Negeri Diatas awal (part 2)

Setelah hujan sedikit reda, aku dan sepupuku berniat untuk jalan-jalan melihat lingkungan dan pemandangan sekitar. Namun, baru saja beberapa menit kita jalan-jalan, hujan kembali datang, walaupun hujannya tidak deras tapi cukup membuat pakaianku dan sepupuku basah.

Kami segera berlari pelan kembali ke penginapan, namun tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku, yah! Itu adalah Damik yang sedang duduk santai di kios sambil menyeruput kopi dan mengisap sebatang rokok.

"Kak Mawar, sini!" Panggilnya sambil melambaikan tangan.

Aku dan sepupuku menuju ke Damik, sebenarnya aku sedikit malu karena disana banyak pria tapi aku orang nya nggak enakkan, jadi terpaksa aku mengiyakan.

"Kalian mau ke mana?"

"Ah, ini, kita mau jalan-jalan keliling melihat sekitar."

"Biar kita temani kak Mawar, setelah gerimis ini selesai ya."

"Baiklah, terserah kamu."

Selepas gerimis selesai aku dan sepupuku ditemani oleh Damik berjalan-jalan sekitar, melihat pemandangan sekitar.

Diperjalanan banyak warga setempat yang bertanya-tanya kepadaku, mereka bertanya aku orang mana? Dan juga sesekali memujiku kecantikan, hehehe.. ada juga para pria melirikku dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dasar para buaya, liat perempuan saja sudah mau mengeluarkan racunnya, Huft!

"Wah, sangat indah sekali kampung halamanmu Wahyu, kapan kau akan kembali dan kita berjalan-jalan bersama, menghabiskan waktu berdua." Gumamku dalam hati.

"Hei kak, ke mana melamun, kita kesini buat senang-senang bukan memikirkan hal lainnya, oke?" Ucap sepupuku.

Aku hanya mengangguk kepala.

Kita berjalan-jalan cukup lama, sepupuku mengambil gambar dan juga video, bukan hanya itu kami semua sesekali tertawa riang karena ulah sepupuku, dia orangnya sungguh kocak bukan main.

"Wah, disini pemandangan bagus, kita foto dulu disini ya? Please!" Sepupuku memohon padaku dan juga Damik.

Aku pun mengiyakannya begitu pun juga Damik. Kita lalu berfoto di sana.

"Woi, kak Damik, senyum napa? Mukamu cemberut kali."

"Eh, iya." Ucap Damik salah tingkah.

Selepas berfoto kita masih berkeliling, dan tiba-tiba kabut, momen itu membuat sangat bahagia, suasana berjalan dengan di dalam kabut, sangat-sangat membuatku bahagia, karena baru pertama kali berada di dalam kabut seperti ini.

"Waw, aku baru pertama kali berjalan di dalam kabut." Ucapku sepupuku sambil berlarian di tengah kabut.

"Kak, bang, cepat dikit, wow, hua, indah sekali."

****

Sudah setengah jam kami berjalan-jalan dan kamipun memutuskan untuk kembali tempat penginapan, tapi sebelum itu aku diajak oleh Damik ke rumahnya.

Tapi entah kenapa aku merasa malu tapi sepupuku malah terus memaksaku untuk mengiyakannya.

"Ayo kak, iyain aja, kita kesini karena ingin mengenal keluarga kak Wahyu, ayolah, ini kesempatan emas jangan sia-sia." Bisik sepupuku ditelingaku.

"Ishhh.. anak kecil diam."

"Ups, baiklah kak." Sepupuku langsung menutup mulut dengan dengannya

"Hm. Baiklah Dam." Aku dan sepupuku lalu ikut Damik ke rumahnya.

****

Sesampainya kita di kediaman Damik, aku dan sepupuku langsung masuk ke dalam walaupun sedikit ada perasaan malu dan juga gugup, entahlah, kenapa perasaan gugup juga datang, argh, sialan!

"Ayo masuk, jangan malu-malu, anggap seperti rumah sendiri ya." Ucap Bibi Damik yang bernama Sulastri.

"Iya tan."

"Dam, jadi ini calon istri kakakmu yang kau ceritakan itu?"

"Iya Amma." Damik memanggil bibinya dengan Amma, katanya sih panggilan kesayangannya.

"Cantik sekali ya."

Aku hanya bisa menunduk menahan malu, Damik mungkin sudah menceritakan semuanya kepada Bibi perihal masalah diriku dan Wahyu, kakaknya.

"Kakakmu memang anak yang bodoh, sudah tau ayah dan ibunya sudah meninggal di insiden tersebut, masih saja mau mencari jasadnya."

"Bibi tahu gimana kabar Wahyu sekarang." Tanyaku dengan berani, karena aku sudah sangat penasaran dengan keadaan Wahyu.

"Kami pun tidak tahu pasti Nak."

"Apa terjadi sesuatu dengan Wahyu."

"Tidak kok kak Mawar, abangku baik-baik saja."

"Lalu kenapa tidak pulang, tidak ada dalam sejarah wanita datang ke tempat laki-laki, heh."

"Eh, itu aku tidak tahu Amma." Ucap Damik sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh iya, kalian tunggu sekejap ya, Bibi mau buatkan minuman."

"Nggak usah repot-repot Bi, lagian kita akan balik kok sebentar lagi."

"Udah, disini aja dulu sebentar lagi, Bibi ke belakang ya."

Aku hanya bisa mengangguk pelan, niatnya hanya duduk sebentar di kediaman Damik, eh, tahunya lama.

****

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!