan!” perintah Edwin masih berdiri dengan kedua tangan dilipat di dada.
Ayu membacakan jadwal Edwin, ucapannya terhenti saat membacakan jadwal rapat. “Rapat manajemen project … pukul tiga belas tiga puluh.”
“Hm.”
Ayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu, “ Hehe, maaf Pak. Sepertinya saya keliru membaca jadwal. Saya pikir jam tiga sore.”
“Bukan hanya kamu yang keliru. Indra dan bagian HRD sepertinya keliru menerima kamu di sini.”
“Hahh.”
“Pastikan peserta rapat kumpul dalam lima belas menit!” teriak Edwin lalu masuk ke dalam ruangannya.
“Ba-baik Pak.”
Ayu mengetuk dahinya. “Ceroboh, ceroboh banget sih. Kenapa bisa salah baca jam,” keluh Ayu lalu meraih gagang telepon yang ada di atas meja, menghubungi kembali para peserta rapat.
***
Pagi ini, Ayu tiba di kantor tidak semangat seperti hari pertama dia bekerja. Kemarin dia bekerja cukup memberikan kesan buruk dengan menumpahkan kopi dan salah mengundang rapat.
Huftt.
“Semangat Ayu,” ujarnya bermonolog saat akan melangkah masuk ke dalam lobby.
Memastikan meja kerjanya sudah aman, Ayu juga memastikan ruangan Edwin sudah aman dan nyaman sebelum pemilik ruangannya itu datang.
Sedangkan di kediaman Edwin.
“Papah, kenapa Aiden tidak ke sekolah hari ini?” tanya Aiden saat Edwin bergabung di meja makan.
Sebenarnya Aiden baru duduk di Taman Kanak-kanak karena umurnya baru lima tahun. Tapi Edwin cukup kesulitan dengan tingkah Aiden di sekolahnya. Termasuk kejadian kemarin.
“Kamu dihukum tidak boleh sekolah hari ini dan besok. Papah akan mengijinkan kamu sekolah kalau sudah mendapatkan pengasuh yang baru.”
“Tapi ….”
“Tidak ada tapi Aiden, habiskan sarapanmu dan ikut Papah ke kantor. Sebaiknya hilangkan kebiasaan usil kamu, karena bisa membuat orang lain celaka.”
“Aku bukan usil, hanya memperingatkan orang supaya lebih hati-hati.”
Edwin menghela pelan, mendengar jawaban putranya. Untuk ukuran anak seusianya, Aiden cukup cerdas dan memiliki karakter usil sering mengganggu orang lain.
Edwin dan Aiden pun akhirnya tiba di kantor.
“Papah, aku duduk di sana ya,” pinta Aiden menunjuk sofa yang ada di lobby.
“Jangan keluar, kalau sudah selesai kamu ke ruangan Papa.”
Aiden hanya menganggukkan kepalanya. Edwin menitipkan pesan pada resepsionis untuk mengawasi putranya.
Ayu dengan sigap menyambut kedatangan Edwin, berjanji kalau hari ini akan melakukan tugas dengan baik. Membacakan jadwal hari ini termasuk mengantarkan kopi untuk atasannya. Semua dilakukan oleh Ayu dengan hati-hati.
“Ayu, pastikan orang-orang yang namanya tertera di dokumen ini memberikan tanda tangan di kolom yang tersedia,” perintah Indra.
“Sekarang, Pak?”
Indra terkekeh, ingin sekali dia menjawab melenceng dengan mengatakan tahun depan atau terserah kamu. “Tentu saja sekarang.”
Ayu pun menuju beberapa divisi untuk memenuhi tugas dari Indra. Terakhir adalah perwakilan dari resepsionis, Ayu sudah berada di lobby. Setelah mendapatkan tanda tangan yang lengkap, dia masih berdiri di meja resepsionis memandang ke arah sofa. Merasa aneh ada anak kecil yang sedang duduk di sana, dia pun menghampiri bocah yang asyik dengan ponselnya.
“Woww,” ujar Ayu melihat game yang dimainkan sang bocah. Ayu duduk di samping bocah tersebut, kemudian menyampaikan trik agar memenangkan game yang dimainkan oleh bocah itu.
“Yess,” ujar bocah itu saat dia memenangkan permainan.
“Kalau mau menang terus, pakai trik yang aku bilang tadi.”
Aiden memicingkan matanya menatap perempuan yang duduk di sampingnya. “Tante main game juga?”
“Hm.”
“Tapi aku punya trik lain untuk menang.”
“Benarkah? Kapan-kapan kita harus main bareng,” ujar Ayu. “Oke, bocah.” Ayu mengusap kepala Aiden dan mengacak rambutnya membuat Aiden mendelik tidak suka. Ayu melambaikan tangannya dan meninggalkan Aiden.
“Hm, aku suka tante itu. Sepertinya dia lawan yang seimbang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Lilis Wn
cocok karna game ini mah 😂
2024-02-25
0
GZone Reborn
pertemuan pertama calon anak tiri
2024-01-22
1
Agustina Kusuma Dewi
awal perjumpaan anak emas
2023-12-14
1