Alana meraba bagian bibirnya, ciuman yang tadi Edgar berikan membuatnya kehabisan kata-kata. Bahkan untuk menarik napas saja susah.
"Dasar pria mesum" Alana bergumam dengan penuh kekesalan, ini kali pertama ia berciuman dengan seseorang. Padahal niat Alana, bibirnya akan ia persembahkan untuk suaminya kelak. Tapi, Edgar justru mengambilnya tanpa pemberitahuan.
Tidak ingin terus merasakan kekesalan, Alana memilih untuk ke kamarnya. Sepertinya mandi dan mendinginkan tubuhnya adalah jalan terbaik. Hari ini terlalu banyak tenaga yang ia kuras untuk mencari kerja demi membayar pengobatan sang Ibu.
*
Malam sudah datang, usai makan malam dengan menu seadanya Alana membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah keras. Menatap langit-langit kamar yang sudah usang karena termakan usia.
"Apa pria itu benar-benar akan memberiku uang jika aku mau menikah dengannya ?" Alana berpikir, ingatannya kembali tertuju pada ucapan Edgar tadi.
Ada rasa ragu yang Alana rasakan, apalagi ia baru bertemu dengan Edgar. bisa saja kan kalau pria itu hanya ingin menipunya untuk memuaskan diri. Buktinya tadi Edgar berani menciumnya padahal mereka baru saja bertemu.
*
*
*
Keesokan harinya mata Alana langsung terbuka saat telinganya mendengar ponselnya yang berdering sejak tadi, Alana mengubah posisi untuk mencari benda persegi itu. Usai mendapatkannya kening Alana mengkerut saat melihat nama Edgar disana.
"Halo" ucap Alana ragu.
"Kau masih tidur ?" suara Edgar terdengar di ujung telepon.
"Kalau iya kenapa ?"
"Astaga, apa kau lupa kalau hari ini kita akan bertemu lagi ?"
Alana melirik jam dinding yang menggantung. Kemudian menarik napas panjang "Ini masih jam 07 pagi" ucap Alana, lagian ia tidak terlalu berniat untuk bertemu dengan teman-teman Edgar.
"Jangan menunda waktu, bersiaplah ! 30 menit lagi aku akan menjemputmu". Setelah itu Edgar menutup telepon secara sepihak. Membuat Alana bersungut kesal.
Alana memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur yang menurutnya sangat nyaman. Demi Edgar yang memintanya bertemu lagi.
Setelah mandi Alana langsung memilih pakaian yang pas untuk bertemu dengan Edgar. Lemari yang tadinya rapih sekarang berantakan tak karuan, hingga Alana menjatuhkan pilihannya pada sebuah kaos dan celana jens. Ia segera memakai pakaian itu, kemudian mengoleskan bedak tipis ke wajahnya.
Suara klakson mobil sudah terdengar di luar rumah, membuat Alana memutar bola mata. Saat ini ia sedang mengikat tali sepatu favoritnya.
"Enggak sabaran banget sih" Alana menggerutu, sambil menyambar kunci rumah lalu bergegas pergi.
"Hai" sapa Edgar sembari tersenyum saat melihat Alana sudah keluar rumah. Pria itu begitu tampan, dia mengenakan T-Shirt berwarna biru tua yang sangat pas dengan warna kulit Edgar. Ia kembali membunyikan klakson untuk membuat Alana kembali kesal.
"Hentikan ! atau aku tidak akan pergi dengan mu"
"Ok sayang"
Mata Alana melotot mendengar panggilan Edgar. Terasa sangat menggelikan bagi Alana.
Setelah mengunci pintu rumah, Alana langsung memasuki mobil Edgar. Mobil di lajukan dengan kecepatan tinggi, membuat Alana terkejut.
Alana berjuang memasang sabuk pengaman, ia tidak ingin mengeluarkan suara untuk menyuruh Edgar memelankan laju mobil. Karena ia yakin pria itu hanya ingin mengerjainya.
"Kita mau kemana ?" tanya Alana saat Edgar menghentikan mobilnya tepat di depan tokoh pakaian.
"Belanja dulu" jawab Edgar santai.
