Penasaran

Malam yang sunyi merangkak maju. Tawa bersamamu kini telah hilang terbawa angin. Kian hari hati semakin rindu. Banyak korban atas cintamu

Langkah kaki gontai menuju kamar cintaku.

"Suaramu Arya sayang masih tetap bersama ibu, kau pantas berada di surganya Allah nak. Tunggu ibu di sini ya." Ku usap lembut foto buah cintaku bersama Mas Reno.

Hingga kini batin dan hatiku selalu sakit, jika mengingat tangan mungil yang sangat ku sayangi harus terpotong oleh ayahnya sendiri.

*****

"Telah satu minggu ini aku menunggu, banyak cerita yang kami bagi semua tentang rindu. Wajah cantik dan senyum manis tak ada menghibur setiap lukaku. Sri cepatlah kembali" batin Sila menangis.

Satu minggu telah berlalu, Sri tak kunjung kembali menemui teman senasibnya yaitu Sila. Hujan kali ini benar benar membuat hati sila ketakutan. Entah pertanda apa kali ini.

Hening....

Hingga tiba tiba suara gemuruh beserta kilat yang besar tepat menyambar samping pohon tempat Sila berteduh. Spontan ia berteriak dan memeluk sesuatu yang basah di samping kiri nya. Sentuhan dingin di atas kepala membuatnya merasa nyaman.

"Sri!" ucap Sila dengan terkejut seraya mengeratkan pelukannya.

"Sudah jangan menangis, aku kembali." Dengan suara lembutnya Sri membuat hati Sila semakin tenang.

"Jangan pergi tinggalkan aku Sri. Aku takut sekali jika sendiri. Setiap hari Mas Fahmi dan Mbak Nindi selalu saja memanggil namaku dengan didampingi seorang dukun." bulir bening berjatuhan membasahi pipi Sila .

Angin menyapa membuat hati kian tenang. Hujan mulai reda, disusul dengan terbitnya sang fajar.

"Sudah jangan menangis terus, akan ku bantu kau balas semua perbuatan biada* Fahmi." Penekanan di setiap ucapan Sri membuat Sila kembali bersemangat.

--------

Sang fajar mengintip dari balik awan yang masih tertutup kabut. Perlahan ku mulai merencanakan semua pembalasan ini pada dua orang manusia berhati Ibli*.

"Sudah punya rencana?" tanya Sri membuyarkan lamunanku.

"Sudah, tinggal tunggu nanti malam." ucapku seraya tersenyum.

"Tapi ngomong ngomong bagaimana kabar suamimu Sri?" sambungku.

Tawa melengking Sri membuatku heran, sampai sampai tak terasa perutku berbunyi tanda ingin diisi. Kalian pasti bertanya tanya, masa setan lapar? tentu kami juga lapar, bedanya kami makan apapun yang berbau anyir dan berwarna sedikit merah.

"Wanita jal** itu telah mati oleh suamiku. Dan suami tercintaku telah dimasukan kedalam rumah sakit jiwa sebab ia menjadi gila" Tawa kepuasan terpancar dari suara melengking yang ia buat.

"Sudah tunggu disini Sila jangan banyak bertanya. Kurasa perutmu sudah lapar, aku akan pergi membawa sesajen dari orang bodoh yang disimpan didekat kuburan eyang kangkung" lanjut Sri dengan tawa terbahak bahak

Dia adalah teman sealam Sila, tak pernah menunjukan rasa sakit dan luka dihatinya. Bersikap semua baik baik saja padahal Sila bahkan tahu bahwa hatinya sangat hancur. Pernah satu kali, ia membawa anak orang yang memiliki muka mirip dengan Arya keatas pohon bambu. Ia rindu pada buah hati tercintanya, sampai sampai ia rela mengorbankan nyawa agar anaknya bisa hidup kembali.

Pernah suatu hari ia sengaja datang ketempat orang bodoh untuk menghidupkan anaknya kembali. Alih alih mendapatkan kembali anaknya, justru ia dijadikan peliharaan dukun sableng sampai akhirnya ia bisa terbebas berkat bantuan pak kiyai yang berpapasan dengannya dijalan. Mata hati Sri akhirnya terbuka, ia sekarang justru lebih bahagia sebab tahu Arya anaknya tengah bersama Allah di syurganya yang indah.

Sila kini bahkan sangat senang dan bahagia walaupun kini bukanlah seorang manusia. Setidaknya ia masih bisa merasakan setiap pergerakan putranya di dalam perutnya sendiri. Sila bahkan sesekali merasakan terkejut ketika tendangan yang kuat dari janinnya yang ikut tiada bersamanya dulu, masih sangat aktif bergerak di dalam perutnya.

"Sri tolong bawakan ayam dan bunga kantil yang banyak untukku ya" ucap Sila dengan senyumnya yang manis.

"Tentu saja La. Aku akan membawakan semua sesajen itu untukmu. Tenang saja, mereka sangat tahu kesukaan para set"n disini. Alih alih mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka justri semakin jatuh kesulitan dalam kesengsaraan akibat persekutuan ini"

Sila menganggukan kepala mendengar ucapan Sri. Ia juga tahu memang ucapan Sri itu benar sebab beberapa manusia justru memilih bersekutu dengan ibli* hanya karena menginginkan harta yang berlimpah dengan mengorbankan nyawa keluarga mereka sendiri.

"Ya sudah aku pergi dulu" Sri pun berpamitan dan langsung pergi melayang ke udara.

Sila hanya bisa menatap temannya tersebut dan mulai kembali memainkan rambut panjangnya yang kusut untuk menghilangkan rasa kesalnya.

Hampir satu jam, Sila menunggu Sri di atas pohon tempatnya tinggal. Namun tak terlihat tanda tanda Sri akan pulang kembali.

Batin Sila bahkan kembali risau dan gundah. Ia benar benar sudah bergantung pada Sri sehingga ia tak rela jika sahabatnya itu pergi terlalu lama meninggalkannya.

"Dimana dia?' ucap Sila dengan pelan.

Untung saja, tak lama kemudian, dari kejauhan terlihat sesosok arwah wanita tenang melayang di udara dengan rambutnya yang panjang terurai begitu saja datang ke arah Sila. Bukan rasa takut yang selalu ia tunjukan ketika menjadi manusia ketika melihat kuntilanak, justru setelah menjadi bagian dari arwah penasaran Sila sangat senang melihat sosok menyeramkan itu kini datang ke hadapannya.

Mulut Sri yang penuh dengan darah dan bulu ayam membuat Sila sedikit terkekeh dan tertawa. Sri benar benar kuntilanak yang cukup ceria dan berbeda dari yang lain. Bisa di katakan jika memang Sri bukanlah kuntilanak yang selama ini Sila pikirkan. Selama Sila hidup, ia berfikir bahwa kuntilanak adalah arwah menyeramkan yang sering membuat seseorang takut dan jahat. Namun setelah ia menjadi salah satu hantu penunggu di daerah tersebut, Sila bahkan sangat senang melihat arwah arwah yang bergentayangan setiap malam di dekatnya sebab ia merasa kini memiliki banyak teman dan tak sendirian.

"Kau habis makan ayam hidup lagi Sri?' tanya Sila dengan tawanya yang melengking.

Sri bahkan segera meletakan satu nampan penuh sesajen berisikan ayam dan beberapa bunga di depan Sila untuk sahabatnya itu makan. Ia bahkan mulai mengusap ceceran darah yang melekat di sekitar bibirnya dengan kasar untuk menghilangkannya.

"Aku sudah biasa mencuri ayam milik Pak Kasim Sil. Aku bahkan tak segan untuk memakan dua ekor sekaligus untuk menambah staminaku saat menakut nakuti warga disekitar komplek ini ketika malam"

Sila hanya menggelangkan kepala mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Ia bahkan sangat senang melihat kekonyolan Sri yang setiap harinya selalu memberikan kesan dan kekonyolan untuk menghilangkan kesedihan di hati Sila.

"Oh iya Sil. Tadi kudengar ada seorang pria berniat bumuh diri di dekat sungai desa sebelah" ucap Sri mebuat Sila sedikit penasaran.

"Bunuh diri? kau tahu siapa dia Sri?" tanya Sila seraya mulai menggeserkan tubuhnya mendekati Sri.

Sria sangat senang melihat Sila tampak ceria dan tak segan bertanya padanya.

"Aku tak tahu siapa dia Sil. Aku hanya tahu dia memiliki tato elang di tangan kirinya dan rambutnya berwarna hitam legam dengan wajahnya yang hancur akibat benturan yang mungkin terjadi sebelum ia mati" jelas Sri dengan tegas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!