Berhenti

[Anakku sayang, maafkan ibu yang tak bisa melihat wajah manismu, yang tak bisa memeluk erat tubuhmu, yang tak bisa menenangkanmu disaat kau menangis.

Ibu sayang padamu nak, tunggu ibu disana. Beritahu tuhan bahwa ibu melakukan ini karna terpaksa]

Setiap detik, kunikmati setiap pergerakan didalam perutku. Ayahnya yang telah merenggut kasih sayang ibu pada anaknya. Merenggut seorang anak dari ibunya.

Biad** itulah kata yang pantas untuk Mas Fahmi. Dan kata apa yang pantas ku sematkan untuk kakak tercinta.

"La, tadi ku dengar suamiku dan si ja**ng itu akan pindah dari luar kota ke tempat tinggalku dulu" ucap Sri dengan girang.

Kulihat kini ia mulai terlihat riang kembali. Sesekali terdengar senandung ria dari mulut manisnya.

"Balaskan dendammu, dan ajaklah suamimu ke neraka. Hingga suatu saat kau akan bisa bertemu dengan anakmu Sri" jawabku dengan lantang.

"La, ku ajarkan semua keburukan ini padamu. Jangan kau ikuti cara salahku. Kau layak mendapatkan kebahagiaan disurga sana. Aku yang terlalu sakit, hingga ingin membuat mereka merasakan sakit yang pedih daripada sebuah kematian. Ku tahu caraku ini salah. Tapi dengan ini aku dapat melihat setiap penyesalan yang telah mereka lakukan pada putraku" tangis Sri tak terbendung. Kini dengan emosinya kurasa ia akan menunggu saat 2 manusia berakhlak hewan itu pindah kerumah impiannya dulu.

Malam telah datang, saat dimana aku bisa keluar dengan bebas. Sering sekali, Sri mengajakku untuk nongkrong dipinggir aliran sungai, hanya untuk mengganggu pemancing yang tak lain adalah fans berat Sri saat jadi manusia.

Kutiup leher pria bertopi yang sedang mengaitkan umpan pada pancingannya, hingga saat bulu kuduknya telah berdiri. Saatnya Sri menatap mata pria itu dari jarak dekat. Sering sekali mereka pingsan dengan ulah kami dan tentunya kami hanya tertawa saja.

Cahaya dari sebuah motor, menyilaukan pandanganku hingga mataku sedikit kabur oleh sinarnya, dan membuat hatiku seketika bergemuruh.

Hatiku semakin hancur dan lukaku semakin dalam. Entah sampai kapan dua manusia kotor ini, akan terus melakukan dosanya.

Motor yang melintas ini, tak lain adalah motorku. Dulu saat aku bekerja jadi TKI, sengaja ku belikan Mas Fahmi motor agar bisa bekerja. Namun saat ini ku tahu bahwa motorku hanya dipakai untuk berjalan-jalan dengan Mbak Nindi.

Aku hanya seorang ibu yang kehilangan anaknya. Betapa sakit hati ini kala tahu bahwa selingkuhan suamiku adalah kakak kandung sendiri. Ku tahan motor yang Mas Fahmi tumpangi agar tak jalan, dengan sekuat tenaga ku tetap tahan motor ini agar 2manusia biad** ini tak pergi kemana-mana.

"Mas..." ku bisikan dengan lembut suara ini.

Nampak Mas Fahmi seketika menjadi lelaki pengecut.

"Nindi, ada apa panggil mas?" dengan terbata ia mengucapkan kalimatnya.

"Aku gak panggil Mas dari tadi. Mas ngigo ya?" Saat ini mungkin Mbak Nindi tengah heran, dengan sikap kekasihnya.

"Ini motor kok gak jalan ya. Mana ini jalannya sepi, masih jauh pula rumah kita"

Ingin sekali ku cabik muka jelek sibreng** Fahmi. Dengan enteng ia berucap bahwa rumahku adalah rumahnya dan Mbakku yang berhati ibl**

"Jangan takut mas, kan ada Nindi disini. Lagi pula ini tempat sepi paling enak dipake tempat romantis. Mas gak pengen gitu sesekali mencoba suasana baru" goda Nindi pada Fahmi.

Tanpa basa basi, akhirnya nafsu Mas Fahmi muncul juga. Kulihat ia kini bejalan seraya berpelukan, menuju gubuk kecil tempat para pemancing beristirahat.

Apa lagi yang akan dilakukan manusia-manusia kotor ini lakukan. Ku ikuti langkah mereka menuju tempat itu. Akhirnya merekapun masuk dan mengunci rapat gubuk ini. Emosiku sudah dipuncak, tak peduli apapun, kini kurasa wajahku telah berubah. Terasa darah segar membasahi seluruh keningku dan terasa sekali banyak hewan kecil yang menggeliat diarea pipiku.

"brakkkk"

Ku banting pintu ini dengan sekali dorongan. Entah darimana kekuatan ini muncul, kulihat 2manusia kotor ini masih lengkap menggunakan bajunya.

"Ka.....kau" tatapan makhluk menjijikan yang tak lain adalah Mas Fahmi membuatku ingin sekali merobek kulit wajahnya.

"Manusia biad**, sudah lama kita tak bertemu" ucapku seraya tersenyum lebar.

Kini wajahku kurasa telah menjadi semakin berlubang oleh ulat yang terus menggerogot. Sensasi geli membuatku ingin sekali tertawa, namun disisi lain hatiku yang hancur membuatku ingin meluapkan semua amarah dan dendam ku pada kepa*** ini.

"Mbak Nindi, sudah lama Mbak tak menyapaku. Bahkan saat aku dikubur hidup-hidup, mbak nampak sangat bahagia bisa memiliki Mas Fahmi seutuhnya, sampai lupa bahwa keponakan mbak juga ikut terkubur bersama jasadku" raut wajah sedihku cukup nampak membuat kedua manusia ini pucat pasi.

"Kau sudah mati Naisila! pergi kau!" bentak Mas Fahmi padaku.

"Kenapa mas bentak sila? bukannya mas ingin lihat bayi kita lahirkan? sudah 2 bulan bayi ini terus bergerak di perutku mas, tapi sampai saat ini dia belum lahir juga" tangis ku pecah kala mengingat semua kejadian mengerikan itu.

"Mbak mohon ampun La, mbak gak salah. Mas Fahmi yang telah menggoda mbak" kini wanita jal*** itu mulai bersuara.

Tak peduli ikatan apa yang kumiliki bersama mereka, saat ini aku hanya memiliki misi untuk membalaskan semua rasa sakit ku dan anak dalam perutku.

"Hihihihi...." tawaku menggelegar, membuat nyali mereka menjadi ciut.

"Bukannya kau akan melakukan hal yang membuat kalian sama sama lupa akan dunia? Silahkan lanjutkan adegan tadi. Buka semua pakaian kalian! oh ya aku lupa, tanpa membuka pakaian pun kau tetap terlihat seperti binatang!"

Ku hampiri Mas Fahmi dan Mbak Nindi yang tetap tak melepaskan pelukannya. Kurasa bahwa kini saatnya ku bunuh dua ibl** ini.

Kuambil sebuah linggis didekat pintu dan.....

"La jangan" suara lembut Sri membuatku berhenti.

Aku menatap sosok tak asing itu dengan heran. Mengapa ia menghentikanku disaat saat seperti ini? hatiku sudah sangat sakit dengan tingkah laku keduanya. lalu kenapa aku yak beh melakukan apapun yang aku mau. Aku sungguh ingin mengambil nyawa kedua manusia ini dengan sadis. Persis seperti saat mereka melenyapkanku dulu.

Namun Sri bahkan menghentikan tindakanku saat ini. Hingga membuatku sedikit muak dan kesal. Sosok itu perlahan mulai menghilang seiringan dengan tanda tanya besar di dalam hatiku.

"Aku akan membuat kalian menyesal dan menangis di kakiku. Kalian pantas menderita dan mati di tanganku!". Ku melayang kian jauh dari pandanagn kedua ib** tersebut.

Aku harus tahu alasan kenapa Sri menghentikan aktivitas menyenangkanku. Dia ingin aku membalaskan dendamku namun kenapa ia malah menghentikan kegilaanku. Sri benar benar sosok yang sangat misterius.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!