...Kita seringkali lebih menderita di dalam pikiran di banding kenyataan"...
...-Erlangga-...
BRAK!
Dengan tendangan kaki yang cukup kuat itu mampu untuk mendobrak kamar chiko yang memang tadinya dikunci. Dan tentu saja Elang kaget saat melihat siapa sosok itu.
"Bego lu pada ya?! Ini udah malem g*blok! Loe masih bisa berisik?! Mending jadi ba*i aja sana sekalian kalo loe mau berisik, ba*gsat!" Ketusnya dengan nada tinggi.
"Eeeh?! Apa loe bilang?! Loe ngomong kasar lagi?! Gua bilangin ke papah lu ya!" Jawab chiko dengan nada tinggi juga, ia tak terima dirinya di maki seperti itu.
"Bodo amat! Yang penting malem ini gua tidur tenang! Awas kalo berisik lagi, gua tendang pa*tat lu ya! Dasar si B*bi!"
BRAK!
"Setan!" Ketus chiko juga yang membuat Elang kaget. Bisa bisanya dia bilang gitu.
"Chio... Maksudnya apa...? Loe mau ngeduluin gua? Loe ternyata udah pacaran sama Bulan? Dan malah tinggal satu rumah? Gini cara loe nusuk temen ya," ungkap Elang tak percaya, ia kecewa pada Chiko.
"Drama banget loe! Dia adek laknat gua, gak sudi sih sebenarnya nganggap adek, orang kelakuannya kayak setan, Loe, loe jangan mau deh sama dia, gua jadi kesel abis liat kelakuan dia kayak gitu," Jawab Chiko masih dengan nada marah.
"Oh... Hahahaha, adek toh... Tapi kok gua gak pernah liat di rumah loe ya? " Tanya elang yang bisa bernapas lega.
"Dia tinggal di kosan gara gara kasar mulu, tapi akhirnya balik gara gara kosannya banyak Jurig nya," Jawab Chiko mulai tenang.
"Gua lupa ya kalo loe juga anak pak Direktur, bisa bisa nya gua telat nyadarin, ehem, sabi lah jadi pacar gua ehem," Kata Elang tiba tiba memerah.
"Hh, kalo bisa sok aja," Jawab chiko tersenyum elang. "Yang penting udah dapet restu kakak ipar," Ucap elang bangga hati.
Tengah malam...
Bulan terbangun karena perutnya yang terus berdering minta diisi. Ia pun berjalan malas ke arah kulkas, melihat apakah ada yang bisa dimakan. Tentunya jawabannya memang ada, tapi ia malas masak masak. Akhirnya, dengan rasa kecewa, ia mengambil susu dan kembali menutup kulkas. Namun, tiba tiba saja perasaannya merasa tidak enak dan merinding.
Ia memberanikan diri melihat ke belakang.
"Hah?! Aaaaahhhhhh!!!!!" Teriak bulan sambil melempar susu itu.
"Aduh! Seserem itu ya gua?" Tanyanya yang ternyata adalah Elang.
"Ngapain loe disini?! Ba*gsat gua kan kaget!" Seru Bulan sambil memegang dadanya.
"Dont worry, gua orang baik yang gak akan pernah nyakitin elo lan, eh, btw loe kenal gua gak?" Tanya Elang sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Pergi loe burung jelek! Jangan ngintipin orang sembarangan atau gue...
"Tendang pantat gua...? Emang bisa?"
Tanya Elang sambil mendekati Bulan, dan si bulan ini terpojok di kulkas.
"Ukh..."
" Hahaha, canda deh, gua kesini soalnya denger suara, eh ternyata ada Bulan, makan bareng yuk, gua beli nasi goreng, kwetiaw, bihun goreng," Tawar Elang sambil menunjukkan beberapa makanan di kantong plastik berwarna hitam.
"Gak usah, gak butuh," Tolak Bulan dengan dingin, yah... Bulan masih menaruh dendamnya karena kekalahannya saat bermain volly.
"Beneran nih...? Nasi gorengnya mas ojin enak lho, gua tawarin sekali lagi, mau gak?" Tanya Elang yang kedua kalinya.
"Nggak," Jawab Bulan simple.
"Yaudah, gua pergi ya," Kata Elang dan bulan hanya diam saja tak berkomentar.
"Yah... Pergi..."
Saat Elang membalikkan badannya dan siap melangkah pergi, Bulan menahannya dan menarik tangan Elang. Tentu saja Elang puas dengan hal itu, mana mungkin Bulan menolak di tengah perutnya yang sedang keroncongan itu.
"Yaudah, mana sini," Ucap Bulan malu malu, ia tak berani menatap Elang yang kini tersenyum senang.
"Hehee... Udah gua duga bakal kayak gini, mintanya yang bener dong..." Rayu Elang.
"Bacot! Sini, udah dibaikin juga..." Ketus Bulan sambil merebut kresek hitam dari Elang.
"Hahaha, manis banget..." Gumam Elang geram.
Bulan yang sedang menyiapkan piring itu diam diam diperhatikan Elang. Elang yang hendak meraih kepala Bulan untuk di elus itu tertahan karena tangan bulan yang menahan elang untuk menyentuh kepalanya.
"Jangan nyentuh sembarangan..." Kata Bulan memperingatkan.
"Kalo udah SAH, bolehkan? Hehehe, lagipula... Loe yang megang gua duluan," Jawab Elang sambil tersenyum smirk. Bulan pun kembali melepaskan cengkramannya.
Di pagi hari...
Jam set 7, Elang kembali ke rumahnya. Tentu saja suasananya masih terlihat baik baik saja sampai sebelum dia datang.
"Assalamualaikum... Mamah... Bapak... Elang udah pulang...^^~" Sapa Elang sambil tersenyum ramah, senyuman maut yang mampu menyerang kedua orang tuanya. "Waalaikumussalam," Hanya itu jawaban dari keduanya.
"Kenapa pada diem diem? Nih, Elang bubur kacang tanpa roti kesukaan bapak, Elang juga bawa comro kesukaan Mamah, dimakan, jangan lupa," Ucap Elang sambil memberikan makanan itu kepada orang tuanya dan ia segera menuju kamarnya.
Lalu, pecahlah keheningan tersebut dengan tawaan dari sang bapak. Mamah juga menahan Elang untuk pergi dan menyuruhnya untuk duduk.
"Your son is angry, Dont be angry boy," ucap sang ayah sambil menepuk bahu Elang.
"Itu sebagai hukuman biar kamu nggak kabur lagi, eh... Malah kamu yang ngambek," Sahut mamah juga.
"Elang gak suka didiemin, mamah juga kan udah tau..." Ucap elang merajuk, ia juga kembali manyun layaknya anak TK yang tak diberi jajan.
"Buyao zai taopao," (Jangan kabur lagi). Si bapak kembali berucap.
"Tuh da... Ngomong apa lagi si bapak teh?" Tanya elang setengah tertawa.
"Duka mamah ge teu ngartos," Jawab sang mamah tertawa.
"Here, breakfast first,"
"No thanks, i'm full dad, mamah, Elang kayaknya udah nemuin tipe yang elang mau deh," Ucap Elang mulai bercerita, sambil pakai seragam, ia pun bercerita.
"Haduuh... Kamu kan gak bener kalo nyari cewe, awas nyari yang kayak zamet, cari calon istri tuh yang pinter, yang sholehah, yang bersih hatinya," Jawab mamah menasehati.
"Yes... Like your mom El," Sahut si bapak yang merangkul mamahnya sampai si mamah memerah.
"Ahaha... Yah... Walaupun gak se-detail yang mamah bilang tapi Elang yakin dia jodoh Elang," Jawab Elang lagi.
"Aduh, masih kecil udah tinggi impiannya, mana mau kali dia sama elu," Sahut zhao yang sedang makan salad.
"Lah, apa masalahnya sama elo? Huh!" Elang yang mulai kesal dengan saudaranya.
"Yah... Pokoknya semoga cewek yang kamu pilih sekarang adalah yang terbaik, ya, bisa bawa kamu kejalan yang bener, jangan ketipu sama penampilan,"
"Tenang mah, jikalau siang pasti ada malam, ada laki laki pasti ada perempuan, ada air pasti ada api, ada matahari pasti ada bulan, sama halnya kayak Elang, ada Elang pasti ada Bulan yang menyinari hidup Elang dan menjalin hubungan yang sakinah mawaddah warohmah, Ekhem..." Ucapan Elang yang tiba tiba bijak itu membuatnya kembali memerah dan malu.
"Hahahahah, namanya bulan?! Bulan sabit kali... Masa mau nikah sama Bukan sih?" Sahut Adit yang julid.
"Dih... Namanya emang Bulan kali, Dia cantik, loe aja yang gak tau, Lagipun apa salahnya kalo namanya bulan? Nama pacar loe aja mawar kan? Emang loe mau nikah sama Bunga yang banyak Cucuknya?! Pasti dia juga manusia kan? Bukan tanaman?" Jawab Elang tak terima.
"Udah udah... Kalian tuh kayaknya ceweknya gak ada yang normal, namanya aneh aneh," Ujar Zhao yang membuat adit dan Elang melirik padanya.
"Nama Cowok loe juga LANGIT!!!"
Elang yang kesal karena tidak ada yang membelanya dan merasa terpojokkan akhirnya diam diam menyelinap masuk ke kamar Zhao dan mengambil skripsinya, tak lupa ia juga mengambil tugas kerja kelompok milik Adit dan pergi ke sekolah menggunakan Scoopy kesayangannya.
Di rumah...
"Mamah...! Tugas Zhao nggak ada! Itu penting banget!!!" Teriak Zhao panik.
"Tugas kerja kelompok Adit juga nggak ada...!!!"
Sudah berkali kali Zhao mencari skripsinya tapi ia tak bisa menemukannya. Dan ia telah menduga pelaku dibalik hilangnya skripsi miliknya.
"Elang... Adek Laknat... Liat aja loe ntar..." Ancam Zhao sambil mengepal tangannya.
"Makannya... Udah mamah bilangin kan, jangan mojokin Elang, timbal baliknya ke siapa coba?" Sahut mamah dari belakang dengan lembut.
"Haaah... Seketika hati gua adem... Kenapa ya?" Gumam Elang dijalan karena dirumah, dirinya di bela oleh sang mamah.
Namun sesampainya di sekolah...
Apa yang terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments