Tok tok tok
SEISI kelas kompak menoleh ke arah Pintu kelas yang baru saja diketuk, begitu Pula Pak Gatot, Guru Ekonomi yang sedang menulis white board di depan kelas.
“ Permisi, Pak Boleh saya masuk ” tanya orang yang mengetuk Pintu itu,
" Oh, kamu Alvaro Yang tadi izin masuk terlambat, kan? Ayo masuk," kata Pak Gatot mempersilakan.
Alvaro memasuki ruang kelas, berjalan menuju kursinya di Geretan Paling belakang. Samar-samar ia mendengar cibiran teman-teman sekelas ketika ia berjalan melewati mereka.
“ Mentang-mentang artis, seenaknya aja masuk sekolah siang.”
“ Kalo izin gara-gara ikut olimpiade atau lomba, sih, nggak apa-apa. Lah ini cuma syuting aja diizinin”
Alvaro berusaha mengabaikan ocehan-ocehan itu dan mencoba menenangkan diri. Namun tetap saja, suara keras bantingan tasnya di atas meja menunjukkan emosinya. Ia lalu duduk sambil melemparkan tatapan tajam kepada teman-teman yang kini memperhatikannya.
Seisi kelas mengakhiri tatapannya kepada Alvaro setelah Pak Gatot memulai materi kembali.
Sementara itu, tanpa minat Rakha mendengarkan Penjelasan Pak Gatot tentang mata Pelajaran yang tidak dipahaminya sama sekali. Matanya meredup karena kelelahan syuting semalaman. Hingga Seseorang mengulurkan buku Paket yang halamannya terbuka tepat pada materi Pelajaran yang dibahas Pak Gatot di depan kelas.
Alvaro lalu melirik kepada orang itu, teman sebangkunya yang bahkan ia tidak kenal. Cowok itu mengangkat alisnya sambil tersenyum singkat, kemudian kembali fokus mendengarkan Penjelasan guru di depan kelas.
Buku Paket itu tidak banyak berpengaruh bagi Alvaro. Ia tak menyentuhnya sama sekali Bahkan, ia enggan melirik atau mencoba memahami isinya. Saat bel tanda istirahat berbunyi, ia segera beranjak dari duduknya dan mengikuti teman-teman sekelas yang berhamburan keluar kelas setelah Pak Gatot meninggalkan Tuangan.
“Mau ke kantin ?”
Alvaro menoleh ke sumber suara yang berada tepat di samping kanannya. Teman sebangku yang tak ia ketahui namanya itu ternyata mengikuti dan berusaha menyejajari langkah-langkah cepatnya.
“Kenalin, nama gue Radit,” ucap cowok di sebelah Rakha sambil mengulurkan tangannya.
Dengan enggan, hanya melirik uluran tangan itu sekilas, lalu semakin mempercepat langkah kakinya tanpa menghiraukan ajakan Perkenalan itu.
Radit tak menyerah. Ia tersenyum lebar sambil menatap tangannya yang hanya mengapung di udara tanpa sambutan yang Diharapkan. Ia lalu menyusul Alvaro dengan langkah-langkah lebarnya, kemudian merangkul artis idola itu dengan sok akrab. Alvaro menatapnya tak suka.
“ Ternyata susah, ya, kalo mau jadi temen lo,” kata Radit masih sok akrab dengan senyum lebarnya.
Dengan kasar, Alvaro melepas rangkulan Radit di pundaknya. Namun, hanya bertahan beberapa detik. Detik selanjutnya tangan asing itu kembali mengait erat bahu Alvaro
“Lo lagi ada masalah sama tunangan lo?”
Alvaro kini menghentikan langkahnya, lalu melirik Radit dengan kening berkerut.
“ Bener, ya, tebakan gue” ucap Radit seraya melepaskan lekat.
Rakha hanya terdiam di Pijakannya.
“ Itu, kan, tunangan lo” tanya Radit sambil menunjuk seorang cewek yang berdiri di depan mading tak jauh dari tempatnya berdiri.
Alvaro mengikuti arah tunjuk Radit dan langsung dapat menemukan Mika yang tampak serius membaca sesuatu di dinding sekolah.
“ Lo udah lama Pacaran sama dia”
Pertanyaan Radit itu membuat Alvaro kembali menoleh kepadanya.
“ Gue heran aja, soalnya setahu gue, dia itu tertutup banget soal asmara. Banyak yang suka sama dia, tapi satu Persatu akhirnya mundur karena ngira dia udah jadian sama senior yang sekarang lanjut kuliah di Bandung,” kata Radit Panjang lebar. Ia masih salah seorang cowok yang juga sedang membaca mading.
Radit menoleh ke arah Alvaro setelah cukup lama tidak ada tanggapan dari teman sebangkunya itu. Seketika ia membulatkan matanya begitu menyaksikan ekspresi terkejut yang ditunjukkan Alvaro.
“ Jangan bilang lo baru tahu tentang ini?” tebak Radit cukup terkejut.
Secepat mungkin Alvaro berusaha menguasai kembali sikap dan ekspresinya. Matanya lalu beralih kembali menatap Mika yang belum beranjak. “Itu nggak Penting ! ” sahutnya kepada Radit
“ Justru ini Penting,” ucap Radit Penuh semangat yang mau tak mau membuat Alvaro kembali menoleh.
" Bisa jadi ini yang buat hubungan kalian merenggang. Siapa tahu dia masih ada rasa sama cowoknya itu. Atau, malah masih Punya hubungan di belakang lo.”
Alvaro tidak langsung merespons dugaan Radit. Sebenarnya itu semua tidak Penting. Ia tidak Peduli cewek bernama Mika itu sudah Punya kekasih atau hubungan khusus dengan siapa Pun. Namun, ia harus bersikap seolah Mika memang Pacarnya karena semua orang menganggap berita itu benar. Itu semua tak lain karena cerita karangannya sendiri.
“ Perlu bantuan Gue bisa bantu selidiki hubungan cewek lo sama cowok yang di Bandung itu kalo lo mau," tawar Radit
Radit terdiam karena matanya baru saja bertemu dengan sepasang mata milik Mika. Mereka saling Pandang untuk waktu yang cukup lama tanpa kata-kata.
Mika berdiri kaku di tempatnya sambil membalas tatapan Rakha dengan Perasaan bimbang. Sejak tadi ia memang mencari cowok itu. Pikirannya sejak kemarin Pusing mencari cara untuk mendapatkan tanda tangan Alvaro, demi kelangsungan hidupnya dan Leo. Namun, tidak ada satu Pun cara yang masuk akal untuk menjalankan aksinya. Ia tidak mau menjilat ludahnya sendiri.
Alvaro akhirnya mengalihkan Pandangannya ketika seorang siswi berdandan merah menghampirinya. Dengan centil, cewek itu meminta tanda tangan Alvaro di buku catatannya.
Alvaro menyambut dan mencoret-coret buku itu asal, lalu mengembalikan kepada pemiliknya yang langsung disambut histeris.
Mudah sekali ! batin Mika Cewek itu dengan mudahnya mendapatkan tanda tangan Alvaro. Apa Mika harus melakukan hal yang sama? Itu artinya dia harus menjatuhkan harga dirinya. Dan, itu berarti ia harus memenuhi Permintaan cowok itu untuk mengaku sebagai Pacarnya di hadapan media.
Akan tetapi, bukankah Mika sudah tidak Pun Bayang-bayang adik kesayangannya terus memenuh. harus tetap sekolah, apa pun yang terjadi.
Mika menunduk, menatap lekat buku catatan miliknya yang ia bawa dari tadi. Ia menggenggam kuat-kuat buku itu, lalu beberapa detik kemudian mengangkat kepalanya. Matanya kembali beradu dengan sepasang mata milik Alvaro
Setelah menghela napas panjang, Mika akhirnya memantapkan diri untuk melangkah mendekati cowok itu.
Satu langkah.
Dua langkah.
“ Hei ! Mau ke mana”
Tepukan seseorang di pundaknya membuat Mika terlonjak kaget sekaligus menghentikan langkahnya. Belum sempat ia menoleh, Saras sudah lebih dahulu muncul, menatapnya dengan senyuman lebar.
“Hmmm ...”
Belum sempat Mika mencari alasan, Saras lebih dahulu memotong ucapannya. “Ke kantin, yuk. Laper, nih.”
"Eh? Tapi—"
“Nggak boleh nolak ” Saras mendaratkan rangkulannya di Pundak Mika, kemudian menyeret sahabatnya itu menuju kantin.
Mika sedang dalam keadaan tidak siap untuk melawan dan dengan Pasrah mengikuti ajakan Saras. Ia menyempatkan diri menoleh kembali ke arah Alvaro yang masih menatapnya. Pandangan mereka bertemu hanya dua detik karena detik selanjutnya Saras semakin mengeratkan rangkulan dan menuntunnya berbelok di koridor menuju kantin.
Sementara itu, mata Alvaro tak Pernah lepas dari sosok Mika Bahkan, ketika cewek itu sudah menghilang di balik dinding, Pandangannya masih di sana.
“Gue bisa bikin lo baikan sama tunangan lo itu.”
Kalimat Radit membuat Alvaro spontan menoleh. Cowok itu gigih sekali menawarinya bantuan.
“Gimana ” Radit menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum Penuh Percaya diri.
...•••••...
“ Dia masih belum bales Pesan lo?” Pertanyaan Saras hampir tidak terdengar jelas karena sibuk mengunyah siomay kantin favoritnya.
Mika yang duduk di sebelahnya hanya menghela napas frustrasi dengan kedua tangan memangku dagu. Tatapannya kosong, lurus ke depan. Bahkan, nikmatnya Saras menyantap siomay, tak sedikit Pun menggugah seleranya. Mika lebih memilih untuk menemani tanpa menyantap apa pun.
“Lo yakin kalian masih ada hubungan kalo dia nggak ngasih lo kabar berbulan-bulan gini?”
Tatapan Mika semakin meninggi. Ia menerawang sekaligus mencerna Pertanyaan Saras barusan. Ia Pun bingung menjawabnya. Apa hanya Mika yang menanti seorang diri selama ini?
Tatapan jauh Mika seketika terbatas ketika tiba-tiba seseorang muncul dan duduk tepat di hadapannya. Mika menegakkan Punggung ketika menyadari Radit sedang menatapnya sambil menyodorkan minuman kaleng dingin.
“Siang ini gue ada waktu luang. Kita bisa jalan bareng,”
Mika mengernyit. la belum bisa mengategorikan Perkataan Alvaro barusan, apakah sebuah ajakan atau Perintah.
Kini ia dan Alvaro dengan cepatnya menjadi Pusat Perhatian seisi kantin. Terdengar sorakan kompak seisi kantin menggoda ke arah
“Apa maksudnya ” Akhirnya, Mika memilih untuk bertanya.
“Kita kencan siang ini. Kita bisa nonton atau makan bareng.”
Perkataan Alvaro barusan semakin memicu sorakan dari yang lain. Begitu Pula Saras yang tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya sejak Alvaro tiba di kantin.
Mika menatap Alvaro dengan muak. Kepercayaan diri cowok di depannya itu tinggi sekali, membuat Mika mendadak bergidik ngeri.
" Sayangnya siang ini gue nggak Punya waktu luang " jawabnya ketus, kemudian bangkit berdiri. Ia menepuk Pelan bahu Saras agar menyusulnya meninggalkan kantin.
Saras buru-buru menenggak habis es teh di gelasnya, kemudian menyusul Mika yang hampir menghilang dari Pintu keluar kantin.
Setelah meninggalkan kantin, Mika merutuki sikapnya sendiri. Bukankah tadi dia berniat meminta tanda tangan Radit ? Kenapa dia malah menghindar seperti ini ?
Sementara itu, Alvaro tersenyum kecut di tempatnya. Sekuat tenaga ia menahan emosinya yang hampir meledak. Bisa-bisanya ia menuruti saran dari teman barunya Alvaro Padahal, ia tahu Mika berbeda dengan tipe wanita kebanyakan
Biasanya kalo cewek lagi ngambek itu berarti dia mau dimanjat Kalo dia marah sama lo bukan berarti dia nggak suka, tapi dia butuh diperhatiin
Tangan Alvaro mengepal kuat di atas meja. Ia menatap minuman kaleng dingin yang diabaikan Mika. Ini sudah kali kesekian cewek itu membuatnya malu di hadapan banyak orang.
Tatapannya kemudian jatuh pada sebuah buku catatan yang tergeletak di atas meja, Persis di Posisi duduk Mika tadi. Buku Catatan itu juga yang dilihatnya ada di genggaman Mika di depan mading tadi.
Alvaro menggeser buku itu hingga mendekatinya. Ia dapat langsung membaca nama seseorang yang tertera di sampul itu. Mika Kiva.
Kini Alvaro mengangkat kepalanya, kemudian mengedarkan Pandangan dan menyadari masih banyak orang yang kini memperhatikan. Ia segera bangkit dan memberikan minuman kaleng dingin yang tadi diabaikan Mika kepada seorang siswi yang Paling dekat dengannya. Kemudian, ia berjalan meninggalkan tempat itu.
Siswi tadi menyambut minuman itu dengan sangat sumringah sambil menahan suara histerisnya. Dengan cepat, siswi siswi yang lain datang mengelilinginya dan berebut untuk mendapatkan minuman itu.
Dalam hati, Alvaro merutuki dirinya sendiri yang mau saja bertindak bodoh seperti tadi. Ia jadi meragukan saran dari Radit yang ia rasa justru akan membuatnya malu.
Kalo sikap dia masih dingin sama lo, jangan nyerah ! Itu artinya dia mau lo kerja lebih keras buat cari Perhatian dial Jadi cowok jangan gampang Patah semangat ! Tunjukin kalo lo sungguh-sungguh
Lagi-lagi bayangan suara Radit yang kembali terputar di kepalanya, membuat Alvaro sedikit frustrasi harus memercayai atau mengabaikannya.
...•••••...
Selepas bel Pulang sekolah, Alvaro sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Sambil bersandar di mobil, ia menunggu Mika muncul dan berniat mengajaknya Pulang bersama.
Ya, Alvaro berusaha untuk memercayai ucapan Radit sekali lagi. Ia akan membuat Perhitungan kepada teman barunya itu apabila upayanya kali ini tidak juga membuahkan hasil.
Alvaro berusaha keras menahan kesabarannya karena kini harus rela kembali menjadi Pusat Perhatian orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, banyak di antara mereka yang mencoba mengambil foto dan meminta tanda tangannya. Hal ini sudah biasa terjadi karena ia menyadari Popularitasnya yang tinggi. Namun terus terang, ia masih sulit beradaptasi dengan situasi seperti ini.
Alvaro menegakkan tubuhnya ketika sudah melihat sosok Mika yang berjalan mendekat ke gerbang sekolah. Cewek itu balas menatapnya ketika mendapat sikutan Pelan dari Saras, memberi kode untuk menoleh ke arah gerbang.
Ketika mengetahui Mika berniat mengabaikannya, Alvaro spontan menggeser tubuhnya untuk menghalangi langkah cewek itu hingga membuat Mika menatapnya sinis.
“Gue anter lo Pulang" kata Alvaro bernada Perintah.
Alis Mika menyatu. Ia kini menyadari betul mengapa sikap juteknya selalu muncul bila berhadapan dengan Alvaro. Karena cowok di depannya itu arogan dan terlalu Percaya diri.
Tanpa menunggu jawaban dari Mika Alvaro membuka Pintu mobil di bagian Penumpang, lalu memberikan kode agar Mika masuk.
Orang-orang di sekitar mereka semakin Padat. Siswa-siswi itu kompak mengurungkan niat untuk Pulang karena menyaksikan Alvaro dan Mika jauh lebih menarik saat ini.
“ Gue bisa Pulang sendiri ” ucap Mika sambil melanjutkan langkahnya menjauh dari mobil Alvaro
Lagi-lagi sikap angkuhnya kembali mendominasi. Ia akan memikirkan cara lain untuk mendapatkan tanda tangan cowok itu.
“ Hei, tunggu " sahut Alvaro Percuma. Cewek yang di Panggilnya tidak menoleh sama sekali.
Kaki Alvaro masih bertahan di Pijakannya, ragu untuk menyusul cewek itu atau justru mengabaikannya saja.
Kalo sikap dia masih dingin sama lo, jangan nyerah ! Itu artinya dia mau lo kerja lebih keras buat cari perhatian dia! Jadi cowok jangan gampang patah semangat! Tunjukin kalo lo sungguh-sungguh
Sial ! Suara itu kembali terputar di kepalanya. Belum lagi ketika Alvaro menoleh ke dalam mobil, Om Aryo yang duduk di bangku kemudian seolah memberi isyarat untuk mengejar cewek itu.
Alvaro akhirnya bergerak. Setelah menutup Pintu mobil yang dibukanya tadi, ia segera berlari menyusul Mika yang mengarah menuju halte busway terdekat.
Pengejaran Alvaro tertahan di alat Putar barrie untuk masuk ke halte. Mika telah masuk lebih dahulu, setelah menempelkan kartu ke alat itu. Alvaro lalu mengeluarkan kartu dari dompet, kemudian menempelkannya ke alat itu meniru hal yang dilakukan Mika tadi.
Belum juga ada tanda tap in berhasil, Alvaro memaksa memutar alat itu hingga bunyi berisik yang ditimbulkannya. Seorang Petugas menahan tindakan dan memaksa Alvaro untuk mundur dari alat itu.
“Mas, kalo mau masuk harus tap in Pake kartu dulu.”
“Saya udah nempelin kartu. Saya buru-buru, nih,” jawab Alvaro sambil berniat kembali menerobos masuk, tetapi lagi-lagi ditahan oleh Petugas itu.
“Mana coba saya Periksa kartunya "
Dengan terpaksa Alvaro menyerahkan kartu miliknya kepada Petugas itu.
“Maaf, Mas. Masuk busway nggak bisa Pakai kartu ini." Petugas itu mengembalikan kartu yang baru satu detik dipegangnya itu.
“Jangan sembarangan, ya. Kartu ini unlimited, loh!” ucap Alvaro merasa tersinggung sambil mengambil kembali kartu dari tangan petugas.
“Bukan begitu, Mas. Masuk busway memang nggak bisa Pakai kartu kredit. Mas harus beli kartu dulu di loket depan.”
Alvaro berdecak kesal. Matanya mengarah ke dalam halte. Ia melihat Mika masih di sana, menunggu bus yang belum juga datang. Merasa masih punya waktu, Alvaro akhirnya menuruti Petugas untuk membeli kartu di loket depan.
Secepat yang ia bisa, Alvaro kini kembali ke alat Putar barrie untuk memasuki halte setelah membeli kartu elektronik. Ia seketika panik ketika melihat bus baru saja tiba dan Mika sudah masuk.
Beruntung, di sekitar alat Putar barrie sedang tidak ada orang. Tanpa harus mengantre, Alvaro melakukan tap in dengan cepat dan memelesat masuk ke bus yang juga ditumpangi Mika, tepat sebelum Pintu bus tertutup
Alvaro menyisiri bus yang padat hingga mengharuskannya ikut berdiri dengan jajaran Penumpang lain yang senasib dengannya. Bola matanya terus bergerak mengamati sekitar. Ia merasa asing dengan situasi dan kondisi yang baru dirasakan dalam hidupnya. la mulai menyadari, dirinya terlalu nekat ke tempat umum tanpa Penyamaran apa pun.
Alvaro mengeratkan jaket hitam yang dikenakannya dengan mengundang ritsleting hingga ke dagu, menyembunyikan sebagian wajahnya di sana.
Sementara itu Para penumpang mulai berbisik-bisik ketika menyadari sosoknya. Alvaro tidak Peduli dan sibuk mencari sosok Mika di antara Padatnya Puluhan manusia di dalam bus. Beberapa saat kemudian, ia menemukan cewek itu tengah berdiri di koridor depan sambil menghadap ke jendela, menatap Pemandangan jalanan Padat Ibu Kota.
Alvaro memutuskan untuk bergerak mendekati cewek itu. Dengan susah Payah, ia berdesakan dengan Penumpang lain yang berdiri hingga seorang Petugas di dalam busway menahannya di Perbatasan koridor depan.
“Mas mau ke mana Di sana koridor khusus wanita," kata Petugas sambil menunjuk koridor tempat Mika berada.
Mika menoleh ke arah petugas yang bersuara. Seketika itu juga matanya membulat. Ia hampir tidak Percaya ketika menemukan Alvaro juga ada di dalam bus yang sama dengannya.
Alvaro hanya mampu menghela napas berat tanpa menanggapi teguran Petugas di depannya. Banyak sekali Peraturan untuk naik angkutan ini yang menurutnya sangat merepotkan.
Beberapa saat kemudian, bus berhenti di halte berikutnya. Para Penumpang yang didominasi cewek berseragam Putih biru masuk dan langsung histeris begitu melihat Alvaro ada di dekat mereka. Seketika suasana menjadi ribut dan tak terkendali.
Alvaro semakin mengeratkan ritsleting dan menyembunyikan sebagian wajahnya di sana. Namun, usahanya untuk menghindar tidak banyak membuahkan hasil. Para fans telanjur heboh karena mengenalinya dalam bus itu.
Alvaro menyesali perbuatan nekatnya mengejar Mika hingga ke tempat umum seperti ini. la kembali menoleh ke arah berdirinya
Cewek itu. Namun, ia langsung menautkan alisnya ketika tidak dapat menemukan Mika di sana. Alvaro mengedarkan Pandangannya ke sekitar, tetapi tidak juga dapat menemukan keberadaan cewek itu. Hingga ketika Pandangannya mengarah ke jendela, ia baru melihat Mika berada di luar bus dan berjalan keluar dari halte. Alvaro buru-buru bergerak menerobos kumpulan siswi SMP yang berusaha mencuri Perhatiannya dengan berbagai tingkah.
Dengan susah Payah Alvaro berhasil keluar dari bus, tepat sebelum Pintu bus tertutup sempurna. Sambil merapikan jaketnya yang kusut karena tarikan beberapa siswi SMP tadi, Alvaro mengatur napasnya yang berantakan. Ternyata naik angkutan umum sangat melelahkan.
Setelah mengatur napas selama beberapa saat, Alvaro kembali teringat tujuan awalnya untuk mengejar Mika Ia mengarahkan pandangannya ke Pintu keluar halte dan sudah tidak menemukan cewek itu di sana.
“Sial ” umpat Alvaro. Ia segera berlari keluar halte.
Alvaro mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Mika Hingga beberapa saat, ia belum juga bisa menemukan sosok cewek itu. Namun, lingkungan itu dirasa tidak asing baginya. Ia mengenal betul tempat itu.
Dari tempat Persembunyiannya, Mika mengamati Alvaro yang sedang menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Cowok itu tampak kesal karena kehilangan jejaknya.
Mika merasa beruntung karena akhirnya dapat terbebas dari Alvaro Entah alasan apa yang membuatnya harus mati-matian menghindari cowok itu. Yang jelas, Mika tidak suka dengan sikap arogan cowok itu yang Pasti akan menyusahkannya.
" Mika, "
Mika mengalihkan tatapannya dari Alvaro dan menoleh ke sumber suara yang baru saja memanggilnya.
...•••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Lihayati Khoirul
kalau nulis itu di teliti dulu thoer.
ini yg mendekat di kantin Radit apa alvara.
tadi Radit ganti Alvaro.
Nana" banyak yg salah jd bingung
terus Adella apa mika
2022-12-15
2
Lihayati Khoirul
namanya yg benar itu Rakha atau Alvaro sih kq molah maleh jd bingung
2022-12-15
0
Anonymous
lanjut Thor
2022-12-15
0