Mendengar hal itu Alana langsung terdiam. Edgar mengajaknya belanja sementara dirinya tidak punya uang sepeserpun. Bahkan tadi ia tak makan apa-apa karena memang stok makanan sudah habis.
"Aku tidak butuh apa-apa" ucap Alana berusaha menolak untuk di ajak belanja "Atau jangan-jangan kamu sengaja membangunkan aku sepagi ini supaya kamu ada teman belanja" tuduh Alana kemudian
Edgar mendengus, ia menatap Alana dan berkata "Lihat penampilan mu saat ini !, kamu memakai kaos tua yang lusuh. Tidak ada pacarku yang penampilannya seperti ini apalagi gadis yang akan ku nikahi. Kamu tenang saja aku yang akan membayar belanjaan mu"
Alana terdiam, apa yang di katakan Edgar benar adanya. Kaos yang ia pakai saat ini warnanya sudah sangat lusuh. Tapi menurut Alana itu masih sangat layak untuk di pakai.
"Tapi aku tidak ingin kamu membelikan pakaian untukku" Alana berkata dengan pelan.
Edgar memutar matanya malas, ia pun menjawab "Dengar !, jangan bersikap egois padaku sekarang. Anggap saja pakaian ini seragam yang akan kamu gunakan sebelum bekerja"
Berpikir sejenak, Alana memiliki ide cemerlang. Ia akan membuat Edgar menyesal karena ucapannya. Alana pun turun dari mobil dan membanting pintu mobil dengan cukup keras. Membuat Edgar mengumpat penuh kekesalan.
"Cewek aneh" sungut Edgar. Ia pun segera menyusul Alana
Setiba di tokoh itu, keduanya langsung di sambut oleh seorang wanita dengan ramah. Mata wanita itu begitu kagum dengan sosok Edgar yang begitu tampan.
Alana berdehem sejenak saat melihat tatapan wanita itu "Kami sedang mencari pakaian yang sangat mewah, bisakah kamu menunjukan koleksi tokoh ini"
Edgar mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Alana, namun hanya di balas senyuman manis oleh wanita itu.
"Tentu, toko kami baru saja mempunyai barang baru. Sebentar saya ambil dulu" ucap wanita tadi, yang di bajunya tertempel nama Nada.
Tidak berselang lama Nada kembali dengan lengan penuh pakaian yang warna-warni, Alana langsung mengambil sebuah atasan dengan kerah berwarna merah. Bahkan ia langsung jatuh cinta pada atasan itu, tapi matanya langsung melotot saat melihat harga yang tertera.
Harga baju itu setara dengan biaya makannya selama berbulan-bulan, membuat tubuh Alana bergetar karena tak percaya bahwa ia baru saja memegang sebuah pakaian yang sangat mahal.
Edgar mengambil beberapa lembar pakaian, lalu memberikannya pada Alana "Cobalah pakaian ini ! aku ingin melihatnya" pinta Edgar.
Alana mengangguk, walau sejujurnya ia tidak ingin melakukannya. Alana membenci mencoba berbagai pakaian, karena menurutnya itu sangat menyebalkan. Selama ini Alana tidak memikirkan pakaian itu cocok atau tidak di tubuhnya.
Dengan susah payah Alana membawa pakaian yang tadi Edgar berikan keruang ganti, disana Alana menatap pakaian yang ia bawah. Ia mengambil atasan berwarna ungu dan langsung mencobanya. Saat Alana sedang menatap dirinya di pantulan cermin, tiba-tiba pintu di ketok.
"Apa kamu sudah menemukan baju yang cocok ?" tanya Edgar.
Alana membuka pintu dan berjalan keluar. Mata Edgar membulat saat melihat penampilan Alana saat itu.
"Aku belum punya pilihan" Alana berkata, membuat Nada menatap Alana dengan raut wajah kesal. "Dan pakaian di dalam kebanyakan berwarna kuning, aku tidak suka warna itu jadi tolong carikan yang lain" pinta Alana dengan tegas.
Nada menatap Alana, ia memasang wajah masam lalu bergegas pergi untuk mencarikan Alana pakaian yang lain. Dan berharap kali ini Alana akan menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Diana Susanti
hahahaha 😁😁😁😁😁 yg bos sapa yg bawahan sapa yaa
2022-12-16
0