Aku mengobrol cukup lama dengan bibinya Wahyu dan Damik, banyak hal kita bicarakan, baik tentang masa kecil Wahyu, terus perkuliahan Wahyu yang kandas karena harus mencari orang tuanya, dan masih banyak lagi hal lainnya.
Di selang obrolan kami, tiba-tiba segerombolan pria masuk ke dalam rumah Bi Sulastri, mereka tampak antusias sekali, berasa sedang mengantre sembako saja. Hahaha...
"Eh, kenapa ini? Ada apa kalian datang kesini segerombolan macam nih, ada masalah apa? Tanya Bi Sulastri antusias.
"Iya, ada masalah apa?" Damik pun bertanya.
"Eh, ini, nggak papa kok, kita semua hanya ingin melihat calon istri kakakmu saja." Ucap salah satu dari mereka.
"Ho'oh.. kita hanya ingin melihat rupa calon istri kakakmu saja." Ucap mereka hampir serentak.
"Aish, Bibi kita ada apa saja, kalau begitu Ayo masuk dan lihatlah, calonnya Wahyu sangat cantik sekali, namun saya, pria bodoh nan kurang ajar itu menyia-nyiakan gadis ini tanpa kepastian."
"Wow, cantik sekali, aku baru pertama kali melihat wanita secantiknya Bi, kenapa Wahyu menyia-nyiakan gadis ini. Kalau begitu biar aku saja yang menjadi suaminya."
Eh, apa pria ini gila! Siapa yang mau jadi istrimu, hatiku sudah dimiliki orang lain, susah bagiku untuk jatuh cinta kembali.
PLAK!
Rasakan! Hehehe, pukul saja pria itu lagi Dam, dasar pria mandang fisik saja!
Aku ingin tertawa terguling-guling tapi aku tidak melakukannya, maklum menjaga etika, hehehe..
Damik memukul pelan kepala sahabatnya itu.
"Itu calon istri kakakku, jika kau mau ambil langkahi dulu mayatku, dit."
"Hehehe, aku hanya bercanda kok Dam, serius kali kau, tapi jujur calon istri kakakmu sangat cantik sekali."
"Eh, itu yang di sampingnya siapa? Bolehkah?" Ucap Adit memainkan alisnya.
Damik menatap Adit dengan tatapan tajam.
"Kau membicarakan ku ya..?" Selidik sepupuku.
"Hiraukan saja perkataan ku temanku dik, nggak ada butuh sama sekali."
"Ah iya, mungkin kita balik dulu ya Dam, Bibi, semuanya."
"Oh iya Nak, besok pagi kesini lagi."
"Tapi.."
"Harus."
Aku lagi-lagi terpaksa mengiyakannya, sedangkan sepupuku hanya tersenyum, menertawaiku.
"Dam antarin pulang calon abangmu ngih."
"Kita juga mau antarin gadis cantik itu Bi."
"Kalian.." Bibi Sulastri menatap tajam satu persatu sahabat Damik.
"Eh, nggak papa kok Bi, kita bisa sendiri, lagian jaraknya nggak jauh pula."
"Tapi Nak.."
"Nggak papa Bi, kita bisa kok pulang sendiri, Iya kan? Senggolku pada sepupuku.
Aku mana mungkin mau pulang di antarin pria sebanyak ini, emang aku apaaan.
"Hmm.. baiklah.. besok pagi harus datang ya."
"Iya Bi."
****
Malamnya...
Aku dan sepupuku tiduran di teras rumah penginapan kami, menatap langit-langit yang penuh dengan bintang yang berkelap-kelip, bulan yang terang menerangi bumi.
"Wahyu bagaimana kabarmu disana, kenapa kau tidak mengabariku sesekali pun, aku rindu denganmu." Batinku.
Entah kenapa memikirkan Wahyu yang tak kunjung ada kabarnya membuatku meneteskan air mata, apa terjadi sesuatu dengannya? Atau benar dugaanku dia sudah ada yang lain? Pertanyaan itu mengisi kepalaku dan berputar-putar disana.
"Eh kak, kau menangis?"
"Nggak papa kok, cuman kemasukan debu." Bohongku.
"Nggak mungkin, aku tahu kakak seperti apa, pasti kakak lagi mikirin bang Wahyu ya?"
"Kak, aku yakin kak Wahyu seperti ini mungkin ada sebabnya, kita tidak tahu sebabnya apa, jadi jangan berpikiran aneh-aneh ya."
"Jika tuhan memang menjodohkan kalian untuk bersatu maka tuhan akan mempertemukan kalian dengan cara Tuhan."
"Makasih ya dek, kalau selalu gertiin aku." Aku memeluk sepupuku dengan erat.
"Iya kak." Dia pun membalas pelukanku.
"Ngomong-Ngomong kita masuk yuk, udaranya dingin banget."
"Iya, aku juga udah mulai merasa ngantuk."
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments