Chapter 3

...Kamu itu bagaikan pohon.jika pohon bisa menyerap CO² Dan menukar nya dengan O² untuk manusia hirup.maka kamu bisa menyerap kesedihan ku Dan menukar nya dengan kebahagiaan"...

...-Erlangga-...

"Assalamualaikum... Eh?!"

Elang terkejut ketika mamahnya menatap tajam seperti hendak menerkamnya. Kenapa? Apa yang dilakukan Elang?

"Wa-alaikumussalam..." Jawab mamah dengan nada dingin.

"Kenapa mah? Serius amat, jangan gitu ah... Elang deg deg-an nih," Kata elang yang hendak mencairkan suasana.

"Erlangga... Duduk," Titah sang mamah dengan nada yang sama, dan Elang si penurut pun langsung duduk dengan wajah polosnya itu.

"Elang... Pistol bapak dikemanain...?" Tanya mamah memojokkan Elang. Masih dengan tatapan yang sama, Tiba tiba Elang terkena serangan panik, dimana ia tidak bisa berbicara ketika di pelototi begitu.

"P,pistol... Bapak...? Y,yang mana ya...? E,elang gak... Paham..." Jawab Elang kaku, ia mulai berkeringat dingin.

'Gawat! Gua panik! Gua gak bisa ngomong kalo kayak gini...' Batin Elang sambil memegang dadanya.

Mamah yang menyadari bahwa Elang kena serangan panik itu menjadi iba dan kembali memasang raut wajah yang khawatir. Dengan nada lembut, mamah memegang bahu elang yang bergetaran. Dan Zhao yang julid itu hanya menyaksikan drama itu dari jauh sambil makan Qtella rasa tempe.

"Huuh... Tadi ada maling, 2 orang, sedangkan mamah sendiri di rumah, dan pistol bapak yang sengaja di tinggalin di rumah malah gak ada pas di saat genting kayak gitu, untung zhao dateng dan rumahnya alhamdulillah gak ada yang kecolongan," Ucap mamah dengan nada lembut dan tersenyum hangat.

"Gitu ya...? Pistol bapak... Elang bawa ke sekolah, soalnya Elang takut di tembak gegara pacar elang banyak, maapin elang deh... Elang kembaliin pistolnya, Elang juga minta maap kalo misalnya bikin mamah khawatir, " Jawab Elang sambil mengeluarkan pistol dari tasnya. Ia menyukai kehangatan dan kelembutan. Makannya wanita yang paling ia sukai adalah mamahnya.

"Iya, maapin mamah juga karna udah bikin kamu panik, kamu pasti jadi keinget trauma yang waktu itu kan? Udah... Sekarang udah gak papa kok, lagian, kamu udah gede juga, harusnya udah bisa lupain dong? Iya gak?" Ujar mamah sambil memeluk elang, memang, anak kedua ini sangat manja pada mamanya.

"Hehehehe, iya sih..." Jawab elang cengengesan.

"Eits! Tapi jangan ngerasa bebas dulu, jangan kira kalo kamu bebas dari hukuman ya, hukuman tetap ada walau mamah maapin kamu, gak susah kok. Malam ini, gak boleh kemana mana! Belajar! Jangan niat kabur lho, mamah udah bilang ke kevin buat gak bukain pintu rumahnya kalo kamu dateng ke  rumahnya," Ucap sang mamah sambil tersenyum smirk.

"Hah?! TYDAAACCKKK!!!" Teriak Elang dengan suara lantangnya itu.

Zhao pun tertawa puas setelah melihat mamah yang licik itu. Memang, Elang adalah hiburan untuknya, kalo Elang tidak ada, seisi rumah bagaikan kosong. Elang pun berjalan lunglai menuju kamarnya dan segera menjatuhkan diri ke kasur empuknya yang lega sambil membuang napas kasar.

"Huuh! Gak... Gak bisa... Gak bisa gini... Gua gak tahan kalo kayak gini... Malah jiwa nackal gua ini meronta ronta ingin kabuur! Sekarang, pikirin caranya gua kabur selain ke rumah kevin..." Gumam Elang sambil menggigit jempolnya.

TRING!

Otak yang encer itu langsung tertuju ke rumah Chiko, ya, rumah chiko adalah rumah yang paling aman untuknya. Alasan Elang tidak mau ke rumah Theo, karena theo dingin dan pasti akane gomel tentang kelakuannya, dan ia tidak mau kerumah vino karena rumahnya dijaga ketat oleh tentara, jika salah bergerak, Elang bisa aja kena tembak:v begitu pikirnya. Dan rumah chiko hanya berjarak sekitar 1,5 km dari rumahnya. Ia bisa menikmati pemandangan kota indah itu dengan berjalan jalan sendiri di malam hari.

Malam pun tiba...

Ia pun hanya menyiapkan dompet dan jaket hoodie hitam miliknya. Jendela sudah siap dan terbuka. Dengan mental baja itu, ia lompat dari kamarnya, ets! Nggak lah, Ia pergi melewati zhao yang sedang menonton tv itu dan... Tidak berhasil karena ada Adit, adik yang sangat merepotkan baginya.

"Mau kemana? Mau kabur?" Tanya adit, ia adalah anak paling tengil di keluarganya.

"Lah itu tau... Make nanya," Jawab Elang santai.

"Gak bi-sa! Gua lapor mamah lho... Ha-ha-ha-ha," Ancam adit dengan wajah julidnya itu.

"Utututu... Lucu banget sih... Ancaman kayak gitu gak akan ngaruh ke gua mah, ba-ka," Jawab Elang dengan wajah dinginnya.

"Kalo loe lapor, gua juga bakal laporin elo perihal nongki bareng ciwi ciwi di warteg bu Suti... Xi-xi-xi..." Elang yang memang si raja julid itu menunjukkan bukti.

"Bego! Itu kerja kelompok bukan nongkrong!!! Balikkin hapenya woey!!!" Teriak Adit sambil berusaha meraih ponsel Elang.

Dan ditengah kelengahan adit, Elang pun berhasil kabur dan lari secepat mungkin. Dan teriakan Adit itu terdengar jelas di telinga sang mamah.

"ERLANGGA! Anak laknat kamu!!!" Teriak mamah kesal.

"Aduh mah... Si aa tuh nackal banget, susah banget mengelabui dia, tenang mah, adit bakal ngejar si aa biar mamah gak sakit kepala, kalo mamah sakit kepala, siapa yang repot coba?" Ucap adit menyeleneh, si mamah malah makin kesal dengan perkataan si bungsu.

"Bahkan kamu lebih nakal dari aa kamu ya adiittt?!!!" Kata mamah sambil menjewer telinga adit.

"A, Ampuuunnn suuhuuuu!!!" Rintih adit kesakitan.

Akhirnya elang bisa bebas menikmati pemandangan bandoeng di malam hari. Daripada hanya membawa jiwa dan raga, Elang juga membeli sesuatu untuk diberikan pada Chiko nanti.

Tok, tok, tok.

Tidak cukup hanya dengan tiga kali ketukan, Elang mengetuk pintu rumahnya dengan sedikit tenaga dalam karena ia tahu anak itu pasti sedang bermain game kesukaannya.

TOK, TOK, TOK, TOK, TOK, TOK, TOK!!!

"ASSALAMUALAIKUM!!! WOEY! Chio! Ini gua nih! Dateng!" Teriak Elang dari luar, dam chiko yang risih itu segera membukakan pintu dengan wajah yang masam dan kesal.

"Loe gak liat apa? Itu ada bel! Tinggal teken aja!"

"Dih... Tamu itu disambut dengan kehangatan dan kehormatan, ini malah dimaki, sakit hati tau... Padahal gua udah beli mie ayam spesial buat elu... Kecewa ah, mending gua kasiin aja mie ayam nya ke ayam," Ucap Elang manyun.

"Wait! Mie ayam?! No, no, no, Its bad El, Jangan marah dong... Welcome to my home Aileen^^" Ucap chiko menahan Elang pergi. Wajahnya langsung cerah dan ramah.

"Hehe... Mie ayam memang manjur," Gumam Elang senang.

Elang pun masuk ke kamar chiko dan mulai menceritakan apa yang ia alami di rumahnya sambil memperagakan mamanya ketika marah. Ketika sedang happy seperti itu, seseorang menendang pintu kamar Chiko dengan penuh emosi.

Siapakah dia...? Kenapa emosi ya?

Mau tau gak apa yang bikin Elang trauma?

Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